7

2.1K 93 11
                                    

5 bulan berlalu, Axel menjadi suami Ray tanpa menikah. Mereka seperti suami istri pada umumnya. Bedanya, Ray bekerja ke kantor dari pagi sampai malam, sedangkan Axel membantu di rumah entah memasak, membersihkan, dan menunggu kepulangan Ray.

Sifat Axel juga banyak berubah. Saat pertama kali datang, dia suka sekali marah-marah tidak jelas. Seiring berjalannya waktu, dia terbiasa dengan Ray. Bahkan Axel sangat menyukai hidupnya sekarang.

Siang hari ini Axel tak melakukan aktivitas yang serius, dia duduk di sofa ruang tamu sambil membaca buku.

"Uhmm kaka mau main sama Yuna?" Axel mengalihkan pandangannya dan menatap Yuna dengan gemas. Dia sempat tak yakin jika Yuna adalah anak remaja. Pasalnya tingkah lucu dan kanak-kanak nya itu membuat Yuna tak seperti anak remaja.

"Boleehhh" Yuna tersenyum senang sambil membawa Orsten. Siapa Orsten? Itu adalah nama kucing milik Ray. Bulunya yang bernama orange dan dia bisa berdiri. Jadi Ray menamainya Orsten.

Axel menaruh bukunya di meja dan bermain bersama Yuna dan Orsten.

Sedangkan Ray sedang berfokus mengerjakan berkas. Ia baru saja selesai meeting bersama kliennya. Ada proyek penting yang ia sedang kerjakan, yaitu membangun restoran sederhana.  Dia bekerja sama dengan Land Company. Membaca namanya saja sudah jelas, Land Company dengan CEO nya yg bernama Gena Emberlyn, tukang tanah paling berkuasa. Ray meminta persetujuan untuk membangun restoran di sekitaran rumah masyarakat. Di sana terdapat wilayah strategis yang masih berdiri rumah rusak tak berpenghuni. Maka Ray memanfaatkan kesempatan ini untuk menambah kekayaannya.

Kesempatan kecil sekalipun asal itu berduit, Ray tidak akan melepaskannya.

"Woi" Ray menoleh dengan malas, dia melihat Elis di depan pintu ruangannya membawa kresek yang berisi makanan.

"Makan dulu deh" Elis mengeluarkan semua makanan yang ada di kresek itu. Ray bangun dari duduk nya dan duduk di sofa.

Elis menatap Ray dengan lekat. Pasalnya dia baru melihat Ray makan dengan lahap sekali. Dalam sekejap makanan nya habis. Ray kemudian memakan martabak mini sebagai dessert nya.

"Pelayan lo ga masak kah?" Tanya Elis.

"Kagak" jawab Ray lalu melanjutkan makanannya.

"Oh ya gimana sama tuh omega?" Tanya Elis sambil memakan makanannya. Sontak Ray berhenti dan bangkit.

"Dia tinggal di mansion ku" jawab Ray, dia kembali ke kursinya dan mengambil berkas.

"Gitu doang?" Ray memutar bola matanya malas.

"Dia jadi suami gua" Jelas Ray dengan singkat agar Elis tak bertanya lagi.

"Lah, lo nikah ga ngundang gwehj bangsat" Ray tersenyum Pepsodent.

"Dia jadi suami gua cuma gara-gara pas itu gua khilaf. Ogah gua nikah mah" Jawab Ray.

"Hati-hati nanti lo cinta sama dia" Goda Elis.

"Dih, gak bakal. Ga selera gua, lagian dia jadi suami gua biar nanti pas gua rut ada yang bantuin"

"Serius an lo? Nanti bapak emak lo tau abis lo" Ray menyeringai.

"Bokap nyokap gua mah asik banget di Jepang, gua minta balik pun ga mao hahaha" Ray tertawa sambil mengingat dia sangat bebas tanpa pengawasan orang tuanya.

"Paling besok pulang" Ucap Elis.

"Udah deh lo jangan minta mereka pulang. Udah bahagia banget gua" Ray fokus pada berkasnya sedangkan Elis melanjutkan makanannya.

Saat asik makan Elis tak sengaja melirik martabak mini dengan bekas gigitan yang lumayan besar.

"Ini makanan lo sisain, minimal di habisin ngen" Elis tersenyum sinis sedangkan Ray diam dan menghiraukan. Hal itu membuat Elis kesal dan memutuskan untuk membereskan sampah lalu membuangnya.

Alpha WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang