Hallowww! 💚💚
Aku mau nyari aman aja sih, hwehe. Jadi, yang ada di draft aku ini, aku publish semua supaya gak kejadian seperti sebelumnya lagi😺😺
Okaylah, selamat membaca! 🌷
o0o
"El, dan Nak Zahra, kalian berdua akan kami jodohkan," beritahu Luhqi dengan serius.
Zizan dan Zahra saling menatap, namun tak lama itu