VOTE & KOMEN [200]
Tandain Typo ya
***
"Pak Bagas kesini lagi?" Bi Ningrum melihat beberapa kantong plastik yang Bagas bawa"Saya harus memastikan Galih" jawab Bagas. Dia melihat Galih di brankarnya, ada perban besar dikepalanya. Rambut pemuda itu juga dicukur habis, terdapat selang yang masuk kedalam mulut Galih
"Apa istri dan anak Bapak gak nyariin?" Tanya Bi Ningrum
Bagas menggeleng, "Saya belum pernah menikah" jawabnya
Bi Ningrum menutup mulutnya, merasa begitu lancang karena telah menanyakan hal seperti itu
"Tadi malam operasinya lancar?" Bi Ningrum mengangguk
"Mereka masih mencari Galih" tutur Bagas lalu duduk di kursi. Dia menyentuh tangan Galih yang begitu dingin
Bi Ningrum menunduk "Kita tunggu sampai Mas Galih bangun. Kalau dia ingin pulang, saya tidak bisa menahannya untuk tinggal bersama saya" balas Bi Ningrum
"Bu Santi dan Pak Reza juga tidak datang ke kantor sama sekali. Sekretarisnya bilang putra Pak Reza belum membaik" Bagas melihat kearah Bi Ningrum
"Mas Rey memang memiliki penyakit bawaan. Tapi dibanding Mas Rey saya lebih memikirkan Mas Hasbi, Mas Gibran Mbak Alea. Mereka dari kecil sudah bersama Mas Galih" Bi Ningrum mulai memikirkan ketiganya
Bagas teringat sesuatu, "Tadi malam saya melewati jembatan itu lagi. Ada 2 orang yang masih memantau pencarian di sungai. Ini fotonya" Bagas memberikan ponselnya pada Bi Ningrum
Bi Ningrum menghela nafas "Itu Mbak Alea dan Mas Gibran" jawabnya
Mereka tidak sadar jika di luar ruangan itu terdapat 2 orang yang memantau mereka. Laki-laki berseragam itu langsung menghubungi seseorang
"Pak kami kirim alamatnya sekarang. Mohon untuk segera datang" ucapnya
Hafiz benar-benar seperti mayat hidup. Dia tidak makan atau minum, dia hanya tidur di kasurnya tanpa melakukan apapun
Setiap dia keluar kamar, dia selalu mengingat ucapan Galih dan itu menyiksanya
'Lo monster. Monster'
Hafiz mengangguk, "Iya. Mas monster Gal, monster"
Hafiz terduduk, dia berjalan kearah lacinya. Hafiz mengambil figura yang pernah dia sembunyikan "Gal" Hafiz mengelus foto Galih.
'LO SELALU MAU DIA MATI! IYA KAN?!'
"Enggak. Gue gak pernah mau Galih mati, gue gak pernah mau dia pergi terlalu jauh" Hafiz seolah menjawab teriakan Alea
Hafiz keluar dari kamarnya, dia menaiki tangga untuk sampai ke lantai 3. Langkah Hafiz berhenti saat berpapasan dengan Reynal, pemuda itu tampak lengkap dengan ransel dan almamater kampusnya
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR PART (Start Chapter 33) END
Teen Fiction📌START FROM CHAPTER 33 AFTER BANNED tidak akan pernah menerimanya. "Bertingkah aja semau lo, gue gak perduli" ucapnya pada Reynal Reynal mengangguk, semua orang di keluarga itu tampak begitu kasar dan sulit dikendalikan "Lo sering dipukul?" Reynal...