39. ALEA

470 63 114
                                    

VOTE & KOMEN (100)

*****Reynal menatap tangannya, "Gue gak nyangka kalau gue bisa sekasar ini" ucapnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****
Reynal menatap tangannya, "Gue gak nyangka kalau gue bisa sekasar ini" ucapnya

"Tapi ini demi Galih. Sama kayak apa yang temen-temennya lakuin ke Galih" Reynal juga berusaha menjadi seperti mereka yang bisa Galih andalkan

'Lo bukan Alea atau Gibran! Lo juga bukan bang Abi! Posisi lo beda sama mereka!'

Reynal mengingat amarah Galih dulu "Sampai posisi gue bisa sejajar sama mereka" kepala Reynal mengangguk

"Kamu gak tidur?" Reynal melihat pintu yang terbuka. Papanya tiba-tiba masuk

"Papa bangun?" Tanya Reynal

Reza mengangguk, "Papa pikir cuma mimpi denger teriakan kamu. Jadi Papa harus ngecek kamu" ucapnya

"Kenapa gak tidur?" Reza mendekati Reynal, "Kamu tidur disini?" Mereka berada di kamar Galih

"Badan Galih jadi hangat lagi" ucap Reynal

Reza melihat baskom dan handuk kecil yang ada didekat Reynal. Senyumnya sedikit terbit, "Jadi kamu kompres pakai air?" Tanyanya

"Eng" Reynal mengangguk

Reza tertawa pelan, "Biar Papa ambilin plester penurun panas" dia keluar dari kamar Galih

"Oh! Iya ya, kenapa gue malah ngambil baskom sama handuk?" Reynal menghela nafas setelah menyadari kebodohannya

Reynal melihat Galih cukup lama. Dia melihat leher Galih yang memerah, "Kenapa lehernya merah?" Gumamnya

"Ini" Reza datang dan membawa plaster penurun panas. Dia memberikannya pada Reynal

Reynal membukanya dan menempelkan benda itu di kening Galih. "Udah selesai, Papa tidur aja sana" usir Reynal

"Gimana Papa mau tidur kalau kamu gak tidur? Kamu juga baru pulang dari rumah sakit Rey" Papanya memperingati

Reynal berpikir sejenak, dia kemudian memperbaiki posisinya. "Ini mau tidur" ucapnya

Reza melihat lengan kiri Reynal, "Kamu baik-baik aja? Lengan kamu gak sakit?" Reynal menggeleng

Reynal melirik Galih kemudian kembali melihat kearah Papanya. "Papa tolong ambilin dasi di lemari Galih" pintanya

"Buat apa?" Meskipun begitu, Papanya tetap berdiri dan berjalan memenuhi permintaan Reynal. Dia mengambil dasi dan memberikannya pada Reynal

"Iketin" Reynal menggenggam tangan Galih lalu mengarahkan tautan mereka pada Papanya

"Kenapa? Kenapa harus diiket?" Bingung Reza

"Biar Galih gak hilang. Biar Galih gak kabur" jawabnya. Reza meletakkan dasi itu dipinggir kasur

"Nanti tangan kamu merah Rey" kata Papanya

"Kamu tidur aja, biar Papa yang jaga pintu. Galih gak akan keluar dari sini sampai pagi"  ucap Papanya

OUR PART (Start Chapter 33) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang