56. FESTIVAL SENI

380 61 218
                                    

VOTE & KOMEN [200]

Tandain typo ya nanti aku benerin

Tandain typo ya nanti aku benerin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


****

Dua minggu yang lalu Galih sudah dipulangkan dari rumah sakit. Dia melihat langit-langit kamarnya. Galih sudah hafal pada Hasbi, Alea dan Gibran, tapi dia tetap merasa ada yang kosong dan hilang

"Sebenarnya apa yang kurang?" Bingungnya

"Belum tidur?" Hasbi datang, dia lekas melepas jaket kulitnya

Galih tersenyum saat melihat kehadiran Hasbi. Dia juga sudah tau bahwa Hasbi bukan kakak kandungnya, melainkan sahabat yang sudah dia anggap sebagai kakaknya

"Naaah ayo tidur" Hasbi naik keatas kasur Galih, menarik selimut dan memeluk Galih dengan nyaman

"Abang pulang kerja?" Tanya Galih

"Kuliah" jawab Hasbi

"Gue udah hampir wisuda. Mungkin seminggu lagi Yudisium" ucap Hasbi sambil memeluk Galih

"Kuliah ya" Galih berpikir sejenak "Gue gak kuliah?" Tanyanya

"Tahun depan tes masuk univ deh" saut Hasbi. Tidak mungkin dia mengatakan bahwa Galih masih menjadi mahasiswa UGM dengan status mahasiswa hilang

"Dulu gue gak kuliah? Terus ngapain?" Tanya Galih, penasaran

Hasbi berpikir sejenak "Lo dulu fokus belajar musik. Lo suka main gitar sama piano" jawab Hasbi

"Gitar sama pianonya dimana?" Galih bertanya lagi

'Anjir ini mau jawab apa?!' Batin Hasbi

"Ada di rumah lama. Ini kan rumah baru lo, rumah lama lo... roboh. Maksudnya rusak" jawab Hasbi dengan kalimat akhirnya yang begitu pelan

"Jadi gitar dan pianonya juga rusak?" Hasbi mengangguk

"Udah ayo tidur, udah malem. Eh udah minum obat?" Galih mengangguk

"Pinternya" Hasbi mengusap kening Galih agar pemuda itu cepat tidur

Beberapa jam berlalu namun Galih hanya memejamkan matanya, dia membuka matanya lagi setelah memastikan Hasbi tidur nyenyak

Galih sedikit menggerakkan tubuhnya dan turun dari kasur. Galih melihat meja kecil disamping kasurnya, tumpukan tutup botol Galih susun dengan rapi. Entah untuk apa

Galih juga tidak mau minum air dalam kemasan gelas atau dari gelas langsung. Dia hanya mau minum air kemasan botol "Gue bisa buka sendiri tutupnya. Jadi punya siapa yang sering gue buka?" Bingungnya

'Dengan kayak gini tangan lo gak akan luka, ini gak akan nyakitin lo'

'Kan ada lo. Lo gak mau bukain buat gue lagi?'

'Lo harus terbiasa ngelakuin semuanya sendiri. Gue gak akan selalu bisa bantuin lo'

Ngiiing!~

OUR PART (Start Chapter 33) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang