Happy reading
Mama Aliya serta Wibowo dan renal tampak sangat asik dalam mengobrol, bahkan terkadang candaan mereka di iringi dengan tawa, Cantika memang tidak ikut ke rumah sakit alasannya karena besok ia harus sekolah, padahal yang sebenarnya ia hanya malas untuk menjenguk Aliya.
Aliya yang melihat tingkah mereka yang bercanda hanya diam, entahlah dia merasa seperti ada seseorang yang ia inginkan berada di sini, dia juga Masi memikirkan tentang seseorang yang menyelamatkan nya malam tadi
"Ma, ren, Aliya mau keluar bentar" seraya bangun dari berbaringnya
"Gue bantu ya Al, Lo Masi sakit soalnya"
"Iya Aliya biar renal yang bantu ya sayang"
"Nggak usah Aliya Masi kuat kok ma, nggak usah ren gue bisa kok" saat Aliya ingin turun dari tempat tidurnya renal pun memegang tangannya
"Pokoknya gue bantuin Al" tidak ada penolakan dari Aliya, ia hanya tidak ingin bertengkar, setelahnya mereka berdua pun keluar dari ruangan
"Lo mau kemana sih Al, ini udah larut banget tau"
"Gue cuma mau keluar bentar"
Aliya dan renal ternyata pergi menuju ke sebuah tempat suster menjaga "maaf sus, saya mau tanya apa suster ada liat handphone saya ya sus" tanya Aliya pada suster tersebut
"Maaf atas nama siapa ya"
"Saya Aliya sus, pasien yang baru masuk tadi suster"
"Oh mba Aliya ya tunggu sebentar ya" lalu suster itu pun mengambil sebuah handphone yang tercas di sebelah nya, lalu memberikannya pada Aliya
"Makasih suster" senyum manis di tunjukkan Aliya pada suster itu
"Iya mba, tadi waktu mba itu baru masuk masnya yang bawa kesini minta di charger dulu handphone nya soalnya katanya itu lowbet banget"
"Oh iya sus, makasih ya, yang anterin itu dia sus pacar saya" jawab Aliya dengan menunjuk renal
"Maaf mba, tapi bukan dia yang bawa handphone mba ke sini, yang anterin mba itu lelaki yang lebih tinggi terus sempat di rawat juga soalnya tangannya kayaknya cedera gitu deh mba"
Mendengar hal itu Aliya seketika menatap renal, sedangkan renal hanya dapat mengalihkan perhatiannya, jadi sebenarnya siapa yang sudah nyelamatin dia dari kejadian itu
"Yaudah suster makasih saya pamit dulu"
Setelahnya Aliya dan renal pun kembali masuk kedalam kamar, tak lama kemudian marwa dan Wibowo pamit untuk pulang, katanya renal yang akan menjaganya malam ini
"Jelasin sama gue ren, sebenarnya siapa yang nyelamatin gue, itu bukan Lo kan"
"Itu emang bukan gue Al, sorry gue bukannya niat mau bohongin Lo, gue cuma nggak tau mau jawab apa ke nyokap Lo kalau sampai Lo kenapa-kenapa sedangkan gue yang pacar Lo aja nggak bisa nyelamatin Lo Al"
"Jadi maksud Lo, Lo bohong buat nyari muka ke mama"
"Kok Lo ngomong gitu sih Al, lagian Lo harusnya bersyukur kan gue di sini jaga lo, gue juga banyak kesibukan tapi justru gue milih di sini jagain Lo yang malah sakit karena kesalahan Lo sendiri kan"
"Ren, gue sakit gini bukan gue yang minta, kenapa sekarang Lo jadi perhitungan, kalau Lo emang nggak mau jagain gue Lo boleh pergi kok sekarang"
"Emang lebih baik gue pergi sih, ngumpul sama teman-teman gue lebih ada manfaat nya daripada jagain Lo yang nggak Lo hargain sama sekali" suara renal sudah mulai meninggi tanda membentak Aliya
"Ren di sini Lo yang udah bohongin gue, kenapa Lo yang marah. jangan lupa juga ren, Lo yang udah buat gue kayak gini, Lo yang udah selingkuh dari gue ren"
"Terserah Lo Al, gue pergi" setelah perkataan itu renal pun pergi meninggalkan Aliya sendiri
Aliya menghembuskan nafasnya lelah, lalu menaikkan lengannya guna menutup matanya "gue capek seharian nangis, kenapa sekarang masalah seakan nggak mau jauh dari gue" tak bisa di tahan lagi air matanya pun menetes membasahi pipinya "gue capek, siapa sekarang yang harus gue tempati cerita, hiks.... Udah ngga ada lagi yang peduli sama gue hiks.... Rafa juga nggak tau kemana sekarang"
Aliya benar-benar ingin menghubungi Rafa sekarang, hanya lelaki itu yang bisa mendengarkannya hanya saja Aliya takut, selama hubungannya dengan renal berjalan persahabatan keduanya sedikit menjadi canggung, mereka jarang menghabiskan waktu bersama lagi
Hampir saja Aliya tertidur setelah lelah menangis, namun bunyi handphone mengalihkan perhatiannya, sekarang sudah jam dua malam lalu siapa yang menelpon begitu terlambat
Tanpa melihat siapa yang menelpon Aliya langsung mengangkat telepon itu
"Hallo" Tak ada jawaban dari seberang sana
"Hallo, ini siapa sih"
"Al, gimana keadaan Lo" mendengar suara di seberang sana seketika aliya terduduk dari tidur nya
"Rafa" suara itu begitu lirih seketika air matanya keluar lagi
"Hey Al, Lo kenapa, Lo nangis, apa ada yang sakit, siapa yang jagain Lo sekarang Al,"
Tak ada pertanyaan yang dapat Aliya jawab, hanya air mata yang selalu keluar
"Al pliis jawab gue Al jangan nangis aja"
"Gue takut raf, gue sendirian nggak ada yang peduli sama gue hiks.... Raf gue sendiri hiks.."
Mendengar nada lirih dan begitu sedih dari Aliya Rafa seketika mematikan handphone dan segera pergi ke rumah sakit
****
Malam sudah semakin larut namun Aliya Masi saja menangis dengan memeluk lutut nya, kenapa rafa begitu lama, apakah Rafa juga sudah tidak perduli padanya, asik melamun sebuah suara pintu di buka mengalihkan perhatiannya,
Rafa berdiri di sana, dengan menatap dirinya khawatir, Rafa pun mendekatinya
"Al, hey kenapa Lo nangis" bukan jawaban yang di dapat Rafa melainkan sebuah pelukan dan tangisan kencang Aliya
"Gue hiks.. takut raf hiks... Kenapa Lo lama, gue takut sendirian hiks"
"Udah Al, tenang ada gue sekarang di sini okey, ada gue Al, jangan nangis" ucap Rafa menenangkan seraya mengusap bahu Aliya lembut.
Up besoook 🥰💜
KAMU SEDANG MEMBACA
True Destiny
Fiksi Remaja(Tersedia dalam bentuk buku) Sebuah masalah yang tidak pernah ada habisnya, perjalanan hidup yang seharusnya mencari kebahagiaan dari orang sekitar tetapi justru banyaknya siksaan yang ia dapat. Perjalanan hidup seorang gadis bernama Aliya, yang mer...