Bab 43: Sebuah Kebahagiaan

61 15 3
                                    

Lance sudah mati.

Aku telah membunuhnya.

Semuanya sudah berakhir.

"Lorry ku, sayang." Jasper bergumam dari belakangku. Kedua tangannya mencengkram lembut bahuku. "Semuanya sudah berakhir."

Aku berbalik ke arahnya. Melepaskan semua senjata yang ada di kedua tanganku. Aku memeluknya. Memeluknya dengan erat dan menghirup aromanya yang selalu membuatku ketagihan.

Terdengar dehaman kasar dari sampingku. Aku melepaskan pelukanku dan beralih pada Elle. Dia sedang membawa kepala Cressida. "Aku harus pergi sekarang dan melunasi pembayarannya pada Edna. Sampai jumpa lagi, Lorry."

Aku mengangguk sebagai balasan.

Elle memberikan anggukan perpisahan pada Jasper, lalu dia pergi keluar dari ruangan ini. Aku kembali melingkarkan kedua tanganku ke pinggangnya dan memeluknya. Bersandar di atas dadanya. Mendengarkan suara detak jantungnya yang teratur.

Aku mendengar sebuah langkah kaki yang mendekat. Berikutnya, aku mendengar suara Orlo. "Aku akan menghubungi Count Vlad dan mengurus sisanya." Dia menawarkan.

"Sampaikan ucapan terima kasihku padanya, Orlo." Jasper bergumam dari puncak kepalaku.

"Tentu, Tuan McAllister."

Samar-samar. Aku mendengar suara kepakan sayap dan suara riuh dari burung gagak yang mendekat. Saat aku mendongak, mereka telah mengelilingi kami berdua seperti pusaran angin. "Saatnya kita pulang." Jasper berkata sambil memelukku erat-erat. Berikutnya, kami berdua dibawa berpindah oleh para gagak.

***

Aku membuka mata.

Memandang pantulan diriku dari air dangkal yang jernih dihadapanku, gaun yang aku pakai berwarna ungu dengan model bordiran lama yang biasa dibuat oleh ibuku.

Bahkan aku mengepang rambutku menjadi dua bagian. Hal yang dulu biasa aku lakukan saat ibuku masih hidup. Dia selalu memastikan rambutan tertata dengan indah dan rapi. 

Saat aku mendongak, aku telah berdiri dibawah sebuah naungan ruangan yang penuh penerangan berwarna ungu. Langit-langit luas di atasku mengerucut ke bagian atas ruangan ini.

*Pict hanya ilustrasi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Pict hanya ilustrasi

Ada sebuah singgasana besar yang berada di ujung ruangan. Tapi, singgasana itu kosong. Aku melihat beberapa siluet bayangan yang berlalu-lalang. Aku mulai melangkahkan kakiku. Seketika bahuku tertahan. Tubuhku dibalik oleh dua lengan yang mencengkram lembut bahuku. 

Aku berhadapan dengan ayah dan ibuku. Tangan ibuku lah yang menahanku. Dia langsung menarikku kedalam pelukannya.

Dia memelukku hampir seperti meremukkan aku. Setelah beberapa saat, dia melepaskan pelukan kami. Kedua tangannya menelusuri wajahku. "Astaga, kamu semakin cantik sayangku. Apakah kamu menemukannya?"

The Crescent Moon (Moon Series #2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang