Happy reading
Angin malam berhembus begitu dingin, hujan yang turun begitu deras mulai menghilang meninggalkan rintik-rintik kecil yang seakan enggan meninggalkan bumi, tidak ada kendaraan yang lewat satu pun menjadikan seorang gadis yang berjalan sendiri di malam hari hanya dapat menunduk menatap setiap langkahnya
Seragam yang basah dan angin yang menerpa membuatnya memeluk dirinya sendiri. Badannya masih gemetar dengan air mata yang tak kunjung berhenti mengalir, tidak ada isikan tangis seakan ia sudah lelah dengan semuanya
"Gue ngga kuat, semuanya pergi gitu aja ninggalin gue, gue takut sendirian" Aliya kembali meringkuk pada jalanan seraya memeluk dirinya sendiri, bayang-bayang mamanya yang menamparnya Masi terus ia fikirkan, bagaimana bisa mamanya orang yang selama ini selalu menyayangi nya sudah mulai main tangan
"Hiks.... Papa Aliya mau papa hiks..." Ia terus menangis dengan memanggil nama papanya
"Gue capek hiks.... Gue nggak kuat dengan semua ini hiks" ia terus menyembunyikan wajahnya pada lipatan tangannya, sampai tiba-tiba seorang perempuan menepuk bahunya pelan, Aliya pun seketika menegang dan berbalik melihat orang itu, sebelum gelap tiba-tiba menghampiri nya, ia pingsan di pelukan perempuan itu
*****
Di tempat lain Rafa sedang berdiam diri dalam kamarnya sambil menatap langit-langit kamar dengan tatapan kosongnya,
"Took......took" sebuah ketukan pintu membuyarkan lamunannya
"Rafa, ini gue"
"Masuk aja bang" mendengar itu Abang Rafa pun masuk kedalam lalu duduk tepat di samping adiknya
"Malam ini jadi berangkat kan"
"Iya bang jadi kok, jam sepuluh nantikan"
"Iya, Lo beneran mau ikut kan, saran Abang jangan di paksa Rafa kalau hati Lo ngomong nggak lebih baik Lo ikutin aja kata hati Lo"
"Iya bang, gue bakal ikut" mendengar apa yang di katakan adiknya Abang Rafa hanya menghela nafas berat
Sesuai dengan ajakan abangnya kemarin untuk ke luar negri, ternyata keberangkatan mereka di percepat menjadi malam ini, awalnya memang Rafa tidak setuju mengenai keberangkatan nya hanya saja melihat hubungan Aliya dengan renal yang semakin hari semakin membuat nya iri, ia memutuskan untuk pergi, ia hanya ingin mencari kebahagiaan nya sendiri Tampa harus menaruh harapan pada sahabatnya sendiri
Sesuai yang ia katakan biarkan ia sendiri yang membawa perasaannya tanpa harus di ketahui Aliya, ia tidak ingin persahabatan mereka jadi rusak,
"Bagaimana dengan gadis itu, Lo sudah bilang sama dia kan kalau mau pergi" tanya abangnya
"Belum bang, gue belum sempat, mungkin nanti bang" senyum sendu di tunjukkan rafa pada abangnya
"Abang mendukung semua keputusan mu raf" setelah itu Abang Rafa pun keluar dari kamar Rafa meninggalkan nya seorang diri, dengan membaringkan kembali badannya pada kasur seraya menutup mata dengan lengannya
"Malam ini ya" beonya dengan suara lirihnya
Tujuan Rafa keluar negri memang untuk melanjutkan kuliah karena kelulusan tinggal menunggu hitungan hari saja (jadi di sini alurnya aku percepat aja yah soalnya bingung lagi mau masukin ceritanya gimana😞)
KAMU SEDANG MEMBACA
True Destiny
Teen Fiction(Tersedia dalam bentuk buku) Sebuah masalah yang tidak pernah ada habisnya, perjalanan hidup yang seharusnya mencari kebahagiaan dari orang sekitar tetapi justru banyaknya siksaan yang ia dapat. Perjalanan hidup seorang gadis bernama Aliya, yang mer...