Setiap manusia ingin di lahirkan dengan sempurna, keluarga yang lengkap, kekayaan yang berlimpah, kesempurnaan diri, lingkungan yang baik, pendidikan yang bagus, masa sekolah yang indah, pasangan yang baik dan cita-cita yang bisa di gapai.
hal itu tidak berlaku pada pemuda pemilik senyum manis itu. namanya Haechan, jauh dari kata kesempurnaan ia tidak memiliki semua itu. sejak kepergian kedua orang tuanya yang mengalami kecelakaan merenggut nyawa mereka haechan harus menghidupi dirinya dan adiknya dari SMA, kadang haechan berfikir kenapa tidak dia saja yang pergi? kenapa harus kedua orang tuanya.
haechan kini tinggal bersama adiknya chenle yang berusia 10 tahun hanya berdua di sebuah kos dekat kampusnya, bekerja di sebuah minimarket dan berjualan kue di kampus tidak membuatnya malu sama sekali. menurut haechan masa muda tidak perlu gengsi yang tinggi demi masa tua agar tidak memalukan.
—°°—
“saya janji minggu depan saya bayar, pak”
“janji terus! saya muak tau ga?! pokoknya kalo minggu depan uangnya belum ada, silakan keluar dari kosan saya!”
haechan meringis mendengar ucapan pemilik kosnya, lagi lagi ia harus di marahi karena telat membayar kos. bagaimana tidak telat kalo uangnya ia bayarkan untuk kuliahnya dan juga spp chenle.
haechan berjalan ke arah dapur terlihat chenle tengah sibuk memasukkan kue yang sudah di oven ke dalam bungkusnya.
“kak, siapa?” tanya chenle
“eum, bukan siapa siapa” bohong haechan, ia tersenyum sembari membantu chenle. ia tak ingin chenle tau masalah hidupnya cukup anak itu nurut padanya haechan sudah senang.
“kak, kemaren adek liat festival di sauna rame banget katanya juga besok mulai buka lagi di sana”
haechan menoleh menatap chenle kemudian tersenyum kecil. “mau kesana?” tanya haechan
“emang boleh? kakak kan sibuk” haechan mengusap surai adiknya itu dengan lembut kemudian mengangguk.
“tentu boleh, tapi nunggu kakak shift siang aja soalnya kalo pagi ga bisa” chenle mengangguk semangat kemudian memeluk tubuh haechan dengan erat.
“makasih kak! adek seneng”
Pagi di area kampus haechan memarkirkan motornya di parkiran, ia menatap mobil di depannya tiba tiba mundur hingga menabrak bagian depan motor haechan.
bruk!
motor haechan terjatuh begitupun haechan, haechan meringis melihat kue kuenya yang berserakan akibat jatuh padahal ada pesanan yang harusnya ia berikan hari ini.
“damn!” rutuk haechan
haechan berdiri dengan kesal ia menghampiri orang yang menabraknya, orang itu juga keluar dari mobil guna melihat apa yang ia tabrak.
“permisi! anda menabrak motor saya”
masih dengan nada rendah haechan menegur orang itu, pemuda berjaket abu abu itu membuka kaca mata hitamnya menoleh ke arah belakang dimana sebuah motor telah tergeletak.
“terus?”
haechan menganga mendengar balasan dari pemuda itu tanpa ada rasa bersalah sedikitpun, haaechan menghela nafas pelan.
“harusnya anda meminta maaf, liat kue saya rusak padahal itu pesanan temen saya”
“sorry, tapi lo yang salah kenapa lo parkir terus nunggu di belakang mobil gue? di sekitar sini banyak parkiran tapi kenapa lo harus di belakang mobil gue?” ucap pemuda tersebut sembari menatap tajam haechan.
“tapi kan anda bisa liat spion kalo di belakang ada saya” ucap haechan masih tidak terima
“gini aja deh ga usah ribet, berapa?”
“apa?”
“uang yang lo mau? berapa harga kue murahan lo itu?”
haechan mengepalkan kedua tangannya menatap tajam pemuda di hadapannya itu, meski kue itu tak seberapa tapi bagi haechan itu berarti.
haechan menghela nafas pelan kemudian berjalan kebelakang berjongkok guna memasukkan kue kuenya yang berantakan ke dalam kantong semula.pemuda itu menautkan alisnya bingung karena haechan pergi begitu saja tanpa menjawab pertanyaannya tadi, ia kemudian berjalan menghampiri haechan.
“eh! gue nanya berapa gantinya?”
“ga perlu”
“masih mending gue mau tanggung jawab, cepetan sebutin nominalnya gue ga punya waktu buat ngeladenin lo bentar lagi gue ada kelas”
haechan menegakan motornya kemudian menoleh ke arah pemuda itu, “udah pergi aja, saya ga minta pertanggung jawaban juga”
“ck! dari tadi kek”
haechan menatap kepergian pemuda itu, ia menghela nafas berat mungkin sudah berapa kali hari ini ia harus bersabar. sengaja ia mengalah dunia selalu tidak adil pada dirinya, padahal harchan selalu memikirkan sopan santunnya tapi orang orang selalu meninggikan suaranya di hadapannya.
—°°—
“gimana sih chan? dari kemarin nyokap gue berharap loh bisa makan kuenya”
haechan meremat kantong plastik di tangannya yang sudah kotor akibat jatuh dari motor parkiran.
“maaf kak amira, kakak ga perlu bayar kok”
“gue ga masalah sama duitnya ya, tapi tanggung jawab lo chan! gue mesen dari lama tapi pas dateng malah kek gini, lo serius kan?!”
Amira, perempuan itu sedikit meninggikan suaranya pada haechan. haechan menghela nafas pelan kemudian menatap kakak tingkatnya itu.
“sekali lagi haechan minta maaf kak, gini aja kak nanti haechan ganti kakak ga perlu bayar anggap aja ganti rugi—
belum sempat haechan menyelesaikan ucapannya amira lebih dulu memotong ucapan haechan.
“ga perlu! gue udah enek”
setelah mengatakan itu amira pergi meninggalkan haechan yang menatap kepergiannya, haechan merasa bersalah ia memang ceroboh tapi coba saja jika ia tak bertemu dengan pemuda itu pasti hal ini tidak akan terjadi.
“capek banget hidup gue” gumam haechan