Bab 37: Malam yang Normal

58 11 0
                                    

Kinsley membantuku mengatur rambutku. Aku memandang pantulanku dari cermin panjang di depanku. Sebuah gaun musim panas biru tua dengan motif bunga berwarna putih melekat dengan pas di tubuhku. Kinsley juga merekomendasikan aku jaket kain putih polos dari koleksinya sebagai pelengkap.

Kemudian, dia mengambilkan aku sebuah flat shoes yang cocok untuk gaunku. "Jika sekarang masih siang, aku yakin sebuah kacamata akan cocok sebagai aksesoris." Gumamnya setengah berpikir.

Aku melirik ke arah tirai yang masih tertutup di samping kami. 

Kenapa Jasper lama sekali?

Kinsley menangkap pandanganku. "Dia lama sekali." Gumamnya mencibir.

Aku terkekeh. Sepertinya, bukan hanya aku saja yang setuju. Kinsley melanjutkan, "Jika dia tidak segera keluar. Aku khawatir kalian tidak bisa menikmati apapun." Ucapnya sambil membantuku memakai sebuah gelang rantai berwarna emas dengan beberapa mutiara putih pada pergelangan tanganku.

Terdengar suara tirai ditarik dari samping kami. "Aku mendengarnya." Gumamnya sambil melangkah keluar dari tirai.

Aku dan Kinsley menoleh ke arahnya. Kami berdua sama-sama membeku.

"Astaga." Kinsley tersedak. Dia menggeleng keras-keras. "Apakah kamu benar-benar Jasper McAllister yang selama ini aku kenal?" Tanyanya tidak percaya.

Aku setuju dengan Kinsley. Dia benar-benar berbeda.

Astaga, sekali lagi aku benar-benar melakukan kesalahan.

Jasper menyampirkan jas biru tua miliknya di lengannya. Dia memakai sebuah kaus polo berwarna putih dengan kerah berwarna biru tua. Dia membiarkan dua kancing teratas kausnya terbuka. Dia merogoh saku celananya yang juga berwarna biru tua dan menarik sebuah jam tangan quartz perak, kemudian memakainya di atas pergelangan tangannya.

Bibirnya yang cemberut diarahkan ke arah Kinsely. "Jika kamu terus-terusan mengatakan omong kosong. Aku benar-benar akan menaikkan harga sewa gedung ini."

"Jasper!" Akhirnya, aku menemukan suaraku.

Kepalanya tersentak ke arahku. 

Saat dia melihatku, aku benar-benar lupa bagaimana caranya bernapas. 

"Tarik napas, Lorry. Tarik napas." Kinsley mengingatkan aku dari sampingku. 

Aku menarik napas tajam dan menghembuskannya dengan kasar. "Baiklah," Semburku. "bisakah kita pergi sekarang?" Aku berusaha menutupi kegugupanku. 

Ya, ampun. Penampilan barunya benar-benar mengangguku. 

Jasper menyinggungkan senyuman arogannya yang khas. Itu berdampak pada jantungku yang berdetak dua kali lebih cepat. 

"Tentu saja," Dia mengulurkan tangannya. 

Telapak tanganku bergetar saat menerima uluran tangannya. Dia merasakannya, wajahnya berkerut kebingungan. "Apa kamu baik-baik saja?"

"Ya," Jawabku menghela napas tajam.

Semoga saja, dia tidak tahu bahwa aku benar-benar terpengaruh dengan penampilan barunya. Apalagi pakaian kasual yang saat ini dia pakai. Aku benar-benar harus menahan diriku agar tidak melakukan sesuatu yang mempermalukan diriku sendiri di depan umum.

"Sampai jumpa, Kinsley." Aku melambai sebagai ucapan perpisahan pada Kinsley.

Dia balas melambai. "Sampai jumpa, nikmati kencan kalian."

Kami berdua keluar dari pintu kaca butik milik Kinsley. Mobil kami terparkir tepat di tepi trotoar di depan butik Kinsley. "Kita akan jalan-jalan." Aku memulai.

The Crescent Moon (Moon Series #2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang