Chapter 13+

5K 156 5
                                    

Baby Jinan sudah terlelap di box bayinya setelah di susui. Harsa memastikan tidur Jinan lebih dulu, diusapnya lembut kepala bayinya. Harsa juga membenarkan selimut si kecil agar nyaman, merasa Jinan sudah benar-benar tertidur nyenyak baru Harsa mengistirahatkan dirinya. Awalnya seperti itu jika Jean tidak memeluknya dari belakang.

"Jinan sudah tidur?"

Suara Jean terdengar berat dan dalam, entah kenapa mengantarkan rasa menggelitik pada perutnya.

"Sudahhhh mas." Harsa menahan nafasnya merasakan kecupan sensual Jean dilehernya. Jemarinya mengerat pada baby box Jinan.

"Aku merindukan mu," bisik Jean lirih yang mana membuat semua syaraf Harsa langsung merespon bisikan itu.

"Mas jangan disini.., ada Jiji." Susah payah Harsa berucap.

Diputarnya tubuh kecil Harsa agar menatapnya, jemari besar Jean mengusap pipi mulus prianya. Maniknya menatap lembut mata indah itu, bibir nya segera mengajak bibir menggoda itu untuk saling melumat. Tangan Jean yang satunya pun mengusap pinggul Harsa lembut.

Ciuman yang tadinya halus berubah menjadi semakin memanas, nafas keduanya pun sama-sama memburu. Dengan sekali sentak tubuh ramping Harsa masuk kedalam gendongannya untuk dibawa keranjang king size kamar ini. Dibaringkan nya tubuh kecil itu masih dengan bibir bertaut, bahkan lidah Jean sudah mengobrak-abrik mulutnya.

Harsa menepuk bahu tegap Jean dirasa nafasnya mulai menipis, Harsa mengalihkan tatapannya merasa malu akan tatapan panas penuh gairah pria diatasnya. Diujung matanya Harsa bisa melihat senyum tipis Jean menggodanya. Jean juga dengan lembut mengusap bibir dan dagunya yang basah oleh saliva keduanya.

"Rasanya selalu manis Harsa, aku suka." Suara Jean terdengar lebih dalam lagi, Harsa menjadi semakin meremang.

Jemari besar Jean yang berada di dagunya turun secara seduktif ke leher, tulang selangka lalu ke dada sekal itu. Diusapnya main-main puting tegang itu dari balik piyama wanitanya.

Harsa mengigit bibirnya menahan diri tapi Jean memang mau mempermainkan nya, sekarang bibir panas pria itu sudah ikut bergabung bermain didadanya. Bibir panas Jean hanya mengecup sekilas seolah tak tertarik dan melewati puting tegangnya, sesekali deru nafas Jean juga menerpa putingnya. Harsa mencengkeram sprei berwarna putih itu kencang sebagai pelampiasan nafsu nya.

"Massss~"

"Apa? Katakan yang kau inginkan Harsa? Aku ingin mendengarnya." Jemari Jean sudah terampil membuka tiap kancing piyama Harsa, hingga dada sintalnya terlihat.

Sialnya, Jean masih menggodanya dengan berbicara sangat dekat di puting siap hisap itu. Jean suka bermain-main dengan Harsa, Jean ingin pria cantiknya merengek padanya. Maka saat mulut hangat Jean menjilat sekilas Harsa sudah tidak tahan lagi.

"Hisap mass..."

Maka dengan senang hati Jean menghisapnya, tenggorokannya langsung merasakan asi mengalir. Malam ini Jean akan kenyang lagi meminum susu.

"Uuuhh.. mas jangan kencang-kencang, aaaahh~"

Jean terkekeh setelah mengigit gemas puting pink itu. Harsa meremas rambut Jean merasa ngilu di putingnya. Harsa juga tidak sadar sejak kapan dirinya sudah bertelanjang dada bahkan celana piyamanya sudah lepas, meninggalkan underwear nya saja.

Bibir penuh Jean kembali bergerak mengecup pipi payudara sang prianya sampai berwarna kemerahan dibeberapa bagian. Turun ke area perut untuk melakukan hal yang sama.

"Maaaasss aaaahhh~"

[You can read full scene in my karyakarsa]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[You can read full scene in my karyakarsa]

•••••

Keesokan harinya seperti biasa, semua orang dirumah ini menjalani aktivitas nya masing-masing. Jean juga kembali ke kantor setelah sehat, Taerra tentu saja berada di butiknya dan Harsa yang menemani Jinan bermain.

"Baby tidak boleh mam coklat lagi hari ini ya, jatah coklat hari ini hanya satu."

Harsa membersihkan sisa-sisa coklat di pipi bulat Jinan. Senyumnya muncul melihat bagaimana lucu pria mungil digendongan nya ini.

"Kenapa wajahmu begitu mirip dengan Daddy mu baby."

Jinan memang begitu mirip dengan Jean, yang membedakan hanyalah ketika mereka tersenyum. Jean akan tersenyum sampai matanya ikut tersenyum sedangkan Jinan akan menunjukkan gummy smile nya. Harsa menjamin Jinan akan sangat tampan ketika besar nanti.

"Hanya tinggal beberapa bulan lagi aku akan pergi, rasanya berat sekali. Aku sangat menyayangimu seperti putraku sendiri Jiji."

Tatapan Harsa tertuju pada Jinan yang saat ini tengah menonton kartun dengan pacifier nya. "Jadilah anak yang baik baby, aku akan selalu mencintaimu."

"Jika bisa jangan lupakan aku."

Meski rasanya tidak mungkin, Jinan pasti akan melupakan nya. Anak sekecil Jinan jika ditinggalkan pasti akan cepat lupa karena belum memiliki ikatan yang kuat. Harsa merasa sedih namun tidak ada yang bisa ia lakukan.

Suara-suara nyari menyentak Harsa dari lamunannya. Itu Jessica dan teman-temannya.

"Oh, apa itu anak Jean? Benar-benar lucu sekali." Pekik wanita berambut blonde merasa gemas pada Jinan.

Jessica tersenyum manis seraya mendekat pada Jinan. "Iya ini anaknya Jean, aku mengurus nya dengan baik makanya dia begitu lucu." Jinan meronta tak mau di pegang oleh Jessica membuat teman-teman wanita itu menertawakan Jessica.

Meski Jessica kesal akalnya tidak menyerah. Dikeluarkan nya 2 batang coklat yang mana langsung membuat Jinan kegirangan dan anteng.

Jessica tersenyum lebar sembari memangku Jinan. "Lihat sudah kubilang kamu dekat, tadi hanya kaget saja," ucapnya pamer.

Melihat Harsa masih berdiam diri membuat Jessica jengkel. "Hei pembantu cepat ambilkan minum dan cemilan malah diam saja." Suruh Jessica menatap tajam Harsa.

Harsa segera berjalan ke dapur, padahal itu bukan tugasnya tapi Jessica tidak akan perduli. Sampai di dapur ternyata bibi Marie sudah menyiapkan nya.

"Biar aku saja bibi."

"Bibi saja nak."

"Tidak apa bi, Jessica menyuruhku. Akan lebih baik aku yang mengantar nya."

"Baiklah terima kasih Harsa."

"Bukan apa-apa bibi."

Harsa membawa nampan itu hati-hati keruang tengah dan menghidangkan nya. Disana Harsa melihat Jinan kembali memakan coklat padahal ia sudah berusaha memberi pengertian pada Jinan tadi. Tentu saja itu bukan salah Jinan.

"Num, numumum~"

"Apa kau mau minum?"

"Mmmm, num nummm~"

Jessica memutar mata sebal, Jinan mengganggu ketenangan dan obrolannya. Diraihnya gelas berisi jus pada Jinan agar anak ini diam.

"Nyonya jangan beri tuan muda jus, dia sudah makan manis sedari tadi." Harsa segera menyela Jessica.

Tatapan Jessica menyorot tidak suka pada Harsa. "Diam, kau itu hanya pembantu jadi jangan coba-coba memerintah ku," ujarnya kesal.

Harsa hanya bisa melihat Jinan meminum jus apelnya, Harsa hanya takut Jinan sakit gigi karena terlalu banyak makan makanan yang manis-manis.

"Byuuurrr.. biiibuuu~"

"Aaaaaa!! Dasar kurang ajar."

Jessica berteriak keras saat wajahnya basah oleh semburan Jinan, teman-teman Jessica menertawakan kekesalan Jessica.

Jinan menangis menarik kencang rambut panjang Jessica yang sudah berteriak kencang membuatnya terkejut.

"Yak! Cepat ambil anak ini sebelum aku melempar nya!"

Harsa buru-buru menggendong Jinan dan pergi dari ruang tamu. Harsa membawa Jinan ke dapur, diusapnya pipi celemotan Jinan bekas cokelat tadi. Harsa juga memberi Jinan air putih.

"Baby jangan seperti itu lagi, yang tadi tidak baik nak."

Sikecil tidak mendengar malas bermain-main dengan kakinya sendiri. Harsa menarik nafas. "Kita menonton Cocomelon saja yuk?"

"Yuuu~"










____________
To be continued...

Lactating [Nohyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang