Chapter 21

1.8K 154 8
                                    

Harsa membantu Jean yang hari ini harus pergi ke Jepang selama seminggu sebab ada beberapa masalah proyek kerjasama dengan perusahaan disana. Jean yang tengah memakai kemeja nya menatap Harsa yang terlihat sedih meski sudah disembunyikan maka didekati nya dan diusap lembut puncak kepala Harsa.

"Aku pasti akan merindukan mu," ucapnya lembut, ditatapnya manik berwana gold itu lekat.

"Jangan lupa makan mas, kau selalu melupakan makan jika sudah bekerja." Harsa membalas tatapan Jean sama lekatnya. Jemari besar Jean mengusap pipi putih Harsa.

"Iya sayang."

Wajah Jean mendekat untuk memberi ciuman lembut pada candunya. Hanya ciuman penuh kelembutan tanpa nafsu
didalamnya. Jean melepaskan ciuman nya dan menempelkan dahinya dengan dahi Harsa.

"Jangan pergi kemanapun Harsa, kau
tidak akan pergi dari hidupku, Tunggulah aku, kau percaya padaku kan?"

Harsa tersenyum tipis. "Iya mas, cepatlah kembali."

"Pasti."

Pintu terbuka lebar membuat pelukan keduanya terlepas, Jessica masuk dengan angkuh mendorong Harsa menjauh dari calon suaminya. Jessica langsung bergelayut dileher Jean tak perduli akan keberadaan Harsa.

"Babe aku pasti akan merindukan mu, kau jangan Iupa kabari aku terus. Kau ingatkan pernikahan kita sebentar lagi." Jessica sengaja menekan kata pernikahan sembari melirik Harsa tajam.

"Jessica lepaskan, aku akan terlambat." Jean berusaha menyingkirkan tubuh Jessica dari hadapannya.

Jessica mendengus kesal. "Sini biar aku bantu babe, kau pembantu pergilah sana biar aku yang membantu calon suami ku."

Harsa mengangguk dan pergi, kepalanya menunduk memikirkan perkataan Jean yang selalu memintanya untuk tidak pergi namun nyatanya pria itu akan segera menikah dengan Jessica. Harsa seolah dipaksa untuk tetap disini tanpa kepastian, belum lagi Taerra yang tidak suka akan kehadiran nya. Harsa kebingungan seorang diri.

Jam 8 pagi Jean pergi ke bandara ditemani oleh Jessica dan Jinan. Harsa masih berada di depan meski mobil yang membawa ketiganya sudah tidak terlihat.

"Hari ini kau bisa pergi kemanapun karena Jinan akan bersama Jessica seharian."
Ucapan Taerra membuat Harsa menatap wanita paruh baya itu.

"Tapi nyonya, tuan muda tidak mudah nyaman dengan orang lain."

Tatapan Taerra menajam pada Harsa. "Jessica bukan orang lain, dia akan menjadi ibunya jadi kau tidak perlu khawatir. Jinan harus membiasakan diri bersama Jessica dan kau bisa pergi secepatnya."

Taerra pergi ke dalam mobil setelah mengatakan itu, sementara Harsa masih berdiri penuh kekhawatiran memikirkan Jinan.

•••••

Apartemen yang tadinya berisik oleh suara tangisan keras anak kecil menjadi senyap, wanita itu menatap penuh kelegaan
saat suara berisik tadi sudah teratasi.

Jemarinya segera menarik satu batang nikotin dan mematik ujungnya untuk
bisa menikmati sensasinya. Jessica menghembuskan asap rokoknya penuh kenikmatan masih menatap Jinan yang sudah tertidur di ranjang. Lebih tepatnya di paksa tertidur, setelah diberikan obat tidur.
Jangan salahkan dirinya karena sedari tadi Jinan terus menangis keras dan mengamuk membuat Jessica kesal setengah mati dan dari pada ia kelepasan membunuh Jinan maka ia memberi obat tidur agar Jinan diam.

Ditatapnya Jinan yang tertidur secara sembarangan di sebuah sofa dan Jessica juga tak mau susah payah membenarkan posisi tidur Jinan. Jika saja Taerra tidak memberi syarat ini Jessica tidak akan sudi menjadi pengasuh Jinan, harusnya waktu itu ia bunuh saja bayi ini bersama ibunya. Hingga ia tak harus repot-repot seperti sekarang.

Lactating [Nohyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang