23

491 31 0
                                    

Masa SMP sangat menyenangkan. Tak terasa kini sudah memasuki tahap Ray menjadi siswa senior, atau ia duduk dikelas sembilan. Hubungannya dengan Alya masih sampai sekarang. Hal itu membuat kerap kali semua menjuluki mereka berdua sebagai couple awet.

Gimana gak awet, Ray bucin kebangetan. Semakin tahun bertambah penampilan Ray semakin keren, sekarang dia populer dikalangan adik kelas. Banyak yang ngefans dengan Ray karena penampilan badasnya, tapi sifatnya seperti hello kitty. Sampai banyak sekali yang menyukainya dan itu membuat Alya merasa tersaingi.

Alya? Sifatnya tidak pernah berubah. Ia masih jahat dan suka menggertak tanpa sepengetahuan Ray. Dulu Alya memang sangat populer, namun siapa sangka semenjak pertengahan semester dua di kelas delapan. Ray merosot naik menjadi primadona sekolah.

"Kakak, b-boleh aku minta tanda tanganmu?" dia adalah Cheryl, seorang beta yang duduk di kelas tujuh. Dia fans berat Ray. Setiap bertemu dengan Ray, Cheryl malu-malu.

"Of course pretty" Suara itu membuat siapa yang mendengarnya langsung seperti merasakan euphoria. Cheryl memekik senang dalam hatinya. Oh ya ampun jangan heran, selain bertambah cakep setiap hari. Ray ini juga memelihara sifat buaya, entah sejak kapan.

"Ini dia" Ray memberikan buku itu pada pemiliknya.

"Terima kasih Kak" Cheryl yang sudah dapat keinginannya langsung berlari senang. Ray hanya tersenyum sambil melambai-lambai.

"Fansmu lagi?" Suara itu membuat Ray menoleh. Dia langsung merangkul pundak perempuan di depannya.

"Yeah, kau tau betapa kerennya aku"

"Sombong amat, jamet gini banyak suka. Gw lebih keren dari lu ngek" Dia adalah Elis, seorang omega perempuan. Bestienya Ray paling ia sayang katanya.

"Elis kenapa bajumu keliatan?" Tanya Ray dengan ekspresi bingungnya.

Sontak Elis melihat pada bajunya, kemudian Ray tertawa. Elis yang sadar segera memukul Ray.

"Buaya bangke, pertemanan kita selesai" Elis meninggalkan Ray, sedangkan Ray langsung cengo.

"Woi lis bercanda aelah, hiks jangan tinggalin gw" Ray mengejar Elis yang ngambek, pura-pura si.

Elis dan Ray tidak tahu juga kenapa mereka saling bisa akrab satu sama lain walaupun mereka berbeda antara alpha dan omega, mereka ini sefrekuensi. Seleranya hampir sama. Benar-benar teman yang cocok.

Mereka kini sedang asik gibah sambil makan bersama. Suasana berubah ketika Alya datang menghampiri mereka.

"Ray, kenapa tidak menungguku?" Ucap Alya manja.

"Maaf sayang, apa kelasmu sudah selesai?" Ray menarik Alya untuk duduk di sebelahnya.

"Sudah, kau malah memilih makan bersama perempuan gila ini?" Alya cemberut, sedangkan Elis? Dia mengernyit tidak suka. Beraninya dia dibilang gila sedangkan yang bilang lebih gila.

"Ah haha oke maafkan aku ya? Mari kita makan bersama" Ray pergi memesan makanan. Sedangkan Alya menatap Elis dengan tajam. Yang ditatap fokus makan dengan nikmat.

"Menjauhlah dari Ray" Titah Alya.

Elis mendongak dan tersenyum tipis.

"Haha, apa kamu cemburu? Kasian sekali" Elis mengejek Alya dan itu membuatnya kesal.

"Dasar omega penggoda. Kau pasti ingin mendekati pacarku" Elis meletakkan sendoknya.

"Dengar ya, aku tidak ada sama sekali ingin merebutnya. Tapi, aku akan membuatnya sadar akan dirimu yang seperti ular" Ucap Elis dengan bangga.

"Oh ya? Kau tidak akan bisa. Ray sangat mencintaiku. Bahkan kau tidak bisa membuatku pisah darinya" Alya merasa menang.

"Aku kasihan sekali dengan Ray memiliki pacar sepertimu. Sebenarnya kau itu apa yang menarik coba? Membuat pemandangan rusak yang ada"

"Beraninya kau! Jika Ray mengetahui ini maka dia tidak akan mengampunimu" Alya yang kesal menyiram Elis dengan air. Hal itu membuat Elis melotot dan bangun.

"Ck, cukup. Kau keterlaluan Alya. Tunggu sampai Ray tau sifatmu sebenarnya, kau tidak akan dapat kesempatan haha. Aku memang menahan dan memendamnya karena aku tidak ingin merusak hubungan pertemanan ku dengannya. Tapi kau? Sudah enak malah memilih seperti ini. Kupastikan, cepat atau lambat hubungan mu dengannya akan retak" Elis tertawa dan meninggalkan Alya.

Alya mengacak rambutnya frustasi. Elis benar-benar membuatnya jengkel. Dua orang yang tak bisa ia taklukan adalah Ralken dan Elis. Mereka berdua adalah orang yang paling berani menentangnya.

"Sayang, ada apa? Di mana Elis?" Ray datang dengan sebuah nampan yang berisikan dua porsi nasi goreng. Dengan es teh sebagai minuman.

"Kenapa kamu menanyakan perempuan lain?" Ray tertohok, pacarnya ini cemburu. Ray tersenyum dan duduk disebelahnya.

"Pacarku manis sekali, ayo kita makan. Biar aku suapi sayang" Ray menyuapi Alya dan orang-orang sekitar sana menjadi saksi lovey dovey mereka.

Tak terasa waktu begitu berjalan dengan cepat. Kini Ray sudah berusia 18 tahun, hubungannya dengan Alya? Tentu saja masih. Tapi di sinilah mulai ada kerenggangan dalam hubungan mereka berdua. Mulai dari Alya yang selalu mencari alasan dan menolak semua ajakan Ray. Bahkan Alya menjadi lebih galak dari biasanya.

Ray sama sekali tidak masalah, dia hanya mengikuti alur saja. Perasaan cintanya masih tetap sama. Jangan salah, Ray itu orangnya setia. Dari usianya sekarang, ayahnya mengajari segala sesuatu tentang perkantoran. Jason sudah memiliki rencana untuk memantapkan usaha putrinya nanti dan menjadi CEO di perusahaan, dan waktu 1 tahun digunakan untuk kursus menyetir mobil.

Pada sore hari, Ray baru saja pulang dari kantor seusai belajar bersama ayahnya. Jason meminta Ray pulang duluan dan mencukupi pembelajaran untuk putrinya. Ray mengemudikan mobilnya dengan santai, sambil menikmati pemandangan sore hari. Matanya mengarah pada sosok wanita yang sedang bercanda ria dengan seorang pria yang terlihat seumuran dengannya.

Saat itu juga mobilnya berhenti, Ray memperhatikan dua insan itu saling berpelukan bahkan berciuman di bibir. Ray enggan turun memastikan, dia tau jika itu adalah kekasih yang amat ia cintai.

Lama memperhatikan, dada Ray terasa sesak bagaikan tertusuk ribuan panah. Pasangan itu terlihat mesra dan sangat intim. Sulit untuk dirinya berpikir positif. Ray merasa pusing dan perlahan menyalakan mobilnya dan melajukannya dengan cepat, lalu pergi dari sana.

Saat menyetir, ia mengingat sekilas pemandangan yang ia lihat tadi. Cairan bening mulai membasahi pipinya, dengan sisa ketegaran yang ia miliki, ia tetap memaksa menyetir dan melajukan mobilnya lebih cepat. Cairan bening itu semakin deras turun, kini matanya tidak bisa melihat dengan jelas. Ia mengusap air matanya.

Mobilnya melaju dengan cepat, sampai ia tak menyadari ada sebuah pohon besar di depannya. Saat itu juga, benturan keras yang nyaring terdengar. Mobilnya Ray menabrak pohon itu, syukurnya itu tidak meledak. Sedangkan kepala Ray terbentur dengan setir di depannya.

2 hari setelah kejadian itu, Ray membuka matanya. Pemandangan yang ia lihat adalah sebuah ruangan berwarna putih. Kepalanya terasa sakit, tapi Ray memaksa tubuhnya untuk bangkit.

"Kamu baik-baik saja sayang?" Suara lembut itu membuat Ray menoleh, dengan senyum lemahnya, Ray berusaha menjawab dengan keras.

"Ibu"









































TBC

Alpha WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang