19

671 40 1
                                    

Prangg

Tukk

Tringg

Begitulah suara dari barang-barang yang tergolong mudah pecah di lempar begitu saja oleh Arven.

"Oh fuck bitch! Apa yang kurang coba? Kenapa Ray begitu marah? Huhhh!"

Kesal, Arven mengacak-ngacak rambutnya. Dia merebahkan dirinya ke kasur empuknya. Beberapa menit, Monica datang dengan sebuah nampan di tangannya.

"Arven, apa yang kau lakukan? Semua berantakan" Ujar Monica.

"Huft... Ibu, aku tidak mengerti kenapa Ray seperti itu. Apa tidak ada cara lain untuk menaklukkannya?" Monica tersenyum dan duduk di samping putranya.

"Benar juga, dia begitu galak." Arven melirik Monica. Dia menatap kedepan seperti orang putus asa.

"Argh apa yang harus aku lakukan? Aku sudah kehilangan yang satunya, masa ini juga hilang? Ibu.. coba lihat, apa kekuranganku?" Arven menggenggam tangan Monica.

Merasakan tangan yang digenggam kuat, Monica mengelus tangan putranya guna menenangkannya.

"Tidak perlu khawatir sayang, ibu yakin cepat atau lambat dia akan jatuh ke pelukanmu. Jika tidak bisa, harus bisa apapun caranya" Jelas Monica.

"Dia selalu menolakku, Ray bukannya dia sangat patuh pada orang tuanya? Kenapa dia membantah ini... Apa mungkin ada sesuatu yang membuatnya begini?" Arven memikirkan banyak teori kenapa Ray selalu menolaknya.

"Ah aku tahu! Ibu.. mungkinkah... Mungkinkah Ray memiliki seseorang yang ia sukai?" Kali ini Monica menatap putranya dengan serius. Dipikir-pikir apa yang dikatakan Arven masuk akal.

"Jika benar, kita harus menyelidikinya"

Arven mengangguk sambil menatap Monica.

"Jika memang ada, kita harus menyingkirkannya Bu"

"Pasti"

~

"Yakk curangg" Jason tertawa terbahak-bahak. Ray yang tidak terima langsung mengembalikan kuda hitam itu ke tempat semula.

"Ayah baru sekali" Ucap Jason meyakinkan.

"Tidak. Ayah baru saja memindahkan pion ini tadi. Lalu saat aku bengong dan tidak memperhatikan. Ayah seenaknya menggerakkan kudanya" Jawab Ray dengan tekun.

"Baiklah baiklah ayah yang salah" Jason merenggut, sedikit kecewa karena putrinya tidak bisa di bohongi dengan mudah. Ah dia jadi rindu masa Ray yang unyu-unyu tentu sangat mudah menipu dan menggodanya dulu.

Seperti Jason yang mengajak Ray saat berusia 7 tahun untuk naik mobil bersama. Ray yang diajak tentunya sangat senang sambil jingkrak-jingkrak. Saat sudah masuk ke dalam mobil dan memasang sabuk pengaman. Perlahan mobil itu berjalan. Belum lama, mobil mewah ayahnya itu berhenti dan Jason mengajak Ray untuk turun.

"Ayah, kenapa berhenti? Ray mau jalan-jalan" Ray berusia 7 tahun itu menatap Jason dengan mata lucunya seperti merenggut sedih karena jalan-jalan nya tertunda.

"Kan ayah hanya memasukkan mobil ke garasinya saja, langitnya mendung. Sayang jika kesayangan ayah ini kena hujan" Oh ternyata hanya memasukkan mobil ke garasi. Dengan polosnya Ray mengira perkataan ayahnya yang terakhir mengarah padanya.

Dia tersenyum dan meraih tangan Jason.

"Ayah juga kesayangan Ray" Ucapnya sambil menatap Jason, minta digendong.

Jason terkekeh dan menggendong Ray, mencubit hidungnya yang mungil. Putrinya ini mengira perkataan nya tentang 'kesayangan ayah kena hujan' itu ditujukan padanya, padahal mah itu untuk mobil hitam yang baru Jason beli sekitar 900M kala itu.

Jason tersenyum mengingatnya, kenangan waktu itu tidak akan terganti untuknya, apalagi Ray putri satu-satunya yang ia miliki. Mana alpha pula.

"Ayah"

...

"Ayah.."

"AYAHHH!" Jason tersadar, dia memegangi kepalanya yang sakit akibat kena slibet. Siapa yang slibet? Siapa lagi kalau bukan putrinya yang manis.

