Pada sore hari. Axel membuka matanya, irisnya menatap wanita di sampingnya yang sedang tertidur lelap. Ia tersenyum tipis. Perlahan menyingkap selimut dan beranjak dari kasur.
"Awh.."
Spontan Axel memegangi pinggangnya kemudian dia memegangi perutnya, dia perlahan berjalan ke kamar mandi.
Usai ia membersihkan dirinya, ia menoleh pada cermin besar di sana. Wajahnya merona ketika mengingat kejadian tadi. Banyak sekali ruam merah keunguan dari leher, dada- ah tidak ruam itu hampir ada di setiap inci tubuhnya.
Dia memakai pakaian tertutup sampai ke leher. Yah ruam merah keunguan itu benar-benar parah di bagian lehernya.
"Si mesum ini" gumam Axel.
Mulut Axel tidak berhenti berkomat kamit mengatai Ray. Padahal dia sendiri yang minta.
"Selamat sore tuan" sapa pelayan di dapur. Axel menyunggingkan senyuman manisnya. Emang kebiasaan bikin diabetes pagi-pagi.
"Sore, Leena apa yang kamu masak?" Tanya Axel. Ia mendekati Leena dan menengok olahan yang tengah dibuat.
"Ah ini sup, dan ini sayur asam" Leena mencicipi masakannya. Ia mengambil sejumput garam dan menambahkan ke supnya.
"Sayur semua?" Tanya Axel lagi.
Leena mengangguk dan mematikan kompor. Ia memerintahkan pelayan lain untuk menata hidangan.
"Biarkan aku membantu" Axel dengan senang hati menawarkan dirinya untuk membantu.
"Tidak tuan, biar kami saja. Anda tinggallah" Ucap salah satu pelayan.
Axel merenung, dia duduk di kursi dapur sambil mengingat kejadian di mana ia menguping perdebatan antara keluarganya dan keluarga Ray.
Bibir Axel mengerucut dan menghela nafas dengan kasar.
"Ya Tuhan, bagaimana bisa aku jadi pelakor?" Axel memutar jari-jari nya di atas meja dan menggambar bunga.
"Ah tidak-tidak, perebut istri orang yang benar haah.."
"Tapi.. Apa yang bisa aku lakukan? Semua terjadi begitu saja. Ah biarkan saja, buat apa memikirkannya. Sejak awal nasibku ini selalu sial" Axel mengacak rambutnya yang sudah rapi dan gemas tentunya. Dia terus mengomel sampai ada suara menyeletuk yang menembus gendang telinganya.
"Halo" Axel segera menoleh ke sumber suara. Spontan ia bangun dan memberikan hormat.
Sedangkan wanita yang dia berikan hormat tersenyum dan mendekat ke arah Axel.
"Duduklah" pinta wanita itu.
Axel dengan ragu, ia duduk di tempat tadi. Gugup? Tentu saja. Pasalnya di depannya ini adalah ibu mertuanya.
Kok bisa mertua? Kan udah nikah (kontrak)
"Kamu Axel?" Tanya Jie dengan lembut.
"I-iya nyonya" Axel sedikit menunduk, jujur dia tidak berani menatap ke wanita itu. Matanya yang kini menatap itu terlihat tajam meskipun mencoba menjadi lembut.
"Tidak perlu gugup, aku sudah tau semuanya" Jie dengan perlahan mengelus rambut Axel dan mengangkat sedikit tengkuknya. Hal itu membuat Axel menatap mata itu, matanya terlihat familiar. Ia bisa menemukan sedikit celah untuk kenyamanan di sana.
"Pantas saja anakku khilaf. Ternyata lebih manis dari perkiraanku" Jie tersenyum, Axel yang melihatnya seketika ingat dengan senyuman menjengkelkan Ray. Sedikit mirip tapi kali ini senyuman yang ia lihat sangat mengesankan. Bahkan itu menyentuh hatinya dan membuatnya ikut tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alpha Woman
RandomRay seorang female alpha dari keluarga terpandang bahkan menyandang status CEO perusahaan. Pada suatu hari ia terlalu marah dan mabuk untuk meringankan bebannya. Namun, saat perjalanan pulang ia malah bertemu dengan seseorang yang memilki potensi da...