17

1.1K 58 3
                                    

Ray yang tengah sibuk dengan pekerjaan nya terganggu karena suara telpon. Sedikit tidak rela meninggalkan pekerjaannya sebentar dan

"Katakan"

"..."

"APA?" Suara keras Ray tentu mengagetkan Elis.

"Kenapa berteriak?"

Ray memutuskan telponnya dan bangkit.

"Elis, aku harus pulang. Ini mendesak. Katakan pada semuanya untuk pulang awal hari ini" Titah Ray.

"B-baiklah" Elis masih loading dengan ini, melihat Ray terburu-buru keluar.

Saat ini Ray menyetir dengan cepat dan terburu-buru. Tampak kekhawatiran di wajahnya.

"Oh Tuhan tolong jaga Axelku"

~

"Silahkan diminum tuan, nyonya" Leea membungkuk dan hendak pergi.

"Tunggu" Suara itu membuat Leea terhenti.

"Di mana-" Baru saja ingin mengucapkan tiba-tiba pintu terbuka dan menampilkan Ray di sana.

"Rayy" Arven berlari dan memeluk Ray, sontak Ray melepaskannya dengan paksa.

"Apa-apaan kau!? Siapa yang memberimu izin masuk ke kediaman ku hah?" Ucap Ray dengan penekanan.

"Aku yang mengizinkannya" Ray menoleh ke sumber suara. Dengan lekat iris dua mata hazel coklat itu yang sama dengan irisnya menatap padanya.

"Ayah"

"Tidak ingat denganku? Dasar anak durhaka. Ditelpon juga diabaikan terus. Seberapa kesibukanmu hm?" Ray menghampiri pria itu dan memeluknya.

"Maafkan aku, aku malas hehe" Ucap Ray dengan cengiran di wajahnya.

"Bagaimana kabar putri ayah? Sepertinya baik-baik saja" Perlahan pelukan itu terlepas.

Pria itu Jason Amethysta, ayah Ray. Seorang enigma sekaligus pemilik perusahaan Amethyst Corp.

"Aku tidak dianggap di sini" Atensi Ray beralih pada seorang wanita dengan rambut panjang itu.

"Tidak tidak, aku juga rindu ibu" Ray beralih memeluk wanita itu yang diketahui namanya Jie Qeiztiwors. Alpha wanita yang menyandang sebagai ibunya. Istri sah dari ayahnya, Jason Amethysta.

"Ekhem" deheman itu membuat keluarga cemara itu menoleh.

"Maafkan kami nak Arven" Ucap Jie sembari tersenyum.

Tidak dengan Ray yang kini mendengus, kenapa Arven juga kesini.

"Tidak apa-apa tuan dan nyonya" Arven juga membalas senyuman Jie dengan lebar.

Apa yang dilakukan Arven? Tentu saja sok baik.

"Tidak perlu sungkan, panggil saja ibu" ucap Jie menambahkan.

"Baik ib-" Belum selesai Arven bicara, kini Ray yang membuka suara.

"Tidak boleh! Ibuku ya ibuku, tidak boleh ada yang memanggilnya selain aku. Ibuku milikku" Tegas Ray.

Jason terkekeh, semakin dewasa kelakuan putrinya semakin rada-rada. Peristiwa ini tidak asing baginya, saat kecil bahkan remaja Ray suka sekali mengklaim ibunya ini hanya miliknya. Bahkan Jason harus bersaing dengan putrinya sendiri.

"Sayang, sampai kapan kamu terus begitu? Yang benar ibumu ini milik ayahmu yang tampan ini" Ujar Jason dengan kepedean yang tinggi.

"Sok asik, ku bilang tidak ya tidak" Ucap Ray dan tidak boleh di bantah.

Alpha WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang