41. Jangan Sampai Rusak

308 56 198
                                    

VOTE & KOMEN [100]

****Gibran duduk gelisah, seperti ada sesuatu yang menganggunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****
Gibran duduk gelisah, seperti ada sesuatu yang menganggunya. "Gue beneran ngusir Galih?" Gibran mengusap wajahnya dengan kasar

Kling

Notifikasi itu berbunyi sebanyak 5 kali, Gibran lantas membuka ponselnya. Ada nomor tidak dikenal yang masuk kedalam aplikasi WhatsAppnya

'Galih sama lo? Galih gak ada di rumah dan rumah Abi itu. Apa Galih sama lo? Apa dia sama Alea?'

'Panasnya baru turun tadi sore. Dia sama lo?'

'Dia gak bawa jas hujannya. Dia juga gak bawa hp'

'Tolong jawab gue, gue Rey'

'Galih baik-baik aja?'

Gibran melempar ponselnya dan membuka pintu, dia melihat kesekitar. Galih sudah tidak ada disana. Gibran menerjang hujan untuk melihat Galih yang mungkin masih ada didepan gerbang

"Dia udah pergi?" Gibran berlari masuk untuk mengambil kunci mobil. Gibran masuk kedalam mobilnya dan keluar dari kawasan rumah Alea

"Galih juga masih sakit" gumamnya

"Gue bisa ikutan gila!" Gibran memukul setir mobilnya

Dia benar-benar kesal, dia lupa bahwa Galih juga baru saja pulih. "Sampah! Perasaan lo ke Alea bisa ngerusak semuanya Gib! Goblok!" Makinya

Gibran melihat kekanan dan kekiri, mencari Galih. "Dia gak mungkin langsung jauh" gumamnya

CIIIIIT

Gibran menginjak remnya, dia melihat motor Galih yang ada dipinggir jalan. Gibran lekas keluar dari mobil

"Gal!" Gibran melihat Galih duduk disebelah motornya, keduanya basah kuyup karena hujan malam ini

Galih mendongak, matanya memerah. "Gue gak tau Gib. Gue lupa jalan pulang, gue harus lewat mana Gib?" Tanyanya

Gibran menahan nafasnya, seperti ikut merasakan sesak. "Gal lo-

"Gue gak bermaksud buat ngelupain Alea. Gue beneran lupa, gue juga gak tau. Gib kalian sahabat gue, gue gak mungkin ngelupain kalian dengan sengaja" terang Galih dengan bibir bergetar, tampak kedinginan

"Gue juga gak tau gue kenapa!" Galih memukul kepalanya sendiri

"Gal!" Gibran menahan kedua tangan Galih

"Maafin gue Gal" Gibran menunduk, "Gue minta maaf" pintanya

"Gue gak bermaksud" Gibran seperti akan menangis. Meskipun postur tubuhnya lebih besar, Gibran tipikal orang yang mudah menangis

"Gue yang salah. Harusnya gue langsung dateng tadi malam" ucap Galih ikut merasa bersalah

"Enggak enggak! Lo gak salah!" Gibran menyalahkan dirinya sendiri

OUR PART (Start Chapter 33) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang