Tatapan itu kosong ke depan sesekali tangannya mengusap pipinya yang terus basah. Hatinya sesak oleh perasaan sedih yang mendalam. Rasanya ia ingin berteriak kencang menyalahkan takdir yang seperti mempermainkan nya.
"Mas kenapa kau begitu yakin aku bisa tanpa mu?" Gumam penuh kesakitan.
"Aku tidak bisa mas, aku membutuhkan mu. Aku tidak sekuat itu."
Taerra menatap sendu punggung Harsa, dimana sejak tersadar dari koma nya wanita itu hanya diam dan menangis lirih. Taerra mengigit bibirnya menahan tangis dengan penuh keyakinan ia langkahkan kakinya mendekat, Taerra berhenti didepan Harsa yang masih melamun seolah tak menyadari kehadiran nya
"Harsa, maafkan aku."
Bruk!
Kruk penyanggah tubuhnya jatuh diikuti tubuhnya setelah itu, Taerra benar-benar berlutut didepan Harsa bahkan tangisnya sudah tidak bisa ditahannya. Taerra menangis penuh penyesalan.
"Maafkan aku, maaf atas semua kesalahanku. Gara-gara keegoisan ku, ini semua terjadi, ini semua salahku. Kumohon maafkan aku Harsa..."
"Hukum aku jika kau ingin menghukum ku, aku siap menerima semua keputusan mu, tapi tolong maafkan aku agar rasa sesak di dada ku sedikit menghilang."
Harsa memejamkan matanya membiarkan air matanya kembali menetes deras, tanpa menatap Taerra Harsa membuka suara.
"Aku ingin, aku ingin marah, ingin berteriak kencang, ingin meminta pertanggung jawaban atas semua yang terjadi padaku. Tapi apa itu semua bisa mengembalikan semuanya baik-baik saja?" Harsa menggeleng sedih.
"Tidak, semuanya tidak akan sama lagi jika pun aku membalas dendam. Biarlah hukuman mu berjalan atas rasa bersalah disepanjang hidupmu nyonya Tae."
Taerra mengangguk diiringi tangisnya, biarlah dirinya merasakan rasa bersalah ini selamanya. Rasa ini akan menyiksanya sepanjang waktu diikuti rasa sesak yang sangat dalam.
"Aku mungkin tidak tau malu karena mengatakan ini, tapi kumohon terima Jinan seperti dulu Harsa. Cucuku sangat menyayangi mu, aku tidak bisa membayangkan jika kau menjauhinya. Jinan ku sudah cukup menderita diusia kecilnya. Aku percayakan Jinan pada mu nak."
Taerra bangkit perlahan menggunakan kruk-nya dan menunduk tak punya keberanian menatap Harsa. Taerra malu sekali. "Aku akan jadi seseorang yang jahat lagi karena membebani mu dengan permintaan ku, tapi aku akan sangat jahat jika Jinan tidak bersama mu."
Seulas senyum kecil Taerra ulas. "Bahagia lah setelah ini, aku tidak akan menganggu lagi."
Taerra melangkah pergi dari ruang rawat Harsa, air matanya masih tidak bisa berhenti, setelah ini ia akan menghabiskan masa tua nya ditempat yang jauh dari hiruk-pikuk perkotaan. Taerra sudah tidak ingin mengurusi hal-hal duniawi yang sudah banyak menjerumuskan nya. Taerra akan menikmati masa tuanya seorang diri dan hanya akan ditemani banyaknya rasa bersalah yang sangat besar memeluk dirinya. Semua aset kekayaan sudah menjadi sepenuhnya milik Jean dan kedua cucunya
Harsa masih menatap kedepan dengan tatapan yang sama. Kepalanya menunduk melihat perutnya, sedikit bergerak Harsa mengusap perutnya. Ingatan nya terlempar pada mimpi kala itu, dimana Jean mengusap perutnya penuh kelembutan.
Harsa sadar jika dirinya tidaklah seorang diri, ada bagian Jean yang akan menemaninya dan juga Jinan. Tuhan tidak lah sejahat itu membiarkannya benar-benar sendirian. Yang harus Harsa lakukan adalah mengikhlaskan semuanya meski sangat sulit.
"Biiibuuu~"
Suara Jinan dibelakang sana membuat tangis Harsa semakin kencang, sejak dirinya tersadar ia tidak bergerak memeluk putranya itu, terkesan menjauhi nya padahal Jinan tidak salah apapun. Harsa hanya belum mampu mengatasi kesedihannya, melihat Jinan seketika terbayang wajah Jean disana membuat sesak dihatinya semakin terasa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lactating [Nohyuck]
RomanceRate cerita ini 21+ jadi tolong berhati-hati dalam memilih bacaan. •••••• Harsa yang jatuh hati pada si ayah dari bayi yang disusui nya. Keduanya teman masa sekolah dan Harsa sudah jatuh cinta pada Jean sejak saat itu. Keduanya kembali bertemu oleh...