26. All Of The Bad Things Happened In One Day

46 12 1
                                    


🎧 PLAYLIST
'E.T'
By : Katy Perry

"Aku butuh bantuanmu." kata Jason kepada Steve yang kini tengah berjalan disampingnya.

"Apa?" tanya Steve menoleh kearah Jason. "Aku ingin bisa mengendalikan kemampuan penglihatan masa depanku." sambung Jason.

"Ya, baiklah ... Aku akan membantumu---"

Perkataan Steve seketika terhenti setelah mereka berdua melewati ruangan Sang kakak, Hilmar. Jason terus menatap kearah pintu itu masih sambil terus bergumam. "Aku mengkhawatirkannya ..." kata Jason lalu kembali menghadap depan. "lya, aku juga ... Dia sudah tak keluar dari ruangannya sejak tadi pagi." sahut Steve, setuju akan perkataan Jason. "Sepertinya ada sesuatu yang terjadi padanya tapi ia tak ingin memberitahu kita." lanjut Jason yang membuat Steve hanya dapat terdiam.

"Apa yang sebenarnya dirahasiakan oleh Kak Hilmar?" batin Steve yang mulai merasa khawatir.

Saat ini Himar tengah terduduk di lantai di ruangannya. Pandangannya kosong. Lalu ia menatap ke bawah dimana terdapat luka goresan di perutnya yang sudah mengeluarkan banyak darah segar. la lalu memejamkan mata sambil menghirup nafasnya dalam-dalam dan meletakkan kedua tangannya diatas perutnya yang sudah terluka. Kini Kedua telapak tangannya telah tertutupi oleh darahnya sendiri. la membuka mata, menghela nafas, dan berkata,

"Aku yang telah melakukan itu, dan aku jugalah yang akan menebus dosaku."

Selama ini ingatan Hilmar terus memburuk, ia tak bisa mengingat kejadian saat Pesta Dansa di Kerajaan Luminera, atau saat orangtuanya tewas mengenaskan. Namun kini ia mengerti, ia mengingat alasan kenapa kedua tangan, pakaian, dan lencana emas miliknya bisa terselimuti oleh darah setelah ia keluar dari ruangan Raja dan Ratu saat pembunuhan itu terjadi?

Itu karena dialah pembunuh yang sesungguhnya.

la tak tahu alasan yang jelas, atau bagaimana ia bisa membunuhnya, tapi yang saat ini ia sadari adalah dia telah membunuh kedua orangtuanya dengan tangannya sendiri dan juga orang yang telah membuat kutukannya menjadi berantakan seperti saat ini.

***

"Jadi, apa yang harus kita lakukan?" tanya Steve kepada Jason setelah mereka sampai diruangan Jason.

Jason melihat sekelilingnya. "Entahlah, aku tak bisa mendapatkan penglihatan secara paksa. Biasanya itu datang tiba-tiba." sambung Jason yang membuat Steve melirik keatas untuk berpikir. "Kalau begitu ... kita harus memancing kemampuanmu---"

"Maksudnya?" potong Jason keheranan.

Sedikit mulai menyesal mempercayakan tentang ini semua kepada sang kembarannya yang biasa memiliki ide buruk. "Seperti ini ..." Steve mengambil bidak dari perlengkapan permainan catur Jason yang ada dimeja sampingnya. Jason menaikkan satu alisnya "Apa yang akan kulakukan pada bidak milikmu ini selanjutnya?"

Jason terkekeh. Sebenarnya dapat dibilang cukup jenius, tapi ia belum bisa menggunakan kemampuannya semudah yang ia inginkan.

"Ayo, Peramal muda! Apakah aku akan melemparnya ke bawah atau ... Ke wajahmu yang menyebalkan Itu?!" sambung Steve dengan nada meledek. Jason menggelengkan kepalanya.

"Tak bisa begitu---"

"Kau tak seru!" potong Steve sambil melempar bidak catur milik Jason ke lantai lalu berjalan kearahnya, namun tiba-tiba saja ia tersandung dan terjatuh ke lantai.

Jason tertawa kencang setelah melihat Steve yang terjatuh begitu saja dihadapannya. Jason kembali menatap Steve yang seharusnya masih tergeletak di bawah, namun saat itu juga ia keheranan lantaran Steve sudah tak ada dibawah.

THE CURSE OF LUMINERA | ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang