10

1.4K 63 1
                                    

"ahh haahh~ uhh ahhh ahh ahh ahh" Ray tersenyum puas melihat Axel tak berdaya di bawahnya. Keringat membasahi tubuh mereka berdua.

Lenguhan Axel begitu merdu di telinga Ray, menambah semangat dan birahinya.

"Unghh enough..." Axel menatap Ray memohon dengan mata yang berkaca-kaca. Axel melakukan kesalahan besar, itu malah menjadi pemandangan indah untuk Ray.

"Kau harus di hukum sayang~ tidak baik omega pergi ke rumah alpha dan pulang malam-malam" Ray mendorong penisnya jauh semakin dalam, membuat Axel memekik kencang.

"Akhh.. noo. S-setidaknya lakukan perlahan nghh AHH" Axel meremas bantal sangat kuat.

"Diam! Nikmati hukuman mu. Berpikirlah jika tidak ingin mendapat hukuman dariku." Mata tajam Ray menatap Axel. Ia memperhatikan mata itu yang sedang di penuhi kemarahan sekarang.

"Unghh hiks... hiks.. hentikan Ray hic ahh mmhhh" Ray tidak peduli dengan hal itu. Sedangkan Axel hanya bisa menangis. Tubuhnya sangat sakit, padahal yang waktu itu belum sembuh. Sekarang malah di gempur lagi.

"Berhentilah menangis, kau sudah dewasa. Siapa yang akan mengelap air mata mu hehh~"

"Ahh nghh... huuhh"

Axel menutup matanya, berharap semua ini cepat berakhir.

'hiks.. kapan a-aku mati?' Batin Axel yang kemudian ia pingsan. Ray yang menyadari Axel hanya diam, ia lalu menghentikan aktivitasnya.

"Tidak seru, kau selalu saja berakhir pingsan" Ray mencabut penisnya. Dia membersihkan dirinya dan pergi ke bawah.

"Selamat malam nona, makan malam sudah siap" Leena sudah di sana menyiapkan makan malam untuk Ray tentunya.

"Ya baiklah" Ray duduk di kursi dan memakan makan malamnya.

"Um bibi, aku tidak melihat kaka Axel. Aku rindu bermain dengannya" Yuna berbicara pada Leena.

"Ssstt mungkin tuan Axel sedang lelah, biarkan dia istirahat okey?" Ucap Leena sembari tersenyum.

"Hum baiklah" Yuna tersenyum dan kembali ke dapur.

"Bereskan ini" Titah Ray usai makan malamnya.

Dia kembali ke kamarnya, menutup pintu dan menghampiri Axel.

"Kenapa aku merasa bersalah? Dia tak lain hanya pemuasku disini, yah walaupun status nya sebagai suamiku disini tapi itu tidak sebenarnya" Ray mengelus rambut Axel kemudian beralih mengelus pipinya. Matanya sedikit merah karena dia menangis tadi.

"Awalnya memang karena aku khilaf, dan berniat untuk melepaskan mu. Tapi setelah tau semuanya aku berubah pikiran.

"Kau sangat tepat berada disini" Seringai muncul di bibir Ray. Ia kemudian berbaring di samping Axel dan membelakangi nya.

Keesokan paginya seperti biasa Ray sudah rapi dengan jas kantornya, tepat jam 5 pagi dia berangkat ke kantornya.

Jam setengah 8 matahari sudah memunculkan sinarnya. Axel membuka matanya perlahan, dia bangun dan melihat semua benda buram dan seperti terombang-ambing. Dia merasakan nyeri di bagian bawah dan sakit di selangkangan nya. Tak lupa pinggang sepertinya encok juga.

Dia tak bisa pergi ke kamar mandi. Terlalu berat melakukan itu, yasudah dia melanjutkan tidurnya kembali.

"Bos makan yuk, laper banget" Elis cemberut.

"Baru aja jam 8, makanya pagi-pagi itu sarapan jangan males!" Titah Ray, dia sangat fokus dengan laptop nya.

"Uhh capek banget ga sempet bikin" Elis memasang wajah memelas.

Alpha WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang