64. ENDING

422 60 324
                                    

VOTE & KOMEN (200)
CHAPTER PANJANG

VOTE & KOMEN (200)CHAPTER PANJANG

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

Mahar, Gibran dan Alea menatap tanah kuburan yang masih basah itu. Ketiganya mengenakan setelan serba hitam

Mahar menaburkan bunga segar diatas makam tersebut "Semoga tenang" tuturnya

"Cepek juga ya mikirin mereka" ucap Gibran

"Gak ada yang nyuruh lo buat mikirin mereka" jawab Alea. Gibran melihat gadis itu yang tampak begitu tegas dengan wajah datarnya, Alea terlihat biasa saja

"Ayo pulang" ajak Mahar

Alea menatap dua kuburan itu sesaat

PRAYOGA KAMAL
YASMIN GABRIELLA

"Lo baik-baik aja? Kematian Yoga bukan salah lo Al" ucap Gibran. Alea menggeleng, Alea tidak merasa ini salahnya

"Gue gak sedih karena merasa kematian dia salah gue. Gue cuma sedih karena siksaan dia masih kurang" ucap Alea, dia berbalik meninggalkan Gibran dan Mahar

"Alea itu kalau ngamuk bisa jadi Papa versi cewek. Gue aja kadang ngeri-ngeri merinding" ucap Mahar pada Gibran

Gibran melompat keatas punggung Mahar "Go bang! Go!" seru Gibran. Mahar juga tidak protes, dia menggendong Gibran hingga sampai keparkiran

Mahar tetap menjadi supir jika bersama Gibran dan Alea. Alea melihat keluar jendela mobilnya, Gibran menoleh kearah Alea

"Bang ayo beli es krim" ajak Gibran

"Oke" Mahar mengangguk, tak lama mobil mereka sampai di minimarket

"Gue aja yang beli. Abang disini" Gibran keluar dari mobil

Mahar menoleh kebelakang "Lo baik-baik aja?" Tanya Mahar pada sang adik

Mahar keluar dari mobil, dia menarik Alea agar ikut keluar dari mobilnya. Keduanya duduk didepan minimarket "Kenapa? Ada yang lo pikirin?" Tanya Mahar

"Gue pikir dia gak akan mati cepet" jawab Alea. Dia menghindari tatapan Mahar

'Jadi Ale ngerasa bersalah?' Mahar menepuk puncak kepala Alea "Dia mati bukan karena tembakan yang lo kasih dan gak segera diobatin. Tapi karena benturan dikepalanya" Mahar memberikan penjelasan

Sebelum kematian Yoga, rekannya menghubungi Mahar karena Yoga sempat kejang di kamar mandi setelah pingsan beberapa menit. Setelah dibawa ke rumah sakit terdekat Yoga mendapat diagnosa cedera kepala belakang yang melukai batang otaknya

"Artinya tendangan Hafiz gak main-main" Mahar melanjutkan lagi

Alea menunduk, dia memilin bajunya. Kepalanya mendongak saat melihat cup es krim yang ada didepannya. Gibran juga memberikan sebotol soda dingin pada Mahar

OUR PART (Start Chapter 33) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang