Chapter 09

2.5K 170 0
                                    

Harsa tengah berkutat dengan alat masaknya, sesekali melirik Jinan yang masih anteng bermain dengan mainnya bersama Mira.

"Harsa kenapa kau masih begitu baik pada nyonya Tae sedangkan dia begitu tak suka pada mu." Bibi Marie melihat Harsa tengah membuat bubur untuk Taerra yang memang tengah sakit.

Harsa mengulum senyumnya. "Bibi bagaimana pun nyonya Taerra seorang ibu, jadi aku menghormati nya meski dia tak suka pada ku. Lagi pula kita tak bisa memaksa semua orang untuk menyukai kita kan."

"Kau baik sekali nak, padahal aku tau bagaimana jahatnya nyonya Tae dan Jessica padamu." Bibi Marie tersenyum sendu.

Harsa ikut tersenyum tipis saja, memindahkan mangkuk bubur pada nampan yang sudah terisi air putih dan buah-buahan. "Bi, aku antar ini dulu. Titip Jiji."

Bibi Marie mengangguk menatap Harsa sendu. Wanita paruh baya itu merasa kasihan pada hidup Harsa yang selalu di jahati, padahal Harsa adalah wanita cantik yang baik. Harsa lebih cocok menjadi istri Jean dari pada Jessica, buktinya saat ini Jessica tidak ada dikala Taerra tengah sakit.

Mendengar suara lirih mengijinkan nya masuk, Harsa membuka pintu kamar ibu Jean. Dilihatnya wanita paruh baya itu tengah berbaring dengan wajah pucat nya. Jean sudah menyuruh ibunya kerumah sakit tapi Taerra sendiri yang tidak mau.

"Nyonya aku bawakan makan siang." Harsa menyimpan nampannya pada nakas.

Taerra hanya meliriknya tanpa minat, sedari pagi hanya Harsa yang merawatnya sedangkan Jessica entah pergi kemana. Taerra berdecak kesal, pasti Jessica tengah menghambur-hamburkan uang dengan ibunya.

"Nyonya harus makan siang, tuan Jean bilang aku harus benar-benar melihat nyonya makan," ucap Harsa lembut, bahkan Harsa duduk dilantai samping ranjang menatap Taerra yang melamun.

"Kau cerewet sekali," balas Taerra ketus, dibawanya tubuhnya bangun namun mengernyit akibat lemas dan juga pusing. Taerra bisa merasakan tangan halus dan hangat menahan tubuhnya, lalu disandarkan hati-hati pada kepala ranjang.

Taerra menatap Harsa begitu datar, ia tak suka seseorang menyentuh nya dengan lancang.

"Maaf." Harsa sadar akan kesalahannya maka dari itu Harsa meminta maaf.

Harsa memberikan semangkuk bubur sayur buatan nya pada Taerra. Harsa masih disana memperhatikan Taerra makan dengan lahap.

"Kenapa kau tersenyum begitu? Kau pasti senang aku sakit begini," ucap Taerra sinis.

"Tidak, aku senang nyonya makan dengan lahap. Tuan Jean juga bilang setelah makan minum obat." Harsa masih membalas lembut.

"Aku tau, aku tidak bodoh. Pergilah sama, kau disini agar berdiam diri dan tidak bekerja kan."

Harsa akhirnya bangkit keluar dari kamar Taerra. Baginya sudah bisa menerima semua ucapan jahat wanita paruh baya itu. Meski begitu Harsa tidak marah, melihat Taerra Harsa seolah melihat ibunya.

"Baby ayo mam yuk, aku buat sayur brokoli kesukaan mu loh." Harsa tersenyum pada Jinan yang berjalan semangat kearahnya, senyum sikecil begitu manis.

"Biiibbbuuu... mamamamam~"

"Iya sayang mam, sudah lapar ya. Aigoo~" Harsa menyuapi Jinan dengan telaten, sikecil juga tidak tampak rewel menikmati makan siangnya.

"Mam yang banyak ya sayang."

Jinan bayi yang hampir 2 tahun itu begitu suka sekali makan. Harsa kerap kali membuat makanan sehat untuk Jinan. Tubuh sikecil juga berisi, orang-orang yang melihatnya selalu merasa gemas. Harsa benar-benar merawat Jinan dengan sangat baik.

Lactating [Nohyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang