Happy reading
Matahari sudah mulai tampak pertanda pagi telah tiba, seorang lelaki sedikit mengerutkan keningnya kala matanya merasa silau dari matahari yang muncul dari sela jendela, bukannya bangun lelaki itu justru menarik selimutnya lalu lanjut menutup mata, namun sebuah ketukan pintu berhasil membuatnya kembali membuka mata"Tok....tok Rafa bangun, jangan mentang-mentang ini hari libur, Lo bebas tidur pagi ya Rafa"
"Mmm, gue udah bangun" Abang Rafa yang mendengar itu hanya menggelengkan kepalanya, lalu segera berlalu dari sana
Rafa Lalau bangkit dari tidurnya dan menuju kearah jendela lalu membukanya, seketika matahari pagi menerpa lembut wajahnya,
"Gue rindu Surabaya" hanya itu yang di ucapkan Rafa seraya memejamkan matanya
Rafa memang berada di LA untuk melanjutkan kuliahnya, sesuai dengan apa yang di tawarkan abangnya, segala sosial media yang bersangkutan dengan teman-teman nya telah ia hapus, ia sudah mengganti ponsel saat berangkat ke LA, mengapa demikian? Jelas karna Rafa sudah tidak ingin berhubungan dengan temannya selama di LA ia ingin menyelesaikan studinya di sini Tampa gangguan
Terutama gangguan dari seorang gadis yang sampai sekarang Masi memenuhi hatinya
****
Sedangkan di tempat lain seorang gadis juga masih bergelung nyaman dalam selimutnya, karena perihal skors nya kemarin Aliya tidak ke kampus hari ini, sebuah dering handphone membangunkannya
"Mmm"
"Jangan bilang Lo Masi tidur Al"
"Gue ngga kuliah hari ini Ra, jadi ngapain bangun pagi"
"Yaelah ini anak, udahlah pokoknya Lo siap-siap pulang sekolah gue sama anak-anak mau keluar main dan Lo harus ikut"
"Gue lagi males keluar Ra"
" Ngga ada penolakan pokoknya Lo harus siap titik"
"Tuut" handphone lalu di matikan sepihak oleh Clara, membuat Aliya berdecil, namun ia tetap beranjak menuju kamar mandi
****
Di sini lah mereka sekarang di sebuah wahana permainan, tampak Azka Rio serta varo juga ada di sana"Akhirnya gue bisa ke sini"
"Lebay banget Ra" Clara pun memukul lengan Rio "sirik aja Lo" yang lain hanya menggeleng melihat pertengkaran itu
Sangat lama mereka bermain hingga lupa waktu, tampak juga Aliya tersenyum. Dan tertawa di sana, namun sebuah dering telpon mengalihkan perhatiannya
"Gue angkat telpon dulu" semua teman Aliya hanya mengangguk lalu Aliya pun sedikit menjauh
Namun yang menelpon nya hanya tertera nomor "ini siapa" Tampa fikir panjang Aliya kemudian mengangkat telepon itu
"Hallo" tak ada jawaban dari seberang sana, membuat Aliya mengerutkan keningnya bingung "hallo, ini siapa ya" lagi, tak ada sedikit pun suara dari orang tersebut membuat Aliya geram sendiri
"Kalau Lo nggak mau ngomong gue bakal matiin"
"Tuut" sebelum Aliya menutupnya seorang itu sudah menutupnya duluan
"Siapa sih gabut banget nelpon segala" baru saja ia ingin menuju ke tempat para sahabatnya Aliya di buat termenung melihat seseorang yang sangat ia kenal berada di seberang jalan, di sebuah tempat makan
"Om Wibowo" itu adalah ayah tirinya dengan seorang wanita, yang tentu saja bukan mamanya, Aliya mengerutkan kening mengapa Wibowo begitu mesrah dengan perempuan itu
KAMU SEDANG MEMBACA
True Destiny
Teen Fiction(Tersedia dalam bentuk buku) Sebuah masalah yang tidak pernah ada habisnya, perjalanan hidup yang seharusnya mencari kebahagiaan dari orang sekitar tetapi justru banyaknya siksaan yang ia dapat. Perjalanan hidup seorang gadis bernama Aliya, yang mer...