Arven kini tengah sibuk dengan sebuah berkas kantor. Ia daritadi mengeluh tidak jelas, karena banyaknya berkas yang harus ia periksa, tandatangani dan di kerjakan.
Jujur saja, dia malas melakukannya. Dia di paksa oleh ibu dan ayahnya.
"Uzza!" Teriak Arven.
"Ya tuan, ada yang anda butuhkan?" Tanya Uzza.
"Selesai kan ini dengan cepat" Arven bangun dari kursinya, dan pergi meninggalkan ruangan dan sekretaris nya di sana.
"Oh ayolah bos macam apa dia?" Uzza menghela nafasnya berat.
Sedangkan Arven sedang mengemudi dan ingin mengunjungi Ray sekarang.
Sampainya di mansion megah milik Ray, Arven turun dan langsung di tahan oleh penjaga disana.
"Tuan, apa sudah ada janji dengan nona muda?" Tanya penjaga.
"Tidak perlu seperti itu, aku adalah orang penting disini. Kau tak usah mengaturku" Ucap Arven dengan bangganya.
"Mohon maaf sebelumnya, saya tidak bisa membiarkan Anda masuk. Nona muda menerapkan sistem ini, kecuali anda sudah ada janji atau di diizinkan oleh nona muda" Jelas penjaga.
"Aku tak perlu minta izin untuk masuk, minggir!" Ucap Axel mendorong penjaga.
"Tuan!" Penjaga berteriak tapi Arven tak menggubris.
"Leea, ada seseorang ingin masuk. Kau bisa memberitahu nona muda soal ini"
"Baiklah" Jawab Leea di radio yang sudah terpasang.
Arven membuka pintu mansion dan melihat para pelayan di sana menatap nya.
"Apa lihat-lihat? Kerjakan kembali pekerjaan kalian" Ucap Arven.
Arven duduk di sofa dan menyilangkan kakinya. Dia melihat sekeliling mansion tapi tak melihat Ray sama sekali.
"Di mana Ray?" Tanya Arven.
Sunyi, tak ada yang menyaut.
"Beginikah sopan santun kalian? Hey kau! Aku sudah duduk disini dan tidak ada jamuan sekaligus. Aku adalah Arven Anderson, putra tunggal Anderson. Kalian harus ingat itu!" Teriak Arven. Sedangkan para pelayan disana hanya acuh dan tak peduli.
Kini Leea sedang menaiki tangga menuju kamar Ray.
Tok tok tok
"Masuk"
Ceklek.
"Nona muda, tuan Arven datang kesini" Ray mengalihkan atensinya. Dan segera bangkit lalu meninggalkan pekerjaannya sebentar.
"Apa kalian tidak dengar? Lihatlah berkat kecerobohan mu bajuku jadi kotor! Kau tau berapa harganya? Ini sangat mahal daripada yang kau gunakan!" Marah Arven pada anak remaja disana, anak itu menangis karena di marahi.
"Dasar rendahan" Arven hendak melayangkan tangannya, anak itu hanya bisa menunduk dan masih terus menangis. Tangan Arven tertahan di sana.
"Siapa yang memberi mu izin?" Suara dingin Ray dengan tatapan nya yang tajam kini membuat suasana menjadi tegang.
"Ray, lihatlah bajuku. Anak sialan ini mengotori nya" Arven menunjuk anak remaja yang sedang menangis.
Ray melihat anak itu meraih tangannya dan menarik nya. Ray mendekap anak itu sambil mengelus rambutnya.
"Beraninya kau, benar-benar tak tau malu menunjukkan wajahmu dan datang kesini, setelah apa yang kau lakukan kepadaku kemarin. Tidak puas ya? Kau malah menganggu ketenangan di mansion ku" Kata Ray dengan tatapan marahnya.
"Kau mau saja membela bela orang rendahan seperti itu, kau malah menyalahkan ku yang sama denganmu" Ucap Arven tak terima.
"Berhenti bicara dan pergilah kau dari sini, kau tak berhak menyamakan diriku denganmu. Kita berbeda jauh jika kau tak bisa sadar diri, bahkan mengambil 1 % dariku kau tak bisa. Jangan pikir karena kau adalah orang yang mampu, kau adalah penguasa disini." Ucapan Ray itu membuat Arven kesal.
"Penjaga!" Panggil Ray.
"Ya nona muda"
"Bawa orang gila ini keluar dari mansion ku, dan jangan biarkan ia masuk!" Perintah Ray.
Dua penjaga itu memegang Arven dan mencoba menyeret nya keluar.
"Lepaskan!" Arven meronta dan menatap Ray.
Ray melepaskan dekapannya pada anak itu dan mendudukkan nya di sofa, ia menghampiri Arven dan mencengkram rahang milik Arven.
"Dengarkan aku baik-baik, jika kau sampai berani melakukan hal seperti ini padaku. Aku tak akan segan-segan membunuhmu, atau mengambil daging-daging mu untuk aku berikan kepada peliharaan ku di bawah" Ucap Ray dengan penekanan di setiap katanya, tatapan nya yang tajam seolah mengintimidasi membuat lawan bicara atau yang menatap nya merasa sesak.
Arven pasrah dan di seret keluar.
"Sialan, awas saja. Kau akan tau Ray." Ucap Arven dengan seringai nya lalu meninggalkan mansion milik Ray.
Ray menghampiri anak itu dan berjongkok di depannya.
"Kau mau terus menangis?" Tanya Ray dengan nada selembut mungkin agar anak itu tak takut padanya.
"Hiks heuk"
"Ambilkan segelas air!" Titah Ray.
"Ini airnya nona muda" Ucap salah 1 pelayan sambil menyodorkan gelas berisi air.
"Minumlah, kau akan merasa lebih baik" Ray mengangkat wajah anak itu, terlihat matanya yang sembab dan wajahnya yang memerah akibat menangis. Anak itu menerima air dan meminumnya.
"Lebih baik?" Tanya Ray sambil tersenyum tipis.
Anak itu hanya mengangguk dan sedikit menunduk.
"Apa aku menakuti mu hm? Tak perlu takut, aku tak akan menyakitimu. Ngomong" siapa gadis kecil ini? Aku baru melihatnya" Tanya Ray.
"Y-yuna"
"Nama yang cantik" Ucap Ray sambil mengelus rambut milik Yuna.
"Yuna!" Panggil seseorang dengan belanjaan di tangannya. Ia berlari menghampiri Yuna.
"Oh nona muda, maafkan keponakan saya. Dia sendirian di rumah jadi saya mengajak nya kemari untuk bekerja" Ucap Nuri.
"Saya ingin memberi tahu ini, maaf karena saya melakukannya seizin nona muda" Tambah Nuri.
"Tak masalah, kau bisa membawa seseorang kesini. Tapi pastikan, semua pekerjaan terlaksana dan lancar seperti biasa. Oh ya jangan berikan dia pekerjaan yang berat" Setelah mengatakan itu Ray pergi untuk kembali ke kamarnya dan menyelesaikan pekerjaan.
"Yuna, apa yang terjadi dengan mu?" Tanya Nuri.
"Tadi ada seorang laki-laki, aku membawakan nya minuman dan tak sengaja menumpahkan ke bajunya. Dia marah dan ingin memukul Yuna, tapi nona muda datang dan menahan nya" Jelas Yuna.
"Syukurlah, lihat nona muda sangat baik padamu. Jadi kau harus lakukan yang terbaik mengerti?"
Yuna mengangguk dan tersenyum, ia kembali ke dapur bersama Nuri untuk mengerjakan pekerjaan.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Alpha Woman
RandomRay seorang female alpha dari keluarga terpandang bahkan menyandang status CEO perusahaan. Pada suatu hari ia terlalu marah dan mabuk untuk meringankan bebannya. Namun, saat perjalanan pulang ia malah bertemu dengan seseorang yang memilki potensi da...