~28~

45 2 0
                                    

happy reading

*
*
*

seseorang berdiri di depan gerbang rumah bara dan raka, dengan pakaian yang serba hitam, berusaha menyelinap masuk dengan memanjat gerbang

" kenapa muka kamu bara? " tanya satria yang duduk di sofa

" barentem " jawab bara singkat meneguk segelas air putih

" gak ada habis-habisnya kamu buat ulah? ayah capek bar ngurus permasalahan kamu yang gak ada habisnya, ibumu juga tak kunjung ngasih kabar ke ayah sejak setahun terakhir "

" ayah capek? yaudah gak usah ngurusin hidup bara lagi, bara juga gak minta di urus sama ayah "

brak

" APA MAKSUD KAMU BARA? CAPEK-CAPEK SAYA BESARIN KAMU, TAPI INI BALASANNYA? KAMU JUGA TIDAK PERNAH MEMBANGGAKAN AYAH "

" bagaimana pun bara berusaha, apa pernah ayah menolehnya? yang ayah tau hanya kenakalan bara, tapi apa pernah ayah bertanya kepada bara tentang apa saja yang menimpa anak ayah? "

" bara tau kalau bara bukan anak kandung ayah, tapi dengan cara ayah menikahi ibu bara, itu sudah menjadi kewajiban ayah untuk mengasuh bara juga "

" ayah memang baik sama bara, sangat baik yah, tapi mental bara juga hampir rusak dengan semua permasalahan yang gak pernah ada habisnya, sedangkan bara menjalani semua itu sendiri tanpa adanya uluran tangan dari ayah "

" jangan hanya memandang bara, lihat raka yah lihat, anak malang itu sangat membutuhkan secuil kasih sayang darimu, dimana peran seorang ayah untuknya? bahkan seorang ayah menjadi neraka untuk anak kandungnya sendiri, apa salah raka yah? "

" jangan bawa-bawa anak itu bara, kamu tidak tau apa-apa tentangnya "

" bara tau yah, bara tau, ayah sangat membenci raka karena ayah mengira kalau raka yang udah bunuh istri ayah kan? sadar yah, raka gak pernah melakukan hal sebodoh itu "

" cukup bara, lebih baik kamu masuk ke kamar dan belajar, ayah tidak mau lagi mendengar perkataanmu yang tidak berguna dan masuk akal "  satria kembali duduk dan membaca majalah

" bara kecewa sama ayah " bara beranjak pergi ke kamarnya dengan emosi yang ia tahan

raka mendengar semua perkataan antara ayah dan anak itu, ia menghampiri bara di kamarnya

ceklek

bara menoleh kearah sumber suara, dimana raka sudah berdiri di tengah pintu kamarnya dengan melipat kedua tangannya di dada, raka menghampiri bara yang sedang berdiri di pinggir jendela

" ngapain lo? " tanya bara

" percuma bar " jawab raka memandang keluar jendela

" percuma? "

" percuma lo jelasin kayak apa ke ayah yang sebenarnya, itu semua gak akan pernah mengubah keadaan yang udah terlanjur dalam sakitnya, jangan lupakan fakta kalau satria itu gila bar "

" gue gak tahan kalau terus menerus gini rak "

" bar, segampang itu lo nyerah? sekalipun ayah gak pernah ngasih uluran tangan buat bantu lo bangkit, lo termasuk orang yang beruntung bisa dapetin kasih sayangnya disaat kondisi mentalnya yang kurang "

RakabumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang