23. Midnight rain

12.8K 1K 1.1K
                                    

Absen "hadir" di sini💍 >>>

Usai bermain golf, seluruh keluarga berkumpul makan siang bersama di rumah makan sederhana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Usai bermain golf, seluruh keluarga berkumpul makan siang bersama di rumah makan sederhana. Rumah makan yang sering keluarga Bhalendra kunjungi melebihi restoran besar yang cepat membuat mereka bosan dengan too expensive food.

Kebersamaan antara dua keluarga besar ini benar-benar menyatu dan tidak pernah di ragukan. Meski sudah kenal lama melalui bisnis, justru sekarang tak hanya sekadar bisnis saja melainkan juga kekeluargaan. Berkat pernikahan Arsen dan Alanna, dua keluarga besar ini rasanya seperti menjadi satu. Semakin banyak yang rasanya seperti sedang bersama keluarga kandung sendiri dalam satu tempat dan suasana.

"Gue mau ambil jajanan pasar, lo mau?" Jihan menawarkan jajanan ke Alanna.

"Jajanannya ada apa aja? Ada kue ape, gak?" tanya Alanna. Jihan mengendikkan bahu. "Gue belum tau, sih. Mau ambil bareng?"

Alanna diam sebentar, lalu mengangguk seraya bangkit berdiri dari kursi. "Yuk!" ajaknya.

Mereka berdua berjalan santai menuju meja yang sudah di penuhi dengan jajanan pasar sebagai makanan penutup atau pencuci mulut. Sembari mencari-cari Jihan sedikit mendekat ke samping kiri Alanna yang sedang mengambil beberapa kue kesukaan perempuan itu.

"Na," panggil Jihan yang langsung di respon baik oleh Alanna. "Ya?"

"Lo sama Arsen baik-baik aja, kan? Ini gak sekali dua kali gue liat lo banyak diam, gak kayak biasanya." tanya Jihan mulai curiga.

Helaan napas panjang Alanna bagi Jihan adalah sudah menjadi sebuah jawaban pasti. Sebelum menjawab, Alanna curi pandang melirik Arsen yang sedang berbincang seru bersama ayah dan juga kakaknya di seberang sana. "Ketara banget, ya?"

"Bagi semua orang mungkin enggak, tapi dari cara lo berusaha romantis di depan banyak orang buat gue dan Rio itu ganjal." jawab Jihan seraya mengambil satu per satu jajanan pasar. "Kalau lo gak mau cerita gak papa, kok." imbuhnya.

"Ini salah gue, sih. Mungkin kalau kemarin gue gak bawa mobil sampai ngebut diatas 200 km, Arsen gak akan marah." Alanna mulai bercerita.

Jihan langsung menoleh dengan kedua mata yang sudah melotot hebat mendengar angka yang Alanna sebutkan. Gila, pikirnya. Jihan langsung mendekat dan bertanya berbisik karena saking terkejutnya dirinya. "Lo ... lo serius?" bisiknya.

Dengan polosnya Alanna mengangguk dua kali. Detik itu juga ia menggaruk pelipisnya sambil menjawab, "Gue khilaf karena gue terlalu bahagia setelah berbulan-bulan nggak nyetir mobil."

"Ya tapi nggak 200 km juga, Na. Wajar kalau Arsen marah sampai diamin lo kayak gini. Kalau gue jadi Arsen udah gue cubit pipi lo sampai biru," Jihan kesal juga akhirnya.

"Tapi sayangnya lo bukan Arsen." Alanna langsung menyahut yang membuat Jihan menghela napas panjang. "Sayangnya disitu. Gue bukan Arsen." kata Jihan.

Alanna berdecak sebal. "Ck! Terus gimana, dong? Lo bukannya kasih gue saran malah mau jadi Arsen." kesalnya.

ARSENALANNA ; Every second of life, I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang