Haechan berjalan mencari ruangan wali kelas chenle yang memang hari ini ia ada janji dengan wali kelas adiknya itu.
cklek
“pagi bu”
haechan membungkuk hormat pada perempuan paruh baya yang tengah duduk kursinya tersenyum kecil melihat haechan.
“duduk nak”
haechan berjalan mendekati kursi depan meja, ia mendudukkan tubuhnya sembari menghela nafas pelan.
“jadi begini haechan, kamu tau kan tunggakan chenle? sudah 7 bulan haechan, menumpuk sekali ibu ga bisa nolong buat bujuk jiadministrasi soal bayaran adikmu bisa bisa chenle ga ikut ujian loh..”
haechan menatap getir perempuan itu, jemarinya di bawah saling bertautan meremas ujung cardigannya.
“a-ah begitu, tapi apa tidak bisa untuk sementara waktu ibu bantu cuma satu bu, setelah itu haechan lunasin” ucap haechan pelan
“maaf nak, ibu ga mau di marah oleh kepala sekolah ibu ini sudah tua tidak sepantasnya di marah di depan junior junior ibu, kamu pasti paham kan?”
haechan mengangguk pelan, oh tuhan bagaimana caranya? sebentar lagi juga ia akan bayar ukt bagaimana membayar iuran bulanan adiknya ini.
“ibu selalu bantu kamu tapi kali ini ibu ga bisa bantu kamu, begini saja ibu kasih waktu 2 hari kamu cari uangnya nanti ibu ngomong sama kepala sekolah jika dalam 2 hari kamu ga daoet uangnya terpaksa chenle tidak bisa ikut ujian” jelas wali kelas tersebut.
“d-dua hari?”
“iya dua hari, haechan”
sekali lagi haechan menghela nafas pelan, masih berperang dengan pikirannya bagaimana menghasilkan uang 1,750 selama 2 hari? ia hanya memegang uang 200 itupun untuk uang makan selama seminggu.
“baik haechan cari dulu uangnya, bu”
“maaf ya nak, kali ini ibu bener bener ga bisa bantu”
“gapapa bu”
—°°—
seharian ini haechan menghampiri beberapa kerabat almarhum ayahnya dan ibunya untuk meminjam uang tapi mereka semua mengatakan tidak ada uang, padahal hanya 1,750 tidak mungkin mereka tidak memiliki uang sekecil itu karena memang mereka orang berada.
ia juga menghubungi jaemin tapi jaemin mengatakan kalo ia punya uang tapi itu untuk nayar ukt nya yang juga menunggak.
haechan meraih ponselnya dan keluar kamar, ia melirik chenle yang tengah belajar di sofa.
“kak!”
“hm?”
“kakak mau kemana? kakak mau cari uang kemana lagi?” tanya chenle pelan
“kemana pun sampai dapat, kamu di rumah aja—
“chenle mau berhenti sekolah” potong chenle cepat
haechan melotot mendengar ucapan chenle, ia menatap tak percaya sedangkan chenle berdiri menghampiri haechan.
“chenle sakit hati liat kakak mohon mohon sama orang orang buat minjem uang kak! kakak juga harus bayar kuliah kakak, jadi lebih baik kalo adek ga sekolah”
“lo ngomong apa sih dek?! sekolah itu penting dan lo dengan entengnya ngomong mau berhenti sekolah? lo ga liat kakak jungkir balik biayain sekolah lo sampai kelas 6?!”