Bab 3: Perubahan

119 21 2
                                    

Keesokan harinya, Sergei datang lagi. Aku sedang menghabiskan waktuku membaca buku-buku lama dari rak buku, tepat di samping perapian.

Aku sedang berdiri didepan perapian sambil membaca buku, saat Cassius membuka pintu dengan Sergei berada disampingnya. Aku bisa merasakan kehadiran Sergei tanpa memandangnya.

"Aku tidak menerima tamu." Gumamku masih membaca buku bacaanku. Saat aku menghabiskan paragraf terakhirnya. Aku mendongak dan menatap Cassius. "Sejak kapan kamu membawa masuk seorang tamu tanpa pemberitahuan?" Suaraku terdengar ringan. Tapi Cassius menangkap sarkasme di dalamnya, yang membuat wajahnya berkerut tidak nyaman.

Sergei melangkah memasuki ruangan. Dia berhenti tepat disampingku. Aku meliriknya. Lalu beralih pada Cassius secepat kilat. "Tinggalkan kami."

Dia mengangguk dan menutup pintunya.

Aku berbalik dan melangkah menjauhinya. Aku duduk di atas kursiku, dibalik meja besar. Sementara Sergei masih berdiri di balik meja. Dia menjulang dihadapanku. "Maafkan aku." Dia mengatakannya seperti dia memuntahkan kotoran dari dalam mulutnya.

Menyandarkan punggungku sambil bersedekap, aku hanya menatap kosong padanya. Aku sedang menahan tanganku agar tidak meraih kedua pedangku yang tergeletak tepat di bawah kolong meja dan menghunuskannya tepat di atas jantungnya. 

Itu akan membunuhnya. Langsung. Di. Tempat.

"Aliansi kita sudah berakhir, ketika kamu tidak menanggapi suratku, Sergei." Tanganku menarik laci dari samping kanan mejaku. Aku mengambil sebuah foto dan menyodorkannya di atas permukaan meja. "Jangan berbohong padaku dan mengatakan kamu tidak pernah mengenalnya."

Aku meletakkan kedua siku tanganku di permukaan meja dan mengistirahatkan daguku di atas kedua telapak tanganku. "Katakan yang sebenarnya, Sergei." Suaraku lembut, tapi aku menyelipkan ancaman yang nyata didalamnya.

Sergei terdiam beberapa saat.

Akhirnya mulutnya terbuka. "Dia hanya rekan bisnis."

Aku menaikkan satu alisku. "Bagus! Apa kamu tahu sekarang dimana rekan bisinismu?"

Dia menggeleng.

Akhirnya, Sergei tidak tahan dengan perilaku intimidasiku. Dia menarik nafas panjang. "Pokoknya, datanglah di kediamanku minggu depan. Banyak sekali yang perlu kita diskusikan. Dan sudah saatnya kita bergabung dengan para Vampir. Kita tidak bisa terus-terusan memusuhi mereka. Era kita sudah habis, Lorry."

Aku mengatupkan bibirku dan mendesis. "Jangan memanggilku seperti itu."

Sergei tampak tidak peduli. "Aku tetap akan mendatangimu besok. Sampai kamu setuju." Dia langsung berbalik dan berjalan keluar dari ruanganku.

***

Hanya ada tiga puluh dari orang-orangku yang masih setia padaku dan tinggal di kastil yang bobrok ini. Sisanya, pergi meninggalkan kastil ini karena mereka lebih memilih pasangan mereka daripada rumah mereka sendiri. Aku tidak bisa menyalahkan para Dracula yang menemukan pasangan selain Dracula. Karena, pada akhirnya mereka harus meninggalkan rumah mereka. Tradisi tetaplah tradisi. Jadi, aku harus melepaskan mereka. Tapi aku masih berusaha menjaga hubungan baikku dengan mereka. Karena mereka masih lah orangku.

Tiga puluh dari mereka terdiri dari dua puluh pria dengan sepuluh wanita. Rata-rata umur mereka hampir sama denganku atau lebih muda seratus tahun dariku. Mereka semua tidak memiliki pasangan. Sama seperti aku. Dan aku berharap aku tidak menemukannya.

Mereka semua masih duduk di atas bangku panjang yang berjejer dihadapanku. Sementara aku berdiri di mimbar tepat di hadapan. Ruangan ini sangat besar.

Dulunya, ada ratusan dari kami berkumpul di aula utama ini untuk mendengarkan seorang pemimpin Klan untuk bicara.

Dulunya ruangan ini penuh sesak, hingga beberapa dari kami harus berdesakan di sudut aula agar mampu mendengarkan seorang pemimpin berbicara.

Itu adalah ratusan tahun yang lalu.

"Lorry," Cassius berbisik dari bawah mimbar.

Aku berkedip. Menghilangkan pengaruh masa lalu yang masih menghantuiku. "Sergei memintaku untuk menghadiri pertemuan dengan para Vampir. Dia ingin kita bergabung dengan para Vampir. Membangun sebuah aliansi." Aku mengumumkan.

Leroi berbicara, "Kamu belum memberinya hadiahmu?" Dia terlihat terkejut.

"Belum. Tapi, aku akan memberikannya di saat yang tepat."

Laroi mengangguk.

"Sergei akan datang lagi besok. Tapi aku tidak akan ada disini."

Kali ini Cassius yang bertanya. "Kamu pergi berburu lagi?" Suaranya meninggi. "Kamu barusan kembali." Dia sama sekali tidak menutupi ketidaksetujuannya.

"Aku akan membantu." Leroi menawarkan.

"Kamu bisa mengambil bagian selatan."

Laroi tampak tidak setuju, "Bukankah kemarin kamu baru kembali dari sana?"

"Aku belum memeriksa keseluruhan wilayahnya." Dan aku tidak ingin mereka menyadari bahwa para mayat hidup itu semakin menguat. Bahkan aku mulai kuwalahan menghadapi jumlah mereka yang semakin banyak. "Sayangnya, aku belum menemukan siapa pembuat mereka." Itulah tugas Leroi dan Laroi.

"Kalian berdua." Aku menunjuk dua Dracula kembar itu. "Temukan pembuatnya dan bawa kepalanya padaku."

Sementara yang lainnya akan melakukan patroli dan menjaga kastil ini, seperti biasanya.

"Bagaimana denganku?" Cassius bertanya. "Tidak bisakah aku melakukan sesuatu? Aku bosan berada disini dan hanya membuat minuman."

Aku tidak akan membiarkan Cassius terlibat dengan bahaya. Cukup sekali saja, aku membawanya ke medan pertempuran. Walaupun kemampuannya sudah meningkat. Tapi dia terluka saat dia terjatuh dari punggung Ogre yang dia panjat, karena terlalu bersemangat.

"Jaga kastil ini dan usir Sergei saat dia muncul."

***

Jangan lupa tinggalkan jejak vote sebagai apresiasi untuk penulis yaaa. Have a nice read, Readers 🤩

The Crescent Moon (Moon Series #2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang