ARSENALANNA book version is coming soon!
Selama di perjalanan sama sekali tidak ada perbincangan di antara pasangan suami istri, mereka fokus pada indra masing-masing. Rasa lelah mendominasi yang membuat mereka ingin cepat-cepat sampai di rumah dan segera istirahat.
Menyempatkan waktu mampir ke coffee shop sebentar untuk membeli kopi dan beberapa camilan manis lainnya. Alanna tidak ikut masuk ke dalam kedai, hanya Arsen saja. Ia sudah menitipkan apa saja yang ia inginkan ke Arsen.
Hari sangat begitu terasa panjang, juga melelahkan. Terakhir merasakan hari lelah seperti ini adalah semasa kuliah, jadi rasanya ada sedikit flashback masa-masa itu dengan suasana dan status yang berbeda. Tapi sama-sama seru dan menyenangkan.
Di dalam mobil Alanna merenungkan kembali kejadian hari ini yang menimpa padanya. Di antara banyaknya karya lukis yang bagus dan keren, kenapa hanya karya lukis miliknya saja yang di hancur dan di rusak? Sangat aneh dan tidak masuk akal. Sedari tadi ia memikirkan hal itu karena ia sangat bingung dan masih dengan pertanyaan yang sama, yakni 'kenapa?'.
"Pusing juga mikirin siapa pelakunya, tapi sebenarnya gue cuma penasaran alasannya aja kenapa gituloh. Gak masuk akal banget di antara banyak karya lukis tapi cuma punya gue doang yang di rusak, mana karya lukis yang itu makan waktu gak sehari dua hari nyelesaiinnya. That was unbelievable and crazy!" Alanna bermonolog sendiri.
Selang beberapa detik kemudian Arsen datang menenteng paper bag di tangan kanan dan dompet kecil di tangan kiri. Ketika lelaki itu sudah masuk dan duduk di kursi mobil, Alanna sama sekali tidak menyadari kehadiran suaminya sebab sibuk akan pikiran dan map yang berisikan ide-ide karya lukis di pangkuannya. Ekspresi wajah Alanna sangat menggambarkan kebingungan yang tidak biasanya, dan hal itu membuat Arsen menautkan alis penasaran.
"Is everything okay? Your face looks completely different from last minute," Arsen bertanya penasaran masih dengan tatapan mata penasarannya.
Pertanyaan Arsen seketika langsung membuat Alanna membuyarkan lamunan. Kedua matanya berkedip berkali-kali di iringi dengan helaan napas beratnya.
"Aku ngerasa capek aja, Mas. Terikat kontrak di dalam dunia kerja yang di mana pekerjaan itu memakan dan membutuhkan waktu yang nggak sebentar, yang terkadang duduk dan berdiri berjam-jam bahkan hampir seharian ternyata jauh lebih berat tantangannya. Apalagi di kondisi aku yang hamil gini, rasanya napas aja susah. Lukisan harus detail, sempurna, intinya gak boleh ada cacat atau satu kesalahan. Salah warna dikit aja harus ulang dari awal, karena kalau nggak di ulang lukisan itu gak akan laku." Alanna mulai mengeluh dan dengan senang hati Arsen memasang telinga untuk mendengarkan.
"Mr. Jason membebaskan aku untuk menuangkan ide apa pun, beliau baik banget. Aku sangat bersyukur berkesempatan bekerja sama dengan beliau, tapi tiap kali lukisan aku di periksa manager nya, dia selalu bilang lukisan aku nggak sesuai yang padahal Mr. Jason aja bilang lukisan aku itu bagus dan punya makna yang dalam. Aku gak tau latar belakang manager nya itu apa, tapi aku gak menyalahkan dia bilang lukisan aku gak sesuai karena dari situ aku ngerti kalau semua orang bebas berpendapat. Aku tau banget aturan dalam melukis itu gimana, tapi di sana rasanya banyak banget tekanan. Aturannya tiap hari bertambah yang menurut aku sangat-sangat gak jelas dan memberatkan semua pelukis di sana. Ini kolaborasi pertama aku dan yang lain, tapi aku gak merasakan adanya kolaborasi sama sekali, malahan rasanya kayak lagi ujian melukis kuliah. Laporan pun gak mungkin karena aku bukan anak kecil lagi, dan kalau aku lapor pasti di anggap cuma alasan. Jadi aku biarin aja, because I don't wanna force myself, I just wanna paint."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSENALANNA ; Every second of life, I Love You
Romance[Sudah terbit dan part masih lengkap] ARSENALANNA : Every Second of life, I Love You by bilasalmon | Bagian ke-2 atau Sekuel dari Novel ARSENIO | Bisa dibaca terpisah Usai menyelesaikan pendidikan sarjana, Arsen menepati janji yang telah dia putuska...