53. Yang Paling Tersakiti

353 63 248
                                    

VOTE & KOMEN [200]

VOTE & KOMEN [200]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

Gibran berlari kencang kedalam rumah sakit setelah beberapa jam diperjalanan. Langkah Gibran terhenti saat melihat Reynal duduk dilantai, didepan UGD sendirian

"Rey. Bang Abi belum selesai ditangani?" Tanyanya. Gibran berjongkok dihadapan Reynal

"Rey jawab! Bang Abi baik-baik aja kan?!" Gibran mengguncang bahu Reynal

Reynal menunduk "Keracunan. Dia minum parfum udah lebih dari 10 jam yang lalu. Mas Hafiz bilang agak sulit ngeluarin semua cairan parfumnya"

Gibran terduduk, "Goblog!" Gibran memukul lantai dengan kencang hingga membuat Reynal terkejut. Keramik putih itu langsung retak karena pukulan Gibran

'Bang, Galih masih hidup. Adik lo masih hidup bang' Gibran menutup wajahnya dengan kedua tangan

Reynal juga khawatir, merasa bersalah karena tidak langsung menemui Hasbi seperti permintaan Gibran

Reynal agak maju, dia memeluk Gibran dari samping. Reynal tidak mengatakan apapun, dia hanya memeluknya tanpa suara. Mendapat pelukan itu tangisan Gibran malah semakin kencang tidak tertahan

Hafiz menatap cairan yang ada di baskom. Cairan itu sudah tercampur dengan darah, bahan kimianya sudah masuk kedalam lambung Hasbi dan mengotori organ dalamnya

"Mas capek Gal" keluh Hafiz. Dia mendongak, melihat atap-atap ruangan itu "Rasanya mau gila" lanjut Hafiz

"UHUK!" Hafiz segera berdiri saat Hasbi terbatuk lagi, selang yang ada dimulutnya digunakan untuk menyedot cairan berbahaya yang Hasbi minum

Hafiz mengusap mulut Habsi menggunakan tisu "Lo mau nyusul Galih?" Tanyanya

Hasbi bahkan sempat kejang selama 3 menit karena efek bahan kimia. Hafiz tidak akan bisa mengatakan kondisi Hasbi baik-baik saja jika cairan itu belum disedot dengan bersih tanpa sisa

Hafiz menyentuh tangan dingin Hasbi "Apa gak ada harapan lagi Galih bisa balik? Bi lo selalu tau dimana Galih, tapi ngeliat lo kayak gini... gue yakin kalau lo juga gak tau dimana Galih" keterpurukan Hasbi terlihat lebih parah dari Hafiz sendiri

Hasbi terlihat seperti tidak ingin hidup

"Maafin gue Bi. Meskipun permintaan maaf gue gak akan ada pengaruhnya dihidup lo" tutur Hafiz sambil menunduk

***

"Gibran kemana sih? Kok lama banget?" Alea mengambil ponselnya yang ada di nakas

"Bentar gue susul dulu" Mahar ikut berdiri dan keluar dari ruangan itu

"Mbaknya mau makan apa? Biar saya pesankan" tutur Bagas

"Terserah om aja" Alea lupa bahwa dia tidak memakan nasi sama sekali sejak hilangnya Galih, dia hanya minum air dan memakan roti kecil

OUR PART (Start Chapter 33) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang