Chapter 29

3.9K 237 6
                                        

"Harsa kau harus bangun, biarkan aku berlutut meminta maaf langsung pada mu. Aku berdosa pada mu Harsa, maaf saja tentu sangatlah tidak adil untuk semua rasa sakit yang aku berikan."

Taerra menatap Harsa yang terbaring diruang rawat sudah 3 hari belum sadarkan diri. Dokter bilang Harsa mengalami koma. Mengingat bagaimana kondisi wanita itu sangat buruk, baik fisik maupun psikis nya. Yang paling terlihat jelas adalah luka luka di sepanjang lengan Harsa, bahkan goresan pisau yang cukup dalam serta lebam-lebam lain hampir diseluruh tubuh kecilnya.

Untuk kondisi kandungannya yang bisa saja keguguran pasca pendarahan, untung saja segera di tangani. Harsa ternyata menjaga bayi yang dikandungnya dengan sangat baik. Wanita itu tidak membiarkan dirinya kelaparan dan membuat bayinya bermasalah.

Sebenarnya yang sangat di takutkan adalah kondisi psikis Harsa setelah apa yang dilaluinya. Memikirkan semua yang terburuk tentu saja pada medis akan membantunya dengan semaksimal mungkin.

"Bangun lah Harsa, setidaknya demi Jinan dan anak mu, mereka membutuhkan mu. Jangan ikut Jean nak." Taerra bahkan hanya menatap Harsa dari kaca pintu ruang rawat wanita itu. Taerra merasa malu dan hina berdekatan dengan Harsa.

"Biiibbbuuu~"

Taerra menoleh menemukan Jinan berada di gendongan Mira, bayi itu selalu merindukan ibunya.

"Maaf nyonya tapi tuan muda ingin bertemu dengan kak Harsa," ucap Mira tak enak, meski sekarang Taerra sudah menjadi lebih baik tapi image jahatnya masih jelas Mira lihat.

"Tidak apa-apa, kau ajak masuk Jinan. Siapa tau Harsa bisa merasakan kehadiran Jinan dan membuat nya bangun. Jinan bangunkan Bibu ya, bilang jangan tidur lama-lama."

Taerra tersenyum lembut pada cucunya yang menatap polos dirinya. Rasa sesak itu kembali hadir mengingat Jinan ikut merasakan kesakitan ini. Cucunya yang dulu aktif dan banyak berceloteh kini menjadi pendiam dan semakin takut pada orang lain. Jinan bisa menangis jika tidak melihat Mira atau bibi Marie didekatnya. Si kecil juga ikut terkena dampaknya sampai separah ini.

Calon istri dan ibu yang Taerra pikir baik untuk putra dan cucunya ternyata jelmaan iblis, Taerra juga sangat terkejut akan fakta yang dibeberkan kepolisian akan kematian suami serta menantu nya dulu adalah ulah Jessica. Taerra merasa dirinya bodoh begitu mudah diperdaya oleh Jessica dan ibunya.

"Nyonya tidak ikut masuk ke dalam?"

"Untuk sekarang tidak Mira, kalian masuklah."

Mira mengangguk dan masuk ke dalam ruangan Harsa. Si kecil langsung melonjak senang saat netra birunya melihat keberadaan sang ibu. "Biiibbuu~" mulut nya akan cerewet hanya saat bertemu Harsa saja.

Mira meletakan Jinan hati-hati disamping Harsa. Tersenyum gemas melihat Jinan menyandarkan kepala pada bahu ibunya.

"Bibuu~ ngun, yu ain."

"Bibuu.. bobo yuss."

"Dek ngen, Bibu~"

"Bibuu~ dydy na?"

Senyum Mira berubah sendu, tangannya mengusap puncak kepala Jinan lembut. Malang sekali nasib Jinan diusianya yang masih kecil. Jinan pasti merindukan Harsa dan Jean tapi keduanya dalam kondisi yang tidak baik.

Jauh disana samar-samar rungu nya mendengar suara cekikikan khas balita dan tawa berat seorang pria dewasa. Merasa kebingungan matanya terbuka cepat, interior kamar abu-abu menyapa penglihatan nya dimana terasa familiar.

Tawa dan cekikikan geli itu masih didengarnya maka dengan cepat ia bangkit membuka pintu kamar, sedikit berlari lalu terdiam terpaku melihat dua pria berbeda usia tengah bermain. Tampak bahagia tapi matanya malah berkaca-kaca, bibirnya terbuka untuk menyerukan satu nama.

Lactating [Nohyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang