Hari terakhir di bulan Desember. Sebentar lagi sudah memasuki pergantian tahun. Memasuki pergantian tahun yang artinya cepat atau lambat harus meninggalkan rumah sementara selama satu tahun ke depan.
Pagi-pagi sekali setelah membersihkan diri Alanna sudah menyibukkan diri membuat sesuatu di dapur untuk dirinya dan juga untuk suami tercinta. Semua masakan Alanna tidak ada yang tidak enak. Alanna paling jago bikin sesuatu yang manis alias dessert. Dan Alanna paling suka bereksperimen.
Sementara Arsen, lelaki itu masih memejamkan matanya tertidur dengan damai. Beberapa detik kemudian ia terbangun dan melihat tidak ada sosok Alanna di sampingnya. Tanpa mencuci muka dan tak memakai piyama, Arsen turun tangga pelan-pelan. Indera penciumnya mencium wangi masakan Alanna yang begitu semerbak satu rumah.
Penampilan Alanna sangat menggambarkan ibu rumah tangga sekali. Surai panjangnya yang di cepol asal, masih mengenakan piyama lengan pendek, dan juga memakai celemek dapur berwarna sage.
Masih dalam keadaan kedua mata yang setengah melek, Arsen melangkah menghampiri Alanna lalu di sandarkan dagunya di bahu dan di lingkarkan kedua tangannya di perut perempuan itu, mengelus lembut perut sambil menyapa, "Hai."
Sudah tidak di kejutkan lagi kebiasaan baru Arsen yang suka tiba-tiba peluk dari belakang. "Selamat pagi, suamiku. Baru bangun?" sapa balik Alanna.
"Hm." Arsen bergumam berat sambil mengangguk samar yang kedua matanya masih setengah melek. "Masih mual?"
"Dikit, tapi udah gak papa. Mau aku bikinin teh atau kopi?" Alanna menawarkan sambil mengaduk secangkir teh miliknya.
Bukannya menjawab Arsen malah mendusel di leher Alanna sampai membuat Alanna menghela napas ringan, membelai lembut kepala suaminya. "Manja-manjanya nanti dulu, ya, Sayang. Sekarang jawab dulu, mau teh atau kopi?"
"Hm?" Arsen bergumam lagi. Sepertinya ia tidak mendengar pertanyaan Alanna karena sibuk mendusel manja.
"Mau minum teh atau kopi?" Dengar sabarnya Alanna mengulangi pertanyaannya.
"Teh. Takaran kayak biasanya, ya." jawab Arsen.
"Iya, aku tau." balas Alanna tersenyum kecil.
Masih belum juga melepas pelukan, Arsen memperhatikan gerak-gerik istrinya yang sedang menyeduh teh baru untuknya. Di peluk dari belakang sambil melakukan sesuatu seperti sekarang ini sudah membuat Alanna jadi terbiasa. Sebab, setiap hari selalu seperti ini. Mau di tegur pun tidak akan di dengar oleh Arsen.
Habit baru Arsen adalah suka memeluk Alanna dari belakang secara tiba-tiba.
"Kita mau keluar rumah jam berapa?" Alanna bertanya.
"Kamu selesai, kita berangkat,"
"Berarti kita pesan bunga dulu baru jemput Chimu, ya? Nanti Chimu sekalian kita bawa ke Mansion Kakek, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSENALANNA ; Every second of life, I Love You
Storie d'amore[Sudah terbit dan part masih lengkap] ARSENALANNA : Every Second of life, I Love You by bilasalmon | Bagian ke-2 atau Sekuel dari Novel ARSENIO | Bisa dibaca terpisah Usai menyelesaikan pendidikan sarjana, Arsen menepati janji yang telah dia putuska...