Shierra membuka matanya perlahan. Wanita itu mulai menyadari, jika dirinya berada di sebuah ruangan yang begitu asing. Shierra juga baru sadar jika dirinya duduk di salah satu kursi dengan tubuh dan tangan terikat.
"Ming, semua anak buah udah pada siap-siap di lorong, kan?" Itu suara Jungkook. Laki-laki itu tengah bicara dengan Mingyu di ambang pintu ruangan ini.
"Yoi, lo tenang aja bro," ucap Mingyu.
Shierra membelalakkan matanya. Tanpa sadar air matanya menetes, sakit tentu saja, takut juga ia rasakan. Pikirannya melayang jauh, mengkhawatirkan suaminya. Ternyata Jungkook tengah berencana mengeroyok Jimin ketika suaminya itu datang. 'Tolong jangan temui aku sayang.' batin Shierra.
"Tapi kalo Jimin berhasil lawan mereka dan masuk gimana?" tanya Mingyu, "sedangkan lo tau sendiri, kita ga bakalan bisa pergi kemanapun dari sini karena gaada pintu keluar selain yang dari kamar lo itu."
Jungkook mengangguk membenarkan. "Maka dari itu gue mau lo sembunyi untuk nyerang dia dari belakang, atau kalo nggak kita ambil cara ketiga," ucapnya.
"Cara ketiga? Maksud lo?" Mingyu tidak mengerti.
Jungkook menunjukkan sebuah remote dengan satu tombol berwarna merah. "Gue bakal ledakin mansion ini."
Mingyu membelalakkan matanya. "Anj*ng, lo gila?! Kenapa lo bisa seputus asa ini, Jung?!"
"Kalo lu mau selamat, lu sembunyi di sana." Jungkook menunjuk sebuah lemari usang. Namun, terlihat masih kokoh berdiri. "Gue yang bakalan urus mereka. Setelah keadaan tenang lu bisa pergi sampe gue ngasih kode sama lo."
"Terus? Lo gimana? Lo jangan gila Jungkook!" Mingyu semakin khawatir dengan sahabatnya itu.
"Gue bakal akhiri ini kalo memang harus ledakin ini mansion. Gue nggak mau Jimin menang atas Shierra, Ming. Gue nggak akan pernah ngebiarin mereka bahagia sedangkan gue hancur kaya gini," ucap Jungkook dengan tatapan seriusnya.
"Kenapa lo jadi kaya gini sekarang, Jung?! Cuma karena Shierra, lo---"
"Lo nggak ngerti perasaan gue, Mingyu! Lagian, kehadiran gue nggak pernah dianggap sama siapapun, kan?"
"Diem lo! Sini remotenya serahin ke gue!" Mingyu hendak merebut remote itu dari Jungkook. Namun, Jungkook menjauhkan itu darinya.
"Lo pergi sembunyi sekarang. Kali ini gue mau lo nurut sama gue!"
"Kapan gue ga pernah nurut sama lo, hah?!" seru Mingyu kesal.
"Ya udah sekarang lo sembunyi."
"Jungkook, gue---"
"Lo harus tetap hidup, Mingyu!" seru Jungkook emosi.
Mingyu menggeleng. Laki-laki itu perlahan menitikkan air matanya. "Gu-gue nggak bisa ninggalin lo!"
Jungkook menghela napas kasar. "Ming, lo ga lupa kan sama perkataan gue? Kalo gue bisa bantuin lo, lo harus nurut sama apapun perintah gue."
Mingyu diam, laki-laki itu kembali merasakan gemuruh di dadanya. Begitu menyesakkan, melihat sahabatnya itu. Mingyu ingat sekali ketika ia berusia enam tahun dan dicampakkan oleh orang tuanya di taman bermain. Jungkook yang saat itu berada disana, tak sengaja menemukan Mingyu yang tengah menangis sendirian. Disaat itulah, Jungkook membantu Mingyu untuk mencari orang tuanya. Namun saat itu, orang tua Mingyu menghilang. Dan beberapa hari kemudian dikabarkan meninggal karena kecelakaan.
Akhirnya, Jungkook pun meminta pengasuh yang menemaninya untuk membawa Mingyu ke rumahnya. Mingyu dijadikan anak angkat oleh keluarga Jungkook. Jungkook juga meminta Mingyu untuk menuruti apapun keinginannya sebagai imbalan karena ia menolongnya saat itu. Sampai di detik ini, Mingyu tinggal bersama Jungkook dan laki-laki itu selalu menuruti ucapan Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apple Sweet
FanfictionPernikahan adalah hal sakral yang dijalankan oleh setiap manusia. Kamu adalah kebahagiaanku dan alasanku untuk terus menjalani kehidupan bersamamu. ----- Cerita ini memiliki rating 21+ jadi untuk pembaca dibawah 21 tahun harap untuk tidak membaca ce...