Rate cerita ini 21+ jadi tolong berhati-hati dalam memilih bacaan.
••••••
Harsa yang jatuh hati pada si ayah dari bayi yang disusui nya. Keduanya teman masa sekolah dan Harsa sudah jatuh cinta pada Jean sejak saat itu.
Keduanya kembali bertemu oleh...
Song for the chapter Di akhir perang - Nadin Amizah
•••••
Hembusan angin menyapu lembut tubuhnya lagi dan lagi tapi tak membuatnya berlalu meninggalkan sekitar pantai yang semakin menggelap. Tatapan wanita cantik itu terus tertuju pada objek yang sama sejak tadi, anak-anaknya.
Anak-anak nya yang sudah tumbuh semakin dewasa dan memiliki keluarga nya masing-masing. Kebahagiaan anak-anak sudah tidak lagi hanya padanya dan Harsa merasa lega akan itu.
Harsa sudah berusaha bahagia bersama anak-anak nya, banyak hal bahagia yang mereka lewati bersama, tawa haru ataupun tawa bahagia. Ternyata hidupnya tidak benar-benar Jean bawa pergi, kedua anaknya pun adalah sebagian hidupnya. Terima kasih pada kedua anaknya yang selalu berada disampingnya.
"Harsa."
Wanita cantik itu menoleh, senyum manisnya semakin lebar melihat seseorang berdiri dibelakangnya. Sudah lama sekali Harsa tidak melihat wajah tampan dan senyum manis itu, hingga rasanya ia ingin menangis. "Mas?"
"Aku disini Harsa."
Seolah benar-benar memastikan Jean tidak akan menghilang, Harsa segera memeluk prianya erat, menangis melepas semua kerinduan yang sangat dalam pada cintanya. "Mas, mas Jean."
"Iya Harsa, Harsa ku."
Pelukan itu begitu erat tertaut menumpahkan segala rasa yang dipendam tanpa pernah diceritakan satu sama lain begitu lamanya. Akhirnya, akhirnya setelah sekian lama keduanya kembali di pertemukan. Mungkin keduanya tidak Tuhan restui bersatu di dunia tapi di kehidupan yang kekal ini keduanya bisa bersatu tanpa adanya manusia-manusia jahat yang mencampuri.
"Aku datang mas, maaf terlalu lama."
"Selamat datang sayang, cinta ku."
"Terima kasih sudah menunggu."
Jean menggeleng sembari mengusap pipi Harsa yang dingin. "Aku yang harusnya berterima kasih, terima kasih sudah bertahan untuk anak-anak, terima kasih sudah menjadi ibu yang hebat, terima kasih sayang."
"Aku mencoba, setiap harinya terasa sakit tapi anak-anak sedikit mengurangi rasa itu. Apa kita akan benar-benar bahagia sekarang mas?"
"Ya, kita akan benar-benar bahagia sembari menunggu anak-anak datang pada istana kita."
Harsa menangis bahagia kali ini tidak akan terpisahkan lagi dari cinta nya. Harsa memejamkan matanya menerima ciuman lembut Jean di dahinya. "Cintaku, Harsa ku, kekasih ku."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Matahari terbenam menjadi keindahan yang begitu banyak orang-orang lain cari. Tapi keindahan alam itu seolah tak membuat kedua anak itu merasa senang. Tatapan keduanya masih begitu fokus pada banyak tangkai bunga matahari yang hanyut tersapu ombak. Sesekali kaki mereka terkena sapuan air laut dan dinginnya angin yang menerpa semakin sering, meski begitu keduanya masih tetap berada disana berdiri tegap.
"Apa Bibu sudah benar-benar bahagia kak?"
Suara parau adiknya membuat Jinan menoleh pada wajah sedih sang adik, matanya berkaca-kaca menahan tangisnya sendiri. Jinan lingkaran tangannya merangkul bahu Cello. "Iya, Bibu sudah bahagia sekarang dek. Bibu sudah bertemu dengan cintanya, Bibu tidak sakit lagi."
Cello menunduk melihat kakinya terkena sapuan ombak halus. Air matanya kembali jatuh berbaur dengan air laut, tangannya mengepal dengan buket bunga matahari yang dibawanya. "Adek ikhlas Bibu pergi tapi kenapa hati adek tetap sakit kak."
Jinan memeluk tubuh adiknya yang sudah bergetar oleh tangisnya sendiri, Jinan juga sangat bersedih akan kematian ibunya meski ia tau ibunya bahagia bisa bertemu dengan ayahnya. Tapi rasa kehilangan itu tetap memecut ulu hatinya sampai sesak. Jinan mengerti kesedihan Cello lebih besar darinya karena sang adik begitu bergantung pada Harsa. Jinan mengetahui ketakutan adiknya ini.
"Kehilangan akan selalu menimbulkan rasa sakit dek. Kata ikhlas akan selalu beriring dengan memaksa lalu terbiasa. Cello jangan takut sendiri, masih ada kakak disini."
Menurut Jinan mau sebesar apapun Cello, baginya masih tetap adik kecilnya yang harus Jinan jaga.
Hembusan angin yang terasa hangat seperti memeluk kedua anak yang tengah berduka ini. Cello melepaskan pelukannya dari sang kakak melihat sekitarnya.
"Lihat, Bibu dan Daddy ikut memeluk kita. Meski mereka sudah tiada tapi mereka akan selalu berada didekat kita dek. Mereka akan selalu di hati kita."
"Bibu, Daddy.."
Cello memegang hatinya yang berdenyut sakit tapi diliputi rasa menghangat. "Bibu ternyata rasanya seperti ini ya, Bibu hebat sekali bisa bertahan sampai sejauh ini." Rasa sakit mendalam kehilangan seseorang yang sangat kita cintai.
Hembusan angin terasa membelai wajah dan kepalanya, seulas senyum kecil menyapa bibir nya. "Kakak benar, Bibu sudah bahagia bertemu dengan Daddy. Tunggu adek dan kakak yang akan datang pada kalian sebagaimana seharusnya."
"Bibu, Daddy terima kasih sudah menjadi orang tua ku. Untuk di kehidupan berikutnya aku akan tetap ingin menjadi anak kalian."
"Bibu, Daddy terima kasih dan selamat bertemu kembali. Aku harap kalian tidak akan terpisahkan dan kebahagiaan yang sesungguhnya bisa kalian rasakan. Aku akan menjaga Cello dengan baik."
Cello meletakkan buket bunga matahari itu di pasir pantai. Menatap Jinan lalu tersenyum lembut merasa beruntung masih mempunyai kakak yang hebat seperti Jinan. "Kakak juga tidak sendiri, kakak masih punya adek disini. Kita saling menjaga satu sama lain."
Kedua anak-anak Djung itu melangkah pergi dari pantai dengan perasaan lebih baik. Meninggalkan orang tua mereka yang sedari tadi juga berada disana, melihat mereka tapi tidak bisa menyentuh nya lebih dari sebelumnya.
"Anak-anak ku."
"Mereka sudah tumbuh dengan baik, Daddy juga berterima kasih kalian yang menjadi anak-anak ku. Untuk kehidupan selanjutnya aku ingin hidup lebih lama lagi Tuhan, agar aku bisa menemani Harsa menjaga anak-anak kami."
"Mas terima kasih karena sudah memilih ku sebagai ibu untuk anak-anak mu."
Jean mengambil buket bunga yang Cello letakan dan memberikan nya pada Harsa. "Untuk pengantin ku, Harsa ku."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Perang telah usai Perang telah usai Aku bisa pulang Ku baringkan panah dan berteriak menang Dan ku bisikkan asal kau tahu bagaimana Rasanya bahagia sepenuhnya sampai Ku merasa lega, kau merasa lega Ku sampai di sana, kau sampai di sana Ku sampai di sana, kau sampai di sana
Untuk Harsa dan Jean selamat berbahagia.
____________ Book Lactating benar-benar selesai. Terima kasih untuk semua pembaca kisah Harsa dan Jean.