11. The Other World

72 11 0
                                    

Setelah puas menyantap makanan yang telah dihidangkan oleh kerajaan, semua penghuni istana kembali sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Begitu pun juga dengan Rietta. Namun bedanya, gadis itu berniat untuk mengelilingi istana sebelum masuk kedalam kamarnya dan tertidur. Karena dia memang masih belum mengantuk katanya.

Namun semua rencananya itu tak berhasil karena sayangnya ia malah berpapasan dengan sang kakak, Jason. Rietta jelas tahu apa yang akan terjadi jika ia bertemu dengan kakaknya yang satu ini. Lelaki itu tak akan mengizinkan Rietta untuk berjalan sendirian disaat istana sudah gelap dan sepi seperti saat ini. Berbeda dengan istananya yang biasanya masih ramai orang meskipun malam sekalipun.

"Hei! Kau mau kemana?" tanya Steve mendekat.

"Ke k-kamar?" balas Rietta terbata-bata. Steve menatap dalam wajah Rietta yang kini terlihat cukup mencurigakan baginya. Setelah menyadari sesuatu, lelaki itu pun mengerutkan dahinya.

"Rietta, seingat ku kamarmu itu ada di sana..." sambung Steve seraya menjulurkan tangannya menunjuk kearah sebuah pintu yang tepat berada dibelakang Rietta. Gadis itu pun hanya dapat menghela nafasnya kasar karena tak ada yang dapat ia lakukan di situasi seperti ini.

"---yang berarti kau baru saja melewatinya. Sebenarnya kau mau kemana, Rietta?"

"Aku hanya ingin mencari angin saja, lagipula aku belum bisa tertidur." selak Rietta. Steve yang mendengar perkataan itu pun sontak mendecih selagi memejamkan matanya. Kembali membuka mata, Steve langsung melangkahkan kakinya kedepan.

"Dengar... pergi ke kamarmu!" ketus Steve seraya berjalan meninggalkan sang adik. Namun belum sempat melanjutkan langkahan kakinya, Rietta menahan baju dan membuatnya menoleh kearahnya. "Tapi kenapa? Tak bisakah aku disini lebih lama lagi?" pinta Rietta menatap Steve dengan mata yang berbinar-binar. Dengan cepat, Steve pun mengalihkan pandangannya lalu memijat pelipisnya.

"Tidak." tegas Steve yang perkataannya cukup membuat Rietta terkejut dan tersentak karenanya. Gadis itu hanya dapat terdiam menatap lantai dengan tatapan sendunya. Melihat itu, sang kakak pun mulai merasa tak tega dengan Rietta. Ia pun berjalan mendekat lalu menggenggam bahu Rietta dengan kedua tangannya. "Hei..." ucapnya, berusaha untuk membuat Rietta menatapnya. Mendengar suara sang kakak, gadis itu pun mendongak lalu memandang dalam mata Steve.

"Dengarkan aku, Rietta... kita belum bisa mempercayai tempat dan orang-orang disini begitu saja!" sambung Steve dengan suara yang pelan dan lembut. Rietta masih menatap Steve dengan tatapan yang sama seperti sebelumnya. Namun tidak dengan apa yang ada dibenaknya saat ini. Rietta kini melangkahkan kakinya kebelakang dengan tatapan syok. Gadis itu tak percaya jika kakak kesayangannya itu sama saja dengan kedua kakaknya yang lain.

Steve mengerutkan dahinya lalu melangkah mendekati Rietta yang tampak tengah menjauhinya. Rietta menggelengkan kepala frustasi seraya menutupi wajah dengan kedua telapak tangannya. "Rietta, ada apa?" tanya Steve dengan wajah yang terlihat khawatir. Gadis itu pun mendecih lalu tersenyum.

"Oh, tak bisakah kalian lebih bersyukur? Setidaknya... kita memiliki tempat tinggal sementara untuk kita berlindung saat ini. Kita harus berterimakasih pada mereka, Steve ..."

Steve tertegun memandang Rietta yang terlihat sedih. Lelaki itu terkejut melihat sang adik yang berbicara dengan nada tinggi seperti itu padanya. Sesungguhnya, ia tak pernah melihat Rietta berkata serius atau bahkan meninggikan suaranya seperti saat ini. Ia juga mengerti, pasti semua ini dapat terjadi karena segala hal buruk yang tengah mereka lewati.

"... Bukannya malah bersikap seperti ini. Bagaimana jika mereka muak dan meminta kita untuk kembali ke Luminera? Kita-kau yang tahu apa yang sedang terjadi, bukan mereka!" sambung Rietta seraya memukul dada bidang Steve membuatnya melangkahkan kakinya kebelakang karena itu. Namun saat itu juga Rietta terdiam dan tersadar akan sesuatu, "Sepertinya aku sudah melewati batas." batinnya lalu membungkukkan badan untuk menghormati sang kakak yang masih berdiri didepannya.

THE CURSE OF LUMINERA | ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang