Chapter 23

3K 194 4
                                        

Dua hari sudah Harsa kembali pada kehidupan sebelum bertemu Jinan. Rasanya sepi sekali, tak ada lagi celotehan lucu Jinan, suara tawa ataupun tangis sikecil Djung yang mengusik harinya. Harsa lebih banyak melamun sejak kembali kerumahnya, selalu mengingat tiap waktunya jika sedang bersama Jinan.

Seperti saat ini tatapan Harsa tertuju pada rak susu jemari nya spontan mengambil susu formula yang biasa Jinan minum, harinya kembali dipenuhi oleh kesesakan rindu. Niat hati ingin berbelanja dan sedikit melupakan kesedihannya tapi ternyata tidak bisa.

"Jinan suka sekali susu ini, apa hari ini kau sudah minum banyak susu baby?" Bisik Harsa lirih, diusapnya kotak susu itu halus.

Tak ingin semakin sedih Harsa mengembalikan kotak susu itu dan kembali fokus berbelanja Harsa akan terdistrek oleh hal-hal yang mengingatkan nya pada Jinan.

Setelah selesai berbelanja Harsa keluar dengan barang belanjaannya, diluar Harsa melihat orang-orang berlalu lalang seperti biasanya. Harsa jadi mengerti sesedih apapun kita, dunia akan terus berjalan sebagaimana mestinya.

"Harsa?"

Harsa menoleh menemukan pria tampan dikenalnya mendekat. "Kak Marcus."

Marcus tersenyum kecil pada Harsa dan melirik barang belanjaan wanita itu. "Belanja lagi?"

"Iya." Sebenarnya Harsa bingung kenapa Marcus bisa berada disini.

"Aku baru saja bertemu dengan teman ku di dekat sini dan tak sengaja melihat mu seperti tengah melamun." Jelas Marcus seolah tau kebingungan Harsa.

Harsa hanya mengangguk pelan tak tau harus merespon bagaimana.

"Kau akan pulang sendiri? Atau di jemput oleh supir mu?"

"Aku akan pulang sendiri, aku sudah tidak bekerja lagi," jawab Harsa pelan.

Marcus merasa tidak enak menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Maafkan aku, aku tidak bermaksud."

"Tidak apa-apa."

"Sebagai permintaan maaf ku, mari aku antar kau pulang."

Harsa segera menggeleng. "Tidak usah, lagipula rumahku dekat dari sini."

"Tidak apa-apa Harsa, belanjaan mu lumayan banyak, meski dekat pasti lelah. Ayo mobil ku ada disebelah sana."

Merasa tak enak untuk menolak lagi akhirnya Harsa mengangguk dan mengikuti Marcus kearah mobil yang terparkir tak jauh dari mereka berdiri.

Selama perjalanan hanya ada keheningan setelah Harsa menyebut alamat rumahnya, Harsa yang memang tak pandai berbasa-basi hanya bisa memandang ke jalanan.

Marcus pun hanya diam, sesekali melirik Harsa. Manik tajamnya beralih pada spion mobil dimana ada sebuah mobil hitam lainnya yang sedari tadi mengikuti. Dering ponsel menyentak keduanya. Marcus sedikit tersenyum pada Harsa lebih dulu sebelum mengangkat telpon itu.

Harsa melirik sebentar dan duduk tegak saat ini, telinganya bisa mendengar samar-samar percakapan pria disampingnya tapi Harsa tak terlalu peduli, bukan urusannya.

Tepat sampai di alamat rumah Harsa Marcus memutuskan sambungan telponnya dan turun membantu Harsa mengeluarkan belanjaan wanita itu.

"Terima kasih sudah mengantarkan ku pulang kak." Ucap Harsa sambil tersenyum tipis.

Marcus mengangguk seraya membalas senyum wanita cantik ini. Manik tajam ya tak jarang melirik rumah sederhana Harsa dan sekitarnya.

"Bukan apa-apa Harsa, rumah mu tampak sepi. Apa kau tinggal sendiri?"

Harsa terdiam sebentar sebelum mengangguk kecil. "Iya aku tinggal sendiri, aku masuk dulu. Sekali lagi terimakasih." Harsa segera masuk kerumahnya saat Marcus mengangguk, sejenak merasa aneh akan tingkah pria itu.

Lactating [Nohyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang