Akhirnya mereka masuk kembali ke dalam gua. Kali ini Asyifa masuk dengan semangat meraih kemenangan. Tidak baik jika terlalu banyak over thinking kan? Jadi mereka kembali menyusun rencana, dan kali ini terasa lebih mudah karena ada Asyifa. Asyifa juga merasa senang karena bertemu dengan anak-anak Terra. Mereka sangat mudah di atur dan gampang memahami maksud Asyifa, begitulah menurut perempuan itu.
“Gimana? Udh ngerti semua kan? Intinya disaat kita sampai disana, jangan mencar. Kalau hanya satu atau dua orang yang melawan Zein, pasti jadi susah. Ngerti ga sama yang aku jelasin tadi?” Ucap Asyifa yang memastikan bahwa anak-anak Terra paham.
“Iya paham kok kak, kalau gitu kita istirahat dulu yok,” balas Adna.
“Eits, belum selesai. Sekarang kita bakal ngebagi tim,” tambah Asyifa.
“Kata kamu ga boleh mencar. Kok ngebagi tim?” Tanya Zayn.
“Karena kita ga cuma ke satu tempat. Kita juga harus nyelamatin temen kalian kan? Jadi satu tim mengambil pedang, dan satunya mengambil gelang. Kalian pasti suka kok datang ke rumah ku. Aku akan milih waktu dimana kalian cuma berhadapan sama dia. Kalo ketemu sama aku yang dulu bakal ribet,” jelas Asyifa.Dan ucapan nya itu membuat anak-anak Terra kebingungan. Sampai-sampai mereka tak bisa berkata-kata lagi.
“Kenapa? Kalian ga paham? Bilang aja bagian mana,” ucap Asyifa karena suasana menjadi sangat sunyi.
“Kalo boleh jujur, yang bikin bingung itu kamu. Bukan nya itu bahaya? Dan kamu sendiri yang ga setuju dari tadi. Terus kenapa tiba-tiba jadi kaya gini?” Jawab Zayn yang mewakili isi hati anak-anak Terra yang lain.
“Kalo di pikir-pikir lagi, aku memang terlalu egois. Pasti kalian juga takut kalau nanti Senja kesakitan kan? Tapi nanti disana kalian bakal ketemu sama seseorang yang jenius. Aku bakal nitipin surat buat dia, setelah dia ngebaca surat itu dia bakal ngasih obat nya kok. Jangan takut, Senja ga akan kesakitan. Lagi pula, aku ga mau teman kalian menjalani kehidupan dengan beban,” balas Asyifa.
Mendengar keputusan Asyifa, anak-anak Terra tidak bisa berkata apa-apa lagi. Karena mereka tahu, mengambil keputusan seperti itu tak mudah. Jadi mereka berusaha menghargai nya.
“Kenapa di titip kan? Kenapa ga kakak aja yang pergi kesana? Kan kakak lebih kenal sama dia. Kakak juga pasti kangen kan?” Tanya Keyla, mengingat betapa kehilangan nya Asyifa akan kepergian kekasih nya itu.
“Aku memilih untuk tidak terjebak di masa lalu. Kalau aku ketemu sama dia, yang ada misinya gagal. Karena aku orang nya baperan, jadi itu bukan ide bagus. Aku ga mau melawan takdir, jika takdir berkata aku harus melihat diri nya terakhir kali di saat itu. Kenapa aku harus mencoba melawan takdir? Lagi pula, aku belum siap mental,” jawab Asyifa dengan senyum yang menggambarkan seluruh alasan ia tak mau bertemu dengan kekasih nya lagi.
Anak-anak Terra hanya mengangguk, karena mereka mencoba menghargai.
“Dan yang paling penting adalah, kalian akan kesusahan ngelawan Zein tanpa ku. Jadi aku harus ikut,” tambah Asyifa dengan pedenya. Padahal dirinya belum pernah melawan Zein.
Anak-anak Terra berusaha menyembunyikan tawanya ketika melihat kepercayaan diri Asyifa.
“Haha, oke deh kak. Tanpa kakak kita ga akan bisa ngelawan Zein. Hehe,” ucap Ghea yang sudah melawan Zein tiga kali.
“Hehe, aku cuma bercanda kok. Aku tahu kalian lebih bepengalaman. Tapi kamu Ghea, kamu ga boleh ikut aku. Kamu yang akan pergi ngambil gelang Edha. Paham?” Jawaban Asyifa terdengar seperti pembalasan atas ejekan Ghea.
Sekarang gantian Ghea ynag di tertawakan, ditambah mereka tertawa dengan lepas karena sesama teman. Ghea tak bisa melawan perintah Asyifa, ia hanya mengiyakan semua perintah Asyifa.
“Jangan ketawa kalian. Karena cuma orang kaya Ghea yang bisa ngehadapin dia. Coba kalau Zayn yang kesana, kaga bakal kelar. Kan tau nya cuma pamer kekuatan doang. Hahaha,” timpal Asyifa.
Kali ini Zayn tak mau melawan. Karena ia sedang mencoba menjadi penyabar dengan menghadapi jenis manusia seperti Asyifa. Walau di dalam hatinya Zayn ingin marah, tapi dia hanya tersenyum pada Asyifa. Ia ingin belajar menjadi seseorang yang selalu bodo amat walau direndahkan. Namun tetap menjaga harga dirinya dengan tindakan. Dan tak pernah kasar atau pun marah kepada perempuan. Sifat siapa lagi yang ia tiru, jika bukan Zaki. Ternyata terasa jelas perubahan nya. Ia lebih mudah mengatur emosi dan lebih mudah melihat kekurangan lawan.
“Bercanda ya, Zayn. Jadi Zayn dan Adna ikut aku ya. Sedangkan Ghea sama Keyla mengambil gelang. Nanti per orang akan memakai gelang nya masing-masing. Dan pasti nya dengan waktu yang berbeda karena kita ada dua tim. Intinya besok semangat ya, kita harus berhasil. Jangan pernah mikirin kegagalan, oke? Paham semua kan? Kalau gitu ayo tidur.” Ucap Asyifa dan dia pergi duluan untuk istirahat.
Karena sudah lelah, anak-anak Terra juga beristirahat. Walau dari luar terlihat seperti gua, di dalam nya terdapat beberapa ruangan. Walau semua nya dari batu, yang penting mereka bisa beristirahat kan.
Keesokan hari nya
Mereka semua sudah bersiap untuk bertarung hari ini. Mereka sudah mempersiap kan semua yang dibutuhkan. Walau hanya ke rumah Asyifa, tidak mungkin semulus itu kan? Ghea dan Keyla sudah mempersiapkan obat dan senjata untuk jaga-jaga. Sedangkan Asyifa, Zayn, dan Adna mempersiapkan banyak senjata. Tak lupa juga alat-alat yang pernah mempan digunakan untuk Zein.
Mereka berdiri di depan alat itu dengan penuh semangat untuk meraih kemenangan. Mereka yakin akan memenangkan pertarungan ini. Di tangan mereka sudah ada gelang yang mengatur ke tempat tujuan masing-masing.
“Kita berpisah disini ya. Semoga kita berhasil,” ucap Asyifa yang mencoba menyemangati.
“Ga nyangka kita bakal berpisah sejauh ini. Goodluck buat kalian ya,” balas Ghea.
“Intinya jangan ada yang mati kali ini,” tambah Adna, dan semua anak Terra setuju.
“Semoga kamu suka sama kejutan nanti, Ghea.” Sahut Asyifa.
Ghea cukup bingung mendengar ucapan Asyifa. Namun mereka semua sudah keburu masuk ke dalam portal.
Ketika Zayn, Asyifa dan Adna sudah sampai ke tempat tujuan mereka. Tempat itu sangat sunyi. Padahal terdapat banyak bangunan dan rumah-rumah disana. Namun tak terlihat ada kehidupan disana.
“Ini tempat nya? Sepi banget,” sahut Adna.
“Iya, ini dulunya kota. Tapi udah ga berpenghuni karena kota ini miskin banget. Makanya pedang itu di sembunyiin disini. Di tempat yang tak ada satu pun manusia yang tahu tentang pedang itu,” jelas Asyifa.
“Terus, dimana pedang itu?” Tanya Zayn.
“Kita cari aja dulu. Intinya ada di sekitaran sini. Ingat, jangan berpencar!” Ucap Asyifa memperingati Zayn dan Adna.
Akhirnya mereka mencari pedang itu dengan insting dan hati nurani. Karena mereka tidak tahu tempat pasti nya pedang itu berada. Dan mereka tetap waspada, karena siapa tahu ada penghuni lain di kota itu. Yang jelas misi ini tak akan semudah yang dipikirkan.
Sedangkan disaat Ghea dan Keyla tiba di tempat tujuan mereka, mereka malah diberikan kejutan. Yaitu tempat pendaratan mereka yang berada di semak-semak. Alhasil mereka berdua sama-sama terkejut dan jadi berantakan. Mau marah pun tak ada guna nya, karena semua ini Ghea dan Asyifa sendiri yang mengatur. Mereka hanya bisa tertawa ketika melihat ke arah satu sama lain yang benar-benar kacau.
“Ternyata ini kejutan yang di omongin Asyifa ya? Hahaha, lihat rambut mu Key. Berantakan banget,” ejek Ghea pada Keyla.
“HAHAHA. Rambut mu lebih parah loh,” balas Keyla
Ketika mereka asik tertawa, Ghea tak sengaja melihat ke seberang jalan. Ia melihat seorang anak laki-laki membawa curter. Dan anak itu tak asing bagi Ghea, namun Ghea tak bisa berfikir saat ini. Keyla juga melihat anak itu, dan ia cepat-cepat menyuruh Ghea untuk menghentikan anak itu. Karena Keyla harus mempersiapkan alamat yang akan mereka tuju.
Dengan air mata yang berjatuhan dan luka-luka di tubuhnya, anak itu terlihat sudah tak bisa berfikir dengan jernih lagi. Ia memegang erat cutter di tangan kanannya. Hingga akhirnya Ghea menghentikan anak itu dari seberang jalan.
"Stop! Buang cutternya!" Teriak Ghea dan langsung berusaha mengambil cutter dari tangan anak laki-laki itu.
Namun anak itu melakukan perlawanan, dan cutter itu mengenai pipi Ghea. Anak itu yang melihat darah yang keluar dari pipi Ghea membuat ia ketakutan. Namun bukannya terlihat kesakitan, Ghea malah lebih mengkhawatirkan anak itu.
"Kok kamu badannya penuh luka gini? Eh, Ziel?!" Ghea sangat terkejut melihat wajah anak itu yang tidak lain adalah, Baskara Aziel.
Baskara masih tak bisa berbicara, ia berusaha membersihkan darah dari muka Ghea sambil menangis.
"A-aku Dias. Tetangga kamu, mungkin kamu gak pernah lihat ya? Udah nangisnya, aku kebetulan bawa perban sama obat. Kamu duduk dulu," ucap Ghea yang mencoba mencari alasan, dan Baskara mengikuti perintah Ghea.
Ghea langsung sigap membersihkan luka Baskara. Dan tangan Baskara masih saja berusaha membersihkan luka Ghea.
"Jangan di pegang terus pipiku. Gapapa kok, gak sakit. Dulu aku pernah di bilangin kaya gini 'gak usah sok ngobatin kalo gak bisa ngobatin diri sendiri.' Dan kata-kata itu bisa ngerubah hidup ku sampai sekarang. Kamu mikirin apa sih? Sampai kepikiran ngelakuin hal kaya gini. Biar aku tebak kamu kelas 3 kan? Masih kecil gak boleh ngelakuin hal kaya gitu, untung aku lihat loh," ceramah Ghea membuat Baskara merasa bersalah.
"Maaf," bisik Baskara.
"Haha, gak. Kamu gak salah kok, lain kali jangan kaya gini ya. Tapi kalo ada yang ganggu mungkin boleh kamu lawan. Inget ya, jangan mau di ganggu sama orang lain. Kamu harus belajar cara ngelawannya. Walau luka ini bukan dari orang yang bisa kamu lawan sekarang," balas Ghea sambil mengusap kepala Baskara.
Baskara yang masih kecil, belum bisa mencerna perkataan Ghea. Yang ada di pikiran Baskara hanya, ia bertemu dengan perempuan yang cantik dan jelas lebih tua dari dirinya. Dan perempuan itu sangat mahir dalam mengobati seseorang.
"Kakak dokter ya?" Tanya Baskara.
"Bukan. Mungkin bisa kalau dunia ku gak hancur. Sekarang hidupku juga udah gak ada artinya. Aku punya seorang pedoman hidup. Dia sangat baik dan sekarang kami harus berpisah. Tapi mungkin sekarang aku bisa sedikit tersenyum karena bisa bertemu malaikat kecil kaya kamu," balas Ghea yang berusaha menahan rasa sedih setelah bisa melihat Baskara lagi.
Baskara merasa malu mendengar ucapan Ghea. Namun Baskara merasa bingung karena di dalam tas Ghea terdapat sebuah pisau. Dan bukannya merasa takut, ia malah merasa nyaman dengan Ghea.
"Kakak habis ngapain? Kok ada pisau?" Tanya Baskara dengan polosnya.
"Huh, ini kamu gak perlu tau. Aku juga dalam bahaya, dan aku gak bisa buang-buang waktu. Yang penting kamu harus inget kata-kata ku ini, walau selelah apapun kamu harus bisa bertahan hidup. Jangan pernah menyerah, dan kamu juga harus bisa mengobati diri sendiri.
Se enggaknya lakuin itu buat aku. Kamu itu anak yang berharga. Dan kebahagiaan mu juga penting, jangan sering ngalah sama kehidupan. Kalau mau marah, nangis, dan ketawa, tunjukin aja. Karena itu juga bisa menjadi sebuah kebahagiaan bagi orang lain. Jangan pernah lupain aku ya," jawab Ghea dengan mata yang berkaca-kaca.
Baskara hanya mengangguk saja sedari tadi. Ghea melihat jam tangan nya dan berpamitan dengan Baskara.
"Ini, aku titip gelang yang di buat sama orang yang aku sayang. Kasih gelang ini ke orang yang kamu anggap pantas dan bisa menjaganya, gak kaya aku. Kamu harus bertahan hidup sampai dunia mu membaik. Aku juga capek, orang yang aku sayangi perlahan di hilangkan oleh dunia. Tapi kamu masih muda, seharusnya bisa mengobati dan menjaga diri sendiri. Aku bangga kamu gak jadi ngelakuin hal kaya tadi. Tapi kedepan nya kamu harus selalu melihat ke depan. Jangan berbalik kebelakang dan mengalah lagi. Oke? Bye, Ziel," ucap Ghea.
Padahl Ghea bilang ia mencoba untuk tidak merasa bersalah. Tapi kenyataan nya penyesalan terbesar nya adalah keras kepala nya, yang membuat Baskara harus berkorban.
Setelah itu Ghea langsung berlari meninggalkan Baskara. Baskara mencoba mengejarnya. Tetapi Ghea berlari dengan cepat dan hilang begitu saja.
Ghea tak berani melihat ke belakang. Ia berlari sejauh mungkin dari Baskara. Keyla yang melihat Ghea pergi meninggalkan nya, menyusul mengejar Ghea. Setelah lelah berlari, Ghea terduduk lemas di pinggir jalan. Dengan mata berkaca-kaca dan perasaan yang bercampur aduk, membuat Ghea tak mampu menahan tangis nya lagi.
“Ghea? KENAPA? JANGAN NANGIS? KAMU KENAPA? IH JANGAN NANGIS GINI,” ucap Keyla yang panik.
“Bas, Baskara. Itu Baskara, Keyla. Itu Baskara,” jawab Ghea sambil menangis.
Mendengar ucapan Ghea, Keyla ikut syok. Ia menatap Ghea dengan tatapan kosong, namun Keyla mencoba untuk sadar. Bahwa saat ini Ghea yang butuh dukungan. Keyla memeluk erat Ghea, berkali-kali ia bilang bahwa semua nya baik-baik saja.
“Gapapa Ghea. Jangan nangis, jangan nangis lagi. Kamu udah jadi penyelamat buat dia. Kamu jangan nangis lagi, nanti Baskara ga suka. Ghea, Ghea! Lihat mata ku, lihat mata ku Ghea! Sadar Ghea, ini bukan saat nya untuk menangis. Pengorbanan Baskara harus kita manfaat kan sebaik mungkin. Kita harus memenangkan pertarungan ini. Demi Baskara okey? Demi Baskara! Dengerin aku Ghea!” Ucap Keyla mencoba menyadarkan Ghea.
“Ta-tapi, andai aku ga keras kepala kaya waktu itu. Dia ga akan mati! Seharus nya aku ga ngeyel dan ngikutin semua keinginan dia, kematian nya itu salah ku Keyla. Kenapa, kenapa aku ketemu lagi sama dia? Aku gak kuat, Keyla. Aku salah, semuanya salah ku. Aku yang salah,” jawab Ghea dengan terbata-bata.
“Ghea? Ini bukan Ghea yang aku kenal. Ini bukan Ghea yang Baskara kenal! Sadar Ghea! Jangan terjebak di masa lalu! INGET GHEA! KEHIDUPAN SENJA ADA DI TANGAN KITA! MASA DEPAN NYA! JANGAN KAYA GINI GHEA! SADAR GHEA! AYO KEMBALI JADI GHEA YANG AKU KENAL. SETIDAKNYA SEBAGAI GHEA YANG SELALU BASKARA BUTUHKAN, OKEY? KAMI MASIH BUTUH KAMU GHEA! SELAMA INI KAMU SELALU MENYADARKAN KAMI! KAMU ITU PANUTAN UNTUK KAMI. KAMU ANAK YANG SELALU TABAH DALAM MENJALANI HIDUP. KAMU YANG NYADARIN KE AKU, BAHWA HIDUP ITU JUGA HARUS MENCARI ARTI HIDUP KAN? JANGAN KAYA GINI GHEA, SADAR GHEA. KAMU HARUS BISA BANGKIT LAGI GHEA. DEMI BASKARA! DEMI ANAK-ANAK TERRA YANG LAIN. DEMI MEREKA YANG SUDAH BERKORBAN DEMI KEMENANGAN INI GHEA!” Keyla mencoba dengan segala cara untuk menyadarkan Ghea.
Dan akhirnya Ghea bisa berhenti menangis setelah mendengarkan ucapan Keyla. Ia jadi sadar, pengorbanan Baskara bukan hanya untuk dirinya seorang. Tapi juga demi nyawa banyak orang di dunia ini. Keyla langsung menyuruh Ghea untuk minum, agar dia menjadi lebih tenang.
“Makasih. Makasih buat yang tadi, Key.” Ucap Ghea.
Keyla hanya tersenyum. Ketika suasana hati Ghea sudah cukup tenang, mereka langsung bersiap untuk melanjutkan perjalanan. Keyla hanya brbicara sedikit selama di perjalanan. Ghea tahu, Keyla pasti juga masih merasa syok. Bagaimana pun, perjalanan mereka bertiga tidak semudah itu selama ini. Sangat banyak pengalaman bersama, dan jelas tak mudah untuk melepaskan kepergian Baskara.
KAMU SEDANG MEMBACA
InfinityTerra
FantasyKebahagiaan tak harus selalu datang kepadamu, dan cinta tak harus selalu mengasihani mu, semua terasa baik jika kamu tau apa itu BERSYUKUR. Infinity Terra, adalah nama dari perkumpulan anak-anak broken home, anak dengan trauma, atau anak dengan masa...