8. Royal Curse

87 16 4
                                    

"Itu tidak mungkin terjadi!" seru Hilmar tiba-tiba.

Semua orang yang ada diruangan itu sontak menengok kearahnya. "Kita tidak mungkin terkena kutukan itu! Jadi kau jangan bicara seenaknya saja!" sambung Hilmar yang dibalas kerutan dahi oleh Steve. "Kau tahu darimana jika kita tak mungkin terkena kutukan?" tanya Steve mendekat kearah Hilmar dengan tatapan mengintimidasinya. "Steve, kau harus percaya padaku. Aku... bahkan jika itu memang terjadi i-itu tak mungkin! M-mereka..." balas Hilmar terbata-bata. Ia terlihat ketakutan dan merasa tak nyaman dengan pembicaraan mereka saat ini. Melihat kakaknya yang tak biasanya bersikap seperti itu, Rietta pun berjalan menghampirinya. "Kau kenapa, kak? Mengapa kau terlihat seperti sedang menutupi sesuatu?" tanya Rietta ragu.

Seketika Hilmar menoleh mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Rietta, begitu pun juga dengan yang lain. Saat itu juga mereka mulai menyimpan rasa curiga terhadap Hilmar yang terlihat mencurigakan. "Kak Hilmar, kau tak sedang berusaha untuk menutupi sesuatu, kan?" tanya Jason mendekat. Seketika Hilmar pun menggelengkan kepalanya kuat. "Apa yang sedang kalian bicarakan? Aku tak mengerti!" seru Hilmar membela dirinya sendiri. "Lebih baik kalian lakukan sesuatu sekarang dan pastikan jika kita memang tak terkena kutukan itu!" tegas Hilmar yang dibalas anggukan kepala oleh semua orang yang ada diruangan itu. "Aku akan membantu." Kata Zack yang sukarela untuk membantu mencari tahu tentang kutukan itu. Perkataannya membuat Hilmar mengangguk lalu tersenyum. Berbeda dengan orang yang tengah berdiri disebelahnya, Steve. Kini Steve menatap Zack dengan tatapan sinisnya. "Memangnya kau bisa membantu melakukan apa?" ketus Steve pada Zack yang juga menatapnya dengan sinis setelah mendengar pertanyaan yang Steve lontarkan.

"Kau lupa? aku kan selalu bisa melakukan hal yang tak bisa kau lakukan." balas Zack sembari memberikan Steve senyuman mengejek. Steve pun membuang muka lalu berdecak setelah melihat Zack yang puas mengejeknya secara terang-terangan. "Kata siapa? Kau tak tahu apapun tentangku!" sambung Steve tak rela dirinya dipermalukan begitu saja didepan keluarganya. Melihat Steve yang terlihat kesal, Zack malah tertawa kecil sembari berjalan meninggalkannya.

***

Kini, malam yang begitu mencekam itu pun telah berakhir. Udara pagi hari yang sejuk dan sedikit terasa lembab karena hujan kecil pun mulai menyentuh kulit mereka yang kini tengah berdiri di tanah pemakaman raja dan ratu yang sudah terkubur didalam tanah dengan wajah yang sendu. Hanya suara tangisan yang terdengar di tempat itu saat ini, Semua warga desa Voreshem menangis melihat rajanya yang tewas begitu saja tanpa alasan yang jelas. Kecuali satu orang, Hilmar. Putra mahkota itu menatap dalam makam raja dan ratu dengan tatapan kosong. Melihat kakaknya yang terlihat masih tak percaya dengan apa yang sedang ada dihadapannya saat ini membuat Jason mulai mengkhawatirkan segala hal yang mungkin akan terjadi padanya. "Kak Hilmar, apa kita akan baik-baik saja setelah ini?" tanya Jason dengan suara pelan sembari mendekati Hilmar. Mendengar itu, Hilmar pun menoleh. "Akan selalu ku pastikan jika kita akan baik-baik saja. Kau tak perlu khawatir, aku akan selalu menjagamu dan adik-adik." balas Hilmar.

Jason pun mengangguk, ia tersentuh mendengar jawaban yang diberikan oleh Hilmar. Ia pun semakin mempercayainya. Sedangkan disisi lain, terdapat Zack yang tengah fokus menatap Jason dan Hilmar dari kejauhan. Dari tatapannya saat ini, sepertinya lelaki itu menyimpan sesuatu didalam pikirannya. Sesuatu yang tak seorang pun ketahui tentang itu. Tak lama kemudian, acara pemakaman pun telah selesai. Sore harinya, banyak dari warga desa yang mengirimkan bunga didepan istana untuk Raja dan Ratu yang telah pergi. "Aku masih tak dapat percaya akan apa yang telah terjadi pada mereka." ucap Rietta yang tengah berdiri menatap lukisan raja dan ratu yang dipajang didinding dengan Zack yang ada disebelah kanannya. Lelaki itu masih terdiam menatap lukisan yang ada dihadapannya itu dengan tatapan sendu.

THE CURSE OF LUMINERA | ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang