📌START FROM CHAPTER 33 AFTER BANNED
"Bertingkah aja semau lo, gue gak perduli" ucapnya pada Reynal
Reynal mengangguk, semua orang di keluarga itu tampak begitu kasar dan sulit dikendalikan
"Lo sering dipukul?" Reynal selalu berusaha tidak perduli...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
****
"Gue benci sama lo Kak" Alea menatap Hasbi dengan penuh kecewa
"Lo tau sendiri gimana usaha gue buat bikin dia baik-baik aja. Gue selalu berusaha nebus apa yang udah dia lakuin ke gue, dan lo? Gue benci sama lo" Alea menunduk, dia menutup wajahnya dengan putus asa
Hasbi sudah menjelaskan kejadian itu, beberapa polisi juga menjelaskan kejadian di rumah Galih pada Mahar dan ketiganya
Bahkan hingga malam tidak ada yang bisa ditemukan lagi. Namun Hasbi, Alea, Gibran dan Mahar tetap duduk dipinggiran sungai. Pencarian sudah dihentikan dan akan dilanjutkan besok pagi
Mahar menghela nafas, "Kita gak bisa menyimpulkan Galih udah gak ada. Selama may- ah! Sebelum dia ditemukan" terlalu kasar jika Mahar menyebut Galih dengan panggilan Mayat
'Ini nyiksa gue Gal' Hasbi menyembunyikan kepalanya dalam lipatan lengan. Gibran tau ini sudah terlambat, semuanya tidak bisa menahan Galih untuk melakukan hal itu
Gibran memeluk Hasbi dari samping, dia juga sama dengan Alea. Kecewanya juga besar "Gue belum jelasin apapun sama Galih. Dia pergi dalam keadaan benci sama gue" tuturnya
Tidak ada yang bergerak disana. Mahar mengusap punggung adiknya agar berhenti menangis. Dia juga tau perjuangan Alea untuk selalu baik-baik saja. Dia juga memiliki trauma akibat kecelakaan bus itu
Namun Alea tidak pernah mengatakannya pada Galih. Banyak yang adiknya sembunyikan dari Galih
Hafiz bersujud di makam Ayahnya, dia tidak menaburkan bunga. Dia hanya menangis di makam itu "Jangan bawa Galih Yah, suruh dia pulang. Suruh dia pulang ke rumah" pintanya dengan memohon
"Ayah bilang mau liat Galih jadi penerus Ayah kan? Galih belum duduk di kursi yang Ayah siapin" Hafiz mengusap wajahnya yang basah karena terlalu banyak menangis
Lukanya tidak menimbulkan rasa perih. Dia hanya ketakutan pada fakta yang ada, semua orang mengatakan bahwa Galih mungkin sudah tidak bisa diselamatkan
"Hafiz harus gimana Ayah... Ayah boleh hukum Hafiz apapun asal Galih bisa pulang. Hafiz minta maaf Ayah tolong..." Hafiz tidak tau caranya berhenti menangis
Bahkan saat Ayahnya meninggal, Hafiz tidak menangis sebanyak ini. Hafiz melihat ponselnya, sekarang sudah pukul 21.30. Dia menatap wallpaper ponselnya yang menampilkan foto Yasmin
"Gue udah hubungin lo berkali-kali, tapi kenapa lo gak dateng? Lo kemana? Gue butuh pelukan lo Yas" Hafiz meremas ponselnya dengan kuat
****
'Lo harus terbiasa sendiri'
'Gue bakalan ajarin lo banyak hal'
'Gue beli ini biar lo bisa buka tutupnya sendiri. Dengan kayak gini tangan lo gak akan luka'