Bab 10: Perburuan

87 14 1
                                    

Tidak perlu mengingatkan aku, bahwa ini memang kediamannya. Tapi setidaknya, tidak bisakah dia memberiku privasi? Yah, dia memang tidak masuk kedalam kamar tidur. Hanya saja, kenapa dia menunggu disini saat tengah malam?

"Apakah di seluruh kediaman milikmu, hanya ini ruang tamu yang kamu punya?"

Jasper hanya menaikkan satu sudut bibirnya.

Menghela napas, aku berjalan ke arah sofa dan duduk di sofa panjang yang ada di hadapannya. Malam ini, dia mengenakan sebuah tunik putih dengan kerah yang berumbai dan dua tali yang menyilang sebagai kancing, di sepanjang dadanya.

Tidak ada pembicaraan di antara kami berdua selama beberapa menit. Jasper kembali menunduk dan menekuni benda persegi panjang yang dia bawa. Beberapa menit kemudian, pintu ruang tamu diketuk dan seorang staff pria datang dengan sebuah troli makanan. Dia berhenti tepat di samping meja yang memisahkanku dan Jasper. Kemudian, meletakkan dua mangkuk makanan, dua gelas kosong, dan sebuah minuman yang ditempatkan di sebuah pitcher yang terbuat dari kaca. Cairan merah gelap yang pekat sudah terisi penuh di dalamnya. Makanan yang disajikan berwarna putih seperti sebuah sup yang sangat kental.

Ketika staff itu selesai, Jasper mendongak dari benda itu dan bersuara. "Terima kasih."

Staff pria itu mengangguk dan mulai mundur dengan trolinya, kemudian keluar dari ruang tamu. Jasper menegakkan punggungnya, meletakkan benda persegi panjang itu dari tangannya, dan segera mengambil sebuah gelas, kemudian menuangkan isi pitcher ke dalam gelasnya. Saat cairan itu tumpah kedalam gelas. Lagi-lagi, aku harus menahan air liur yang sudah mengumpul di dalam mulutku.

Jasper meletakkan pitcher itu kembali. Kemudian mengendus isi gelasnya sambil menggoyangkan gelasnya dengan memutarnya. Jika Cassius ada disini, dia pasti memujinya. Kemudian, dia meminumnya dalam satu tegukan cepat.

Aku masih bergeming di atas sofa. Tidak bergerak sama sekali.

"Kamu tidak minum?" Tidak ada suara terkejut dari pertanyaannya.

"Tidak."

Dia meletakkan gelas kosongnya dan mulai menarik satu mangkuk yang ada di atas meja. "Makan?"

"Tidak."

Dia mencelupkan sendok dan mulai memakan sup kental itu. Lalu, mengangguk-anggukan kepalanya seperti sedang mengapresiasi sup yang dia makan. Para Vampir dan Dracula tidak membutuhkan makanan. Untuk apa dia memakan supnya?

Setelah dia selesai menelan supnya, dia berdeham. "Aku menyesuaikan diri, Mallory." Aku mengabaikan rasa merinding yang menggelitik punggungku. Saat dia menyebut namaku. 

Berdeham, aku berkata. "Aku tidak peduli." Bagaimana dia bisa membaca reaksiku, bahkan ketika dia tidak sedang memandangku?

Dia menghabiskan supnya dengan cepat. Sekarang hanya tinggal satu mangkuk sup yang masih utuh. Dia mendongak ke arahku. "Mencoba makanan yang ada di hadapanmu, tidak akan mengubah apapun yang menjadi seleramu, Mallory. Mahkluk berumur panjang seperti kita, seharusnya memanfaatkan waktu kita yang tidak terhingga untuk mencoba sesuatu baru."

"Aku tidak tertarik."

Jasper hanya menatapku dengan rautnya yang bosan. "Bahkan minumannya sekalipun? Apakah Klan milikmu tidak lagi meminum darah manusia?"

Aku memiringkan kepalaku padanya dan dengan terang-terangan menampakkan ketidaksukaanku pada pertanyaannya. "Kenapa kamu bertanya? Kamu tahu itu sama sekali bukan urusanmu."

Dia sama sekali tidak terpengaruh. Wajahnya masih menampakkan raut bosan. Dia hanya berdecak pelan sambil bersandar kembali ke punggung sofa. "Sekarang aku paham, kenapa Sergei benar-benar menyerah padamu." Gumamnya lebih pada dirinya sendiri.

The Crescent Moon (Moon Series #2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang