Chapter 27

4K 220 16
                                        

Besok adalah hari pernikahan Jean dan Jessica. Taerra tetap pada keputusan nya menikahkan sang putra dengan Jessica yang menurut nya terbaik, Taerra ingin menunjukkan jika pilihannya adalah yang terbaik, tidak mungkin seorang ibu memilih yang buruk untuk putranya.

Taerra seperti ini karena dirinya sangat menyayangi anak semata wayangnya, Taerra selalu ingin anaknya mendapatkan yang terbaik, tidak mau ada seorang pun yang menatap remeh putranya. Taerra ingin semua orang memuji, menatapnya penuh puja pada Jean. Itu sebabnya Taerra memaksa sang anak sempurna agar tidak ada celah untuk menghina putranya.

Meski dengan memaksa selama ini Jean tidak menolak semua pilihannya. Taerra yang egois seolah lupa akan kebahagiaan putranya, memperlakukan nya seperti robot yang hanya bisa menerima.

Jean terdiam melamun menatap jendela kamar yang gelap. Isi kepalanya terus memikirkan Harsa yang tidak tau berada dimana. Jean sudah mencari Harsa ke segala penjuru kota dan hasilnya nihil. Jean bahkan tidak perduli lagi dengan urusan kantornya, setiap hari hanya pergi untuk mencari Harsa.

Jean hanya akan pulang melihat putranya yang sekarang lebih banyak diam tak seceria dulu. Jean selalu merasa bersalah dan mata pada dirinya sendiri karena tidak bisa menjaga Harsa.

"Berhenti memikirkan wanita itu Jean, besok pernikahan mu dan Jessica. Bubu harap kau tidak akan membuatku malu besok."

Kedua tangan Jean mengepal erat, ibunya masih sama keras kepalanya dan sial dirinya tidak bisa melakukan apapun. Ia memang pria pengecut dan lemah.

"Wanita itu mungkin sudah pergi dengan pria lain yang lebih kaya, orang miskin selalu seperti itu. Hanya menjilat orang-orang kaya agar bisa hidup enak."

"Stop bu! Harsa tidak seperti itu. Kau tidak tau apapun tentang Harsa jadi berhenti mengatakan hal buruk tentangnya."

Taerra tersenyum miring mendengar Jean membentaknya. "Lihat, pengaruh buruk wanita itu kau sudah berani membentak ku. Jean buka mata mu jika wanita itu hanya pengaruh buruk untuk mu."

"Kau tidak boleh kemanapun malam ini, jangan sampai kau kabur dan membuat ku malu."

Taerra keluar kamar Jean dan menguncinya dari luar. Tak perduli Jean yang berteriak memintanya membukakan pintu. Taerra menatap sedih pintu kamar putranya. "Mungkin kau belum bisa menerimanya saat ini Jean tapi bubu yakin kau akan bahagia bersama Jessica."

"Jaga kamar ini jangan sampai Jean kabur." Perintahnya pada dua orang bodyguard didepan pintu Jean.

Taerra pergi mencari Jessica, tadi wanita itu tengah bersama cucunya. Akhir-akhir ini Jinan terlihat lesu bahkan tubuhnya hangat bisa juga panas. Taerra khawatir pada Jinan tapi karena sedang sibuk akan pernikahan jadi belum sempat membawanya kerumah sakit.

Langkah kaki Taerra semakin mendekat saat mendengar suara Jessica dan tangis Jinan disebuah kamar. Hatinya cemas mendengar tangis Jinan yang begitu keras.

"Diam lah bocah! Kau ini selalu menangis membuat ku stres saja. Jika bukan karena nenek tua mu itu aku tidak sudi mengurus mu, cih harusnya memang ku buat mati saja kau waktu itu seperti ibumu."

Jessica berteriak marah saat Jinan masih menangis histeris, dibukanya laci dan mengambil pil obat tidur seperti biasanya. "Kau memang harusnya tidur saja agar aku tenang. Minum ini bocah nakal."

"Jessica!"

Teriak Taerra melihat serta mendengar semua perlakuan jahat Jessica pada cucunya. Taerra tidak menyangka Jessica juga membawa-bawa ibu dari Jinan.

"Ini kelakuan asli mu! Aku tidak menyangka kau sejahat ini Jessica! Kau bahkan memberikan obat tidur pada Jinan yang masih kecil. Kau benar-benar gila Jessica!"

Lactating [Nohyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang