Happy reading
Tak terasa sudah enam bulan berlalu dari banyaknya hal yang telah terjadi di bangku kuliah, tak banyak hal yang berubah dari enam bulan belakangan ini, berbicara masalah Aliya hidup wanita ini tak begitu baik, ia menjadi bulan-bulanan oleh cantika dan juga para temannya di kampus, meskipun Aliya masih punya teman-teman nya hal itu tidak bisa membantunya banyak sebab Cantika bekerja sama dengan renal menjatuhkan Aliya
Pernah saat Aliya bertengkar dengan cantika namun renal ikut membantu Cantika dengan memvidio hal itu lalu menyebarkannya di kampus hingga akhirnya Aliya banyak di salahkan oleh orang-orang di kampus
Pagi ini seorang gadis terus menghela nafasnya berat, ia terduduk sendiri di taman kota seraya terus memandang anak-anak yang bermain di dengan ceria, tak lama ia merasa seseorang duduk tepat di sampingnya namun ia tak menghiraukan hal itu
"Ada apa lagi hari ini, kamu tampak tidak baik nak" Aliya kenal dengan suara itu, lelaki tua yang seumuran dengan mamanya memang sering bertemu dengannya di taman kota, lelaki ini lah yang selalu mendengarkan ceritanya ia sudah mirip dengan seorang ayah
"Aliya cuma mau jernihkan fikiran aja om"
"Aliya, om udah pernah bilang kan, kamu bebas bercerita dengan om anggab om seperti papa mu" Aliya tersenyum tipis mendengar itu
"Aliya rindu sahabat Aliya om"
"Sahabat?"
"Iya, namanya Rafa, udah berbulan-bulan dia nggak ada kabar, Aliya rindu sama Rafa"
Berbicara rafa Aliya memang tidak pernah mendapat kabar lagi dari lelaki itu, pernah saat ia mendatangi kediaman Rafa tetapi ayah rafa tidak mau memberi tau tempat Rafa sekarang, karena itu permintaan Rafa sendiri
"Kenapa tidak coba menghubungi nya Aliya"
"Sudah om, bahkan teman-teman Rafa yang lain juga sudah menghubungi nya, hanya saja selalu tidak aktif om, ia seakan menghilangkan diri dari kami" suara itu begitu lirih
"Mengapa kamu tiba-tiba merindukan nya"
Aliya lalu tersenyum tipis, tetapi air mata juga sudah mulai keluar dari matanya "kondisi Aliya sekarang, hanya Rafa yang bisa tolong Aliya, cuma Rafa yang bisa menghentikan ini semua om, Aliya capek hiks selalu jadi bulan-bulanan di kampus, kalau ada Rafa hiks pasti mereka ngga akan berani lakuin ini hiks, kalau Aliya cerita sama mama hiks mama ngga pernah percaya hiks dan justru menyalahkan Aliya atas semuanya hiks" Aliya Lalau menunduk dengan menangis tersedu "hiks Aliya capek om, Aliya lelah, hiks Aliya rindu sama Rafa hiks"
Entah keberanian dari mana Hermawan lalu membawa Aliya pada pelukannya, Aliya tidak menolaknya, ia merasa mendapat pelukan dari seorang ayah sekarang, Aliya terus menangis tersedu tampa mereka sadari seseorang melihat itu semua lalu menyeringai dan segera pergi dari sana
*****
Di tempat lain Rafa sedang bersantai di ruang tamu apartemen tempat tinggalnya di LA
"Rafa, Abang mau balik indo besok, gimana sama Lo mau ikut Abang apa ngga" tanya Kinan seraya duduk pada sofa di samping Rafa
"Kayaknya Rafa ngga ikut bang, soalnya rafa mau istirahat di sini aja"
"Rafa, Abang tau bagaimana perasaan kamu, tapi setidaknya datanglah berkunjung ke rumah papa, kasian papa juga nunggu kamu"
KAMU SEDANG MEMBACA
True Destiny
Teen Fiction(Tersedia dalam bentuk buku) Sebuah masalah yang tidak pernah ada habisnya, perjalanan hidup yang seharusnya mencari kebahagiaan dari orang sekitar tetapi justru banyaknya siksaan yang ia dapat. Perjalanan hidup seorang gadis bernama Aliya, yang mer...