Bab 21: Masa Lalu

75 13 1
                                    

Tempat tidurku berkeriut protes saat Jasper bergeser sedikit dari tempat dia berbaring sebelumnya. Bahkan ketika dia melilitkan lengannya di pinggangku dan menggeser tubuhnya lebih dekat ke tubuhku, tempat tidur dibawah kami mengerang lebih keras.

Dia mengumamkan desahan panjang tepat di atas puncak kepalaku. "Begitu kita bangun, aku akan meminta Louis membeli tempat tidur baru untukmu." Gumamnya kesal. "Sungguh, bagaimana kamu bisa tidur tanpa terganggu dengan suaranya?"

"Aku tidak keberatan dengan suaranya." Gumamku ringan. Aku mendongak dan memberikannya senyuman menggoda. "Lagipula sebelumnya, kamu sama sekali tidak keberatan?"

Jasper memberiku seringaian malasnya yang khas. Kemudian, menunduk dan berbisik tepat di atas telingaku. "Itu karena, bunyinya seirama dengan suara desahan yang keluar dari bibirmu." Satu tangannya yang berada di pinggangku mulai bergerak dan memberikan belaian ringan yang membuatku terhanyut dengan kenikmatan. Untuk kali ini, aku tidak akan membiarkan dia mengalihkan aku. Aku mengambil tangannya yang masih membelai lekukan punggungku. "Sekarang, saatnya kita bicara." Aku membawa gengaman tangan kami beristirahat di sisi wajahnya. "Ceritakan padaku semua tentangmu." Aku memohon. 

"Sebelum itu, kamu harus meminum obatmu dulu."

Dahiku berkerut bingung, "Obat apa?"

Jasper menarik genggeman tangan kami ke lekukan lehernya. "Di dalamnya, ada obatmu."

"Darahmu?" Tanyaku setengah tercekik. "Kamu membuatku seperti lintah penghisap darah."

Jasper tersenyum penuh kemenangan. "Aku tidak peduli, selama kamu yang menjadi lintahnya." Gumamnya sambil terkekeh.

Aku tidak bisa untuk tidak terkekeh bersamanya.

"Sekarang." Dia mengingatkan, "minum obatmu. Sebelum aku sendiri yang melakukannya seperti terakhir kali."

Aku memiringkan kepalaku, "Apa kamu melakukannya untuk menjebakku agar aku mau bersama denganmu?" Itu adalah sebuah pertanyaan yang bermain-main dan menggoda.

Seketika pandangannya menggelap, iris matanya berwarna ungu berkilauan dengan warna yang keruh. Wajahnya menjadi serius, bahkan suaranya rendah dan serak saat dia berbicara. "Aku akan melakukan apapun, Lorry. Jika itu selalu berkaitan denganmu." Janjinya. "Sekarang, minum obatmu." Ucapnya dengan penekanan di setiap katanya. 

Dia benar-benar serius saat mengatakannya. 

Jadi, aku tidak bisa untuk menolaknya. Kepalaku beringsut ke arah lekukan lehernya dan mulai membenamkan bibirku ke kulitnya yang halus. Terdengar suara erangan rendah yang keluar dari tenggorokannya. Aku menghisap darahnya dalam satu tegukan cepat. Semakin aku merasakannya, semakin aku menyukai rasanya. Aku bisa mengecap rasa musk dan vanila yang manis dari darahnya. Rasanya, aku tidak pernah merasa sehidup ini. Seperti aku telah dilahirkan kembali. Bahkan aku bisa merasakan kekuatannya mengalir kedalam tubuhku. 

"Lorry ku, sayang." Dia memanggil dengan suara dengkuran yang lembut. 

Aku tersadar dan langsung melepaskan gigiku dari kulitnya. Mendongak ke arahnya, dengan sengaja aku membersihkan sisa-sisa darahnya  yang tertinggal di atas bibirku dengan lidahku sambil menatapnya. Kilauan ungu pada iris matanya semakin keruh, bahkan aroma tubuhnya yang selalu aku dambakan mengelilingi indra penciumanku seperti sebuah ombak yang menerjang. 

Jasper menunduk dan meraih berusaha meraih bibirku. Tapi tanganku menghentikannya, menutup mulutnya. Lalu mendorong wajahnya menjauh dari wajahku, "Aku sudah meminum obatku, sekarang berikan aku permintaanku."

Dia mencibir, sambil memutar kedua bola matanya. Setelahnya, dia hanya menghela napas panjang, sebelum memulai. "Ibuku adalah seorang Dracula. Dia membesarkanku di wilayah pinggiran London. Hanya ada kami berdua." Pandangannya menerawang. Ada kilatan kesedihan dalam tatapannya. "Saat aku telah dewasa, aku lebih suka bekerja sebagai pemburu dan bertanding di arena. Walaupun setiap hari aku pulang dengan kondisi babak belur, tapi ibuku selalu merawatku. Dia seorang pelukis. Jadi, kami hidup berkecukupan" Tempat tidur dibawah kami berkeriut lagi, saat Jasper beringsut dan memelukku semakin erat. Seperti berusaha mencari sebuah pegangan. 

The Crescent Moon (Moon Series #2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang