Baskara Aziel, anak yang pendiam dan tak suka berbaur dengan orang lain. Menurut semua orang ia adalah laki-laki yang misterius. Dan hal itu masih berlaku hingga saat ini. Namun menurut Ghea Aflindias, Baskara adalah orang yang sangat hangat. Sayangnya itu hanya berlaku untuk Ghea.Semua orang yang melihat mereka berdua, pasti akan berfikir bahwa mereka sangat cocok. Semua orang tahu hubungan mereka bukan sekedar teman, tapi diantara mereka masih belum ada yang mengakuinya. Mungkin memang menurut Ghea, Baskara adalah penyemangat hidupnya. Karena disaat Ghea terluka, pasti Baskara yang mengobati. Namun, mereka belum seutuhnya saling mengetahui satu sama lain. Tapi mereka juga berfikir, bahwa setiap orang memiliki rahasia masing-masing. Dan ada satu hal yang membuat Baskara menyukai Ghea.
8 tahun yang lalu
Seperti hari-hari biasa, Baskara pergi ke taman dekat rumahnya. Bukan tanpa alasan ia pergi kesana, tetapi karena Baskara membutuhkan waktu sendiri. Ia memutuskan untuk tidak berangkat sekolah hari itu. Karena dari pagi Baskara sudah dimarahi Ayahnya. Disaat itu, ia masih kelas 3 SD dan lebih mudah menangis.Padahal hari masih pagi, namun rumahnya sudah dipenuhi dengan suara lemparan kaca dan teriakan Ayahnya. Baskara yang sudah tak tahan, membawa cutter dan pergi ke taman. Dihari itu Baskara sudah merasa sangat hancur dan tak kuat menjalani hidup lagi.
Dengan air mata yang berjatuhan dan luka-luka ditubuhnya, Baskara sudah tak bisa berfikir dengan jernih lagi. Baskara memegang erat cutter di tangan kanannya. Hingga akhirnya seorang perempuan dari sebrang jalan menghentikan Baskara.
"Stop! Buang cutternya!" Teriak perempuan itu dan langsung berusaha mengambil cutter dari tangan Baskara.
Namun Baskara melakukan perlawanan, dan cutter itu mengenai pipi perempuan tadi. Baskara yang melihat darah yang keluar dari pipi perempuan itu membuat ia ketakutan. Namun bukannya terlihat kesakitan, perempuan itu malah lebih mengkhawatirkan Baskara.
"Kok kamu badannya penuh luka gini? Eh, Ziel?!" Perempuan itu terkejut melihat wajah Baskara.
Baskara masih tak bisa berbicara, ia berusaha membersihkan darah dari muka perempuan itu sambil menangis.
"A-aku Dias. Tetangga kamu, mungkin kamu gak pernah lihat ya? Udah nangisnya, aku kebetulan bawa perban sama obat. Kamu duduk dulu," Baskara mengikuti perintah Dias.Dias langsung sigap membersihkan luka Baskara. Dan tangan Baskara masih saja berusaha membersihkan luka Dias.
"Jangan di pegang terus pipiku. Gapapa kok, gak sakit. Dulu aku pernah di bilangin kaya gini 'gak usah sok ngobatin kalo gak bisa ngobatin diri sendiri.' Dan kata-kata itu bisa ngerubah hidup ku sampai sekarang. Kamu mikiran apa sih? Sampai kepikiran ngelakuin hal kaya gitu. Biar aku tebak kamu kelas 3 kan? Masih kecil gak boleh ngelakuin hal kaya gitu, untung aku lihat loh," ceramah Dias membuat Baskara merasa bersalah.
"Maaf," bisik Baskara.
"Haha, gak. Kamu gak salah kok, lain kali jangan kaya gini ya. Tapi kalo ada yang ganggu mungkin boleh kamu lawan. Inget ya, jangan mau diganggu sama orang lain. Kamu harus belajar cara ngelawannya. Walau luka ini bukan dari orang yang bisa kamu lawan," balas Dias sambil mengusap kepala Baskara.Baskara yang masih kecil, belum bisa mencerna perkataan Dias. Yang ada di pikiran Baskara hanya, ia bertemu dengan perempuan yang cantik dan jelas lebih tua dari dirinya. Dan perempuan itu sangat mahir dalam mengobati seseorang.
"Kakak dokter ya?" Tanya Baskara.
"Bukan. Mungkin bisa kalau duniaku gak hancur. Sekarang hidupku juga udah gak ada artinya. Aku punya seorang pedoman hidup. Dia sangat baik dan sekarang kami harus berpisah. Tapi mungkin sekarang aku bisa sedikit tersenyum karena bisa bertemu malaikat kecil kaya kamu," balas Dias.
Baskara merasa malu mendengar ucapan Dias. Namun Baskara merasa bingung karena di dalam tas Dias terdapat sebuah pisau. Dan bukannya merasa takut, ia malah merasa nyaman dengan Dias."Kakak habis ngapain? Kok ada pisau?" Tanya Baskara dengan polosnya.
"Huh, ini kamu gak perlu tau. Aku juga dalam bahaya, dan aku gak bisa buang-buang waktu. Yang penting kamu harus inget kata-kata ku ini, walau selelah apapun kamu harus bisa bertahan hidup. Jangan pernah menyerah, dan kamu juga harus bisa mengobati diri sendiri. Seenggaknya lakuin itu buat aku. Kamu itu anak yang berharga. Dan kebahagiaan mu juga penting, jangan sering ngalah sama kehidupan. Kalau mau marah, nangis, dan ketawa, tunjukin aja. Karena itu juga bisa menjadi sebuah kebahagiaan bagi orang lain. Jangan pernah lupain aku ya," jawab Dias dengan mata yang berkaca-kaca.
Baskara hanya mengangguk saja sedari tadi. Dias melihat jam tangan nya dan berpamitan dengan Baskara."Ini, aku titip gelang yang dibuat sama orang yang aku sayang. Kasih gelang ini ke orang yang kamu anggap pantas dan bisa menjaganya, gak kaya aku. Kamu harus bertahan hidup sampai duniamu membaik. Aku juga capek, orang yang aku sayangi perlahan dihilangkan oleh dunia. Tapi kamu masih muda, seharus bisa mengobati dan menjaga diri sendiri. Aku bangga kamu gak jadi ngelakuin hal kaya tadi. Tapi kedepannya kamu harus selalu melihat ke depan. Jangan berbalik kebelakang dan mengalah lagi. Oke? Bye, Ziel," ucap Dias.
Setelah itu Dias langsung berlari meninggalkan Baskara. Baskara mencoba mengejarnya. Tetapi Dias berlari dengan cepat dan hilang begitu saja.Itu adalah masa lalu, yang membuat Baskara tetap bertahan hidup. Semua ucapan Dias, selalu tersimpan di pikiran Baskara. Hingga akhirnya ia bertemu dengan perempuan seperti Dias. Yaitu Ghea, perempuan yang memiliki sifat yang sama dengan Dias. Bukan hanya sifat, terkadang wajah Ghea bisa begitu mirip dengan Dias dan membuat Baskara tak ingin melepaskan nya 'lagi.'
"Gak bakal lagi aku kehilangan kamu. Walau kamu bukan dia, tapi kamu bisa ngebuat aku merasa aman seperti waktu itu. Kamu pemberani kaya dia, kamu baik kaya dia. Dan kamu punya keterampilan yang mirip kaya dia. Kamu gak pernah aku anggap sebagai pengganti. Tetapi rumah kedua ku. Dia adalah dirinya dan kamu adalah kamu, Ghea. Kalian terlihat sama namun perasaan ku terhadap kalian berbeda. Kamu adalah hidupku sekarang dan dia adalah masa lalu." Begitu menurut Baskara tentang Ghea.
Masa kini
Di UKS
"Eh kalian ada lihat Keyla gak? Kok dari pagi aku gak ketemu?" Tanya Zaki pada Ghea dan Baskara.
"Gak tahu juga aku, coba kau telfon deh," balas Ghea.
Belum sempat membuka hp, tiba-tiba saja hp Ghea berdering, dan itu adalah sebuah telfon. Terlihat yang menelfon adalah Keyla.
"GAWAT! DUNIA INI UDAH RUSAK GHEA! KASIH TAU KE ANAK-ANAK YANG LAIN JUGA. AKU GAK," tiba-tiba saja telfon terputus.
Ghea, Zaki dan Baskara yang mendengar ucapan Keyla menjadi bingung dan khawatir.
"Eh, kok di lapangan basket sepi? Bukannya bentar lagi lomba. Kan mereka pada latihan biasanya," ucap Zaki yang bingung melihat lapangan basket menjadi sangat sepi.Dan di luar ruang UKS juga menjadi sangat senyap.
"TEMEN-TEMEN? UNTUNG KALIAN GAK IKUT HILANG!" Ucap Adna yang terlihat panik seperti Senja, Beva, Athena, dan Zayn.
KAMU SEDANG MEMBACA
InfinityTerra
FantasyKebahagiaan tak harus selalu datang kepadamu, dan cinta tak harus selalu mengasihani mu, semua terasa baik jika kamu tau apa itu BERSYUKUR. Infinity Terra, adalah nama dari perkumpulan anak-anak broken home, anak dengan trauma, atau anak dengan masa...