Lama menunggu membuat Ray muak, ayahnya tersenyum sendiri seperti orang gila. Mentri yang masih ia pegang maunya ia pindahkan, jadinya ia pakai untuk nyelibet kepala Jason yang nganggur.

"Anak durhaka ga masuk surga" Ucap Jason.

"Yasudah masuk neraka" Ray dengan santai mengambil mentri itu dan meletakkan nya lagi.

"Skakmat, aku menang" Jason membelalakkan matanya melihat ke papan catur.

Sedangkan Ray tersenyum gembira, selama ini dia tidak pernah mengalahkan ayahnya jika bermain catur. Sejak kecil Jason selalu mengajaknya bermain catur jika ada waktu luang, mengajarinya strategi dan peluang.

"Bagus, putri ayah sudah besar" Ray memperlihatkan betapa jantannya dia. Walaupun seorang woman tetap harus badas.

"Ayah, aku tidak suka Arven" Di tengah-tengah kegembiraan, Ray menyeletuk dengan santai.

"Kenapa nak? Sayangg"

"Aku serius, aku sangat mencintai Axel, hanya dia seorang yang mampu membuatku tergoda setiap hari ayah!" Ray dengan semangat mengatakan nya. Jason menghela nafas kenapa putri manisnya jadi mesum begini.

"Tidak, kamu pasti mencintai tubuhnya kan?" Tanya Jason kembali. Raut wajah Ray langsung berubah seketika menjadi berkerut. Tidak suka dengan pertanyaan ayahnya.

Baru saja Ray ingin menjawab, Jason langsung memotong dengan cepat.

"Ray, dengarkan ayah sekali saja. Mungkin sudah cukup bagimu untuk bebas. Ayah salah membiarkan mu sendirian seperti ini. Apakah kamu benar-benar yakin dengan semua ini? Kenyataan yang kamu bilang cinta, itu mungkin hanya kiasan yang keluar dari mulutmu. Kamu menemui Axel karena salah menganggap jika dia adalah perempuan itu kan!?"

Kali ini mata Jason mendelik. Bukannya mau kalah, Ray justru menatap balik tajam mata Jason.

"Baik, lawan saja ayah hm.. Aku peringatkan Rayya Amethysta, pikirkan baik-baik dan renungi segalanya. Jangan hanya begini kamu langsung luluh seketika, pikirkan yang dulu sudah terjadi. Pelajari hal itu, jangan sampai terulang lagi" Jason mengeluarkan feromonnya yang mengintimidasi, baik alpha maupun omega pasti akan merasakan.

Ray tetap tegar meskipun feromon ayahnya benar-benar terasa mencekiknya sekarang. Dengan susah payah Ray berbicara.

"Maka jangan simpulkan dulu sebelum tau yang sebenar-benarnya"

Suara Ray sedikit lemah, lehernya terasa tercekat akibat feromon Jason yang luar biasa. Bukannya merasa kasihan, Jason tetap kekeh dengan pendiriannya. Meskipun dalam lubuk hatinya ia kasihan pada putrinya.

Jason yang tertarik dengan kalimat putrinya segera bertanya.

"Apa maksudnya dengan tau yang sebenar-benarnya?"

"Huffftt haanghh.." Ray sedikit kewalahan dengan ini. Ia meremat bajunya dengan kuat sambil menahan. Sekilas senyum Jason terukir di sana. Pemandangan putrinya yg sedang kesusahan sekarang, tapi putrinya ini keras kepala juga. Kapan-kapan dikasih pelajaran tidak apa-apa juga.

"Ayah.. tolong.."

Ray menyerah kali ini, dikira ayahnya akan luluh dan nyatanya tidak. Feromon itu semakin berusaha mencekik dirinya. Seakan feromon itu seperti psikopat yang tidak akan melepaskan mangsanya sebelum terbunuh.

Melihat permohonan putrinya dan kondisi. Jason akhirnya memberikan akses bagi Ray untuk menjelaskan semua sekarang. Dari apa yang masih ia sembunyikan dan yang tidak diketahui oleh Jason.

"Aku benar-benar serius, semua telah aku renungkan dengan baik ayah. Dan aku sama sekali tidak menyesal sampai saat ini. Dan soal perempuan itu.. itu hanya masa lalu ayah! Masa depanku sekarang adalah Axel, dia sedang mengandung anakku dan cucu ayah. Sebenarnya..."























































TBC

Alpha WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang