51. TANPA DIA [Part 2]

457 56 307
                                    

VOTE & KOMEN [200]

Tandain Typo ya

***"Pak Bagas kesini lagi?" Bi Ningrum melihat beberapa kantong plastik yang Bagas bawa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***
"Pak Bagas kesini lagi?" Bi Ningrum melihat beberapa kantong plastik yang Bagas bawa

"Saya harus memastikan Galih" jawab Bagas. Dia melihat Galih di brankarnya, ada perban besar dikepalanya. Rambut pemuda itu juga dicukur habis, terdapat selang yang masuk kedalam mulut Galih

"Apa istri dan anak Bapak gak nyariin?" Tanya Bi Ningrum

Bagas menggeleng, "Saya belum pernah menikah" jawabnya

Bi Ningrum menutup mulutnya, merasa begitu lancang karena telah menanyakan hal seperti itu

"Tadi malam operasinya lancar?" Bi Ningrum mengangguk

"Mereka masih mencari Galih" tutur Bagas lalu duduk di kursi. Dia menyentuh tangan Galih yang begitu dingin

Bi Ningrum menunduk "Kita tunggu sampai Mas Galih bangun. Kalau dia ingin pulang, saya tidak bisa menahannya untuk tinggal bersama saya" balas Bi Ningrum

"Bu Santi dan Pak Reza juga tidak datang ke kantor sama sekali. Sekretarisnya bilang putra Pak Reza belum membaik" Bagas melihat kearah Bi Ningrum

"Mas Rey memang memiliki penyakit bawaan. Tapi dibanding Mas Rey saya lebih memikirkan Mas Hasbi, Mas Gibran Mbak Alea. Mereka dari kecil sudah bersama Mas Galih" Bi Ningrum mulai memikirkan ketiganya

Bagas teringat sesuatu, "Tadi malam saya melewati jembatan itu lagi. Ada 2 orang yang masih memantau pencarian di sungai. Ini fotonya" Bagas memberikan ponselnya pada Bi Ningrum

Bi Ningrum menghela nafas "Itu Mbak Alea dan Mas Gibran" jawabnya

Mereka tidak sadar jika di luar ruangan itu terdapat 2 orang yang memantau mereka. Laki-laki berseragam itu langsung menghubungi seseorang

"Pak kami kirim alamatnya sekarang. Mohon untuk segera datang" ucapnya

Hafiz benar-benar seperti mayat hidup. Dia tidak makan atau minum, dia hanya tidur di kasurnya tanpa melakukan apapun

Setiap dia keluar kamar, dia selalu mengingat ucapan Galih dan itu menyiksanya

'Lo monster. Monster'

Hafiz mengangguk, "Iya. Mas monster Gal, monster"

Hafiz terduduk, dia berjalan kearah lacinya. Hafiz mengambil figura yang pernah dia sembunyikan "Gal" Hafiz mengelus foto Galih.

'LO SELALU MAU DIA MATI! IYA KAN?!'

"Enggak. Gue gak pernah mau Galih mati, gue gak pernah mau dia pergi terlalu jauh" Hafiz seolah menjawab teriakan Alea

Hafiz keluar dari kamarnya, dia menaiki tangga untuk sampai ke lantai 3. Langkah Hafiz berhenti saat berpapasan dengan Reynal, pemuda itu tampak lengkap dengan ransel dan almamater kampusnya

OUR PART (Start Chapter 33) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang