14. Unknown, who are you?

27 6 46
                                    

Shierra bangun lebih dulu dari Jimin. Ia menyentuh wajah Jimin yang masih tidur.

Wanita itu tersenyum. Kenapa setiap melihat wajah Jimin sedekat ini selalu membuat jantungnya berdegup kencang tak karuan seperti ini? Rasanya setiap hari ia selalu jatuh cinta pada laki-laki ini. Shierra merasa hari semakin hari ia semakin mencintainya.

"Kamu natap suamimu gitu banget," gumam Jimin. Laki-laki itu perlahan membuka matanya, membuat Shierra langsung mengalihkan wajahnya.

Jimin terkekeh. Ia tahu, Shierra masih gugup padanya. Itulah ciri khas wanitanya. Shierra masih terlihat menggemaskan dengan sikap malu-malunya itu.

"Aku ganteng, ya?" tanya Jimin.

Shierra menahan senyumannya. Wanita itu lalu hendak beranjak. Namun, ia baru ingat jika sekarang ia tidak memakai pakaian sama sekali. Akhirnya, Shierra mengurungkan niatnya dan menarik seluruh selimutnya menutupi tubuhnya.

Jimin terkekeh. Laki-laki itu duduk. "Mau aku ambilin handuk? Atau ambil sendiri?" tawarnya.

"Ambilinnn," rengek Shierra. Jimin terkekeh, laki-laki itu pun turun dan mengambil handuk dari lemari. Ia juga memunguti beberapa baju milik istrinya yang berserakan di lantai.

"Ini." Jimin menyerahkan handuknya ke arah Shierra dan wanita itu menerimanya. Ketika hendak beranjak, setelah melilitkan handuknya ke seluruh tubuhnya. Shierra merasakan perih lagi seperti saat pertama kali ia melakukannya dengan Jimin. (Episode 1)

"Kenapa sayang?" tanya Jimin penasaran. Laki-laki itu menghampiri Shierra dengan cemas.

Shierra semakin malu. Ia jadi ingat kejadian semalam tentang bagaimana Jimin melakukannya lagi. Namun kali ini, dengan pengaruh alkohol yang membuatnya semakin tak terkendali saat itu.

"Sayang?" panggil Jimin sekali lagi.

"I-iya?"

"Kamu kenapa?" tanya Jimin khawatir.

"A-aku ... itu." Shierra menatap Jimin yang khawatir. Wanita itu menghela napas panjang. "Sakit. Aku nggak bisa jalan," ucapnya.

Jimin mengerjab. Ia mulai paham dengan perkataan Shierra. Laki-laki itu sontak tertawa.

"Kenapa nggak bilang dari tadi?" tanya Jimin.

"I-itu karena a-aku ...." Tanpa persetujuan Shierra. Jimin langsung menggendongnya masuk ke kamar mandi. Jimin meminta Shierra duduk di atas toilet duduk. Laki-laki itu lalu mengisi air hangat di bak mandi itu untuk Shierra.

Shierra memperhatikannya. Bagaimana dia melakukannya, menyiapkan semuanya dengan rapih, sampai menyiapkan bajunya seperti biasa dan digantungkan di sebuah hanger.

"Sudah siap sayangku," ucap Jimin lalu ia menggendong Shierra dan meletakkannya perlahan di bathub tersebut.

"Mandi dengan damai dan suamimu ini akan menunggumu di luar. Kalau mau panggil aku bilang aja, ya," ucap Jimin, ia mengucapkan semuanya dengan detail seolah-olah ia ingin menepati janjinya untuk tidak berbohong lagi.

Shierra tersenyum. "Iya, terima kasih suamiku," ucapnya.

Jimin pun keluar dari kamar mandi. Tanpa Shierra sadari, Jimin sebenarnya jingkrak-jingkrak kegirangan setelah keluar dari sana.

"Terima kasih suamiku," gumam Jimin meniru nada bicara istrinya. Ia malah kegirangan sendiri.

Jimin duduk di atas tempat tidur. Tiba-tiba ia merasa pusing. Mungkin karena efek alkohol yang ia minum semalam. Setelah minum air dan obat. Ia pun duduk bersandar di headboard ranjangnya. Jimin mencoba kembali mengingat kejadian semalam.

Apple Sweet Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang