Axel kembali ke kamar usai berbincang dengan ibu mertua. Ya memang betul, Axel sudah menikah dengan Ray walaupun secara kontrak.
Kepalanya terasa berat dan perutnya terasa bergejolak. Belum sempat ia merebahkan tubuhnya, dengan cepat ia berlari ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya.
"Uhmm"
Axel menyeka mulutnya yang kotor karena sisa liur yang menempel. Dengan perlahan ia keluar dari kamar mandi dan mengambil obat dan sebuah vitamin di laci meja.
Axel duduk di tepi kasur dan meminum obat serta vitamin itu. Setelahnya dia berbaring dan memejamkan matanya guna membuat kepala nya lebih terasa ringan dan beban di tubuhnya hilang.
Ia mengelus perutnya yang sedikit membuncit, Axel tersenyum sebentar sebelum terlelap dalam tidurnya.
1 jam berlalu, Ray memasuki kamarnya usai menghabiskan waktu bersama sang ayah. Sebelum itu Ray sempat mencari Axel di penjuru mansion. Ray bertemu ibunya dan ia diberitahu jika Axel ada di kamarnya.
Segeralah Ray menuju ke kamarnya. Dia membuka pintu dengan perlahan dan melihat Axel yang sedang tidur lelap di atas kasur empuknya. Ray masuk dengan langkah mengendap agar tidur Axel tidak terganggu.
Dia menarik selimut dan menutupi seluruh tubuh Axel. Tidak lupa ia membenarkan posisi tidur Axel yang posisinya berubah. Jangan salah, Axel tidur sendiri pasti resah. Kecuali jika ada yang menemani atau memeluknya pasti anteng. Ray mengecup bibir Axel sekilas, sayang jika dilewatkan.
"Tidur yang nyenyak sayangku" Ray tersenyum dan menghujami sepanjang wajah Axel dengan ciuman. Seketika raut wajah Axel berubah, tanda ia terganggu. Ray buru-buru menjauhkan dirinya dan terkekeh. Ia mengelus surai Axel kemudian beralih pada perutnya.
"Aku mencintai kalian berdua" Ucap terakhir Ray dan ia pergi dari kamar.
~
Malam harinya, keluarga Amethysta mengadakan acara makan malam. Kali ini sedikit berbeda, karena anggota keluarga terbilang lengkap. Biasanya hanya Ray dan Axel yang makan di meja besar itu.
Sebelum itu Ray membangunkan Axel dengan perlahan untuk mengikuti acara makan malam. Ray juga tidak mau jika Axel tidur sampai besok dan melewatkan makan malamnya. Sungguh perhatian bukan?
Walaupun rasanya setengah nyawanya masih kemana-kemana. Axel beranjak untuk membersihkan dirinya. Setelah itu, ia memakai pakaian santai yang nyaman pada malam hari. Tidak lupa menyisir rambutnya supaya rapi.
Keraguan mulai memenuhi Axel ketika ingin membuka pintu kamar. Tiba-tiba pikiran nya berkecamuk soal kejadian hari ini yang terjadi secara tiba-tiba.
Meski ia sempat tidur untuk menenangkan dan melupakan segalanya, namun itu sia-sia. Axel mengerucutkan bibirnya dan merasa kesal kenapa ia malah mengingat hal ini lagi. Toh jadi sulit dilupakan kan?
Axel menghela nafas sebentar lalu meyakinkan dirinya bahwa semua akan baik-baik saja. Ini adalah sebuah resiko yang memang harus ia tanggung atas segalanya yang sudah terjadi. Ia membuka pintu dengan tenang.
Ketenangan itu hilang setelah melihat sosok wanita didepannya. Sontak Axel sedikit berjengit, ia terkejut. Sekarang Axel hanya diam saja, membiarkan mata wanita didepannya ini bebas menatapnya dari atas sampai bawah.
"Sempurna"
Telinga Axel terasa panas, ia menunduk sebab tersipu. Dengan penampilan begini saja dibilang sempurna, apalagi tanpa pakaian haha.
"Ayo turun"
Belum sempat ia mendongak menatap wanita didepannya. Badannya sudah diangkat dan ya Axel digendong.
Dengan perasaan malu dan senang Axel mengalungkan tangannya pada leher jenjang Ray.
Axel tidak dapat mengalihkan perhatiannya pada Ray saat ini. Meskipun dalam keadaan digendong, ia tidak berhenti memuji Ray. Dari aroma feromon nya menurut nya sangat sejuk, dicampur dengan aroma lain. Mungkin itu sebuah parfum, namun aroma yang lain itu tidak menganggu sama sekali.
Rambut hitam panjang Ray terjuntai dengan anggun, sedikit mengembang pada bagian atas. Sepasang anting yang tergantung di telinga Ray dan liontin perak yang melingkar di lehernya, menambah kesan Ray sendiri. Axel dibingungkan dengan Ray yang tampan atau terlihat cantik sekarang.
Mengingat pakaian Ray yang setengah-setengah. Maksudnya, style nya bercampur antara gaya wanita dan pria.
Sempurna.
Itulah yang Axel pikirkan saat melihat Ray, tidak termasuk sikap mesumnya.
"Puas menatapku sayang?" Ray menyeletuk, Axel tersenyum dan segera menenggelamkan wajahnya. Setelahnya ia mendengar suara tertawa kecil dan hatinya menghangat.
"Jika begini, semua bisa kelaparan" Jason menatap pasutri itu dari meja makan. Ray yang menggendong Axel sudah menginjak lantai bawah.
"Aiyoo, manis sekali. Kemari lah, makanannya masih hangat" Jie tersenyum pada pasutri yang baru saja datang.
Ray mendudukkan Axel pada kursi di sebelahnya. Setelah itu, Ray juga duduk.
Dengan telaten, Ray mengambilkan piring berisi makanan lengkap kepada Axel, dessert dan menuangkan air minum pada gelas milik Axel.
Orangtuanya hanya terkekeh melihatnya. Axel benar-benar sesuatu yang bisa mengubah putrinya menjadi bucin.
"Kapan kalian akan menikah secara resmi?" Celetuk Jie.
Axel? Dia santai, hanya saja hampir ingin mengeluarkan semua yang ia kunyah. Oh jangan tanya.. yang satu lagi santai banget makan dengan tenang.
"Ray" Panggil Jason.
"Kapan-kapan" Sahut Ray singkat dan menghabiskan makanannya.
Axel mengunyah makanan nya dengan pelan, seolah selera makannya sudah hilang. Semua yang ia makan terasa tidak enak.
"Nak Axel, habiskan makanannya" Axel mendongak dan melihat ibu mertuanya sedang tersenyum. Itu membuat moodnya sedikit naik dan dia cepat-cepat menghabiskan makanan nya.
"Kalian tidak ada rencana bulan madu?"
"Tidak, aku sibuk" Lagi-lagi Ray menjawab dengan sekilas. Dengan enteng dia menjawab tanpa memikirkan Axel yang menunduk.
Jason dan Jie hanya mengehela nafas dengan berat. Mereka harus ketat pada Ray saat ini.
~
Selesai makan malam, Axel kini sedang merapikan tempat tidurnya. Hal lain yang ia lakukan adalah melipat baju dan menyapu. Merapikan alat kerja milik Ray, membuat posisi yang nyaman untuk tidur nanti.
Saat sudah selesai, ia berbaring di kasur sambil menatap langit-langit kamar.
"Oh benarkah dia mencintaiku?" Sedikit keraguan dihati Axel kini terungkap.
Jawaban singkat, padat milik Ray saat makan malam membuatnya sedikit terganggu.
"Huh, selalu saja begitu. Kemarin saja masih baik-baik saja, kenapa sekarang tiba-tiba berubah?"
Bibir Axel mengerucut, rasa kesalnya tidak dapat ia lampiaskan.
Karena asik overthinking, lama-kelamaan Axel jadi ketiduran dan terdengar dengkuran halus darinya.
Sedangkan di sisi lain, Ray sedang duduk di balkon sambil minum teh, bersama Jason.
"Sudah ayah duga, kamu tidak pernah serius akan hal ini. Jika kamu memang bertanggung jawab. Maka nikahi dia secara sah. Apalagi sudah sampai sejauh ini."
"Maafkan aku"
"Hah, sudahlah. Pastikan kamu merenungkan segalanya." Ujar Jason lalu pergi meninggalkan Ray di balkon sendirian.
Ray hanya memandang kosong ke depan. Getaran di ponselnya membuat ia tertarik. Mata Ray membulat melihat pesan yang tertera di sana.
Sayang, kita bisa bicarakan ini baik-baik.
TBC.

KAMU SEDANG MEMBACA
Alpha Woman
RandomRay seorang female alpha dari keluarga terpandang bahkan menyandang status CEO perusahaan. Pada suatu hari ia terlalu marah dan mabuk untuk meringankan bebannya. Namun, saat perjalanan pulang ia malah bertemu dengan seseorang yang memilki potensi da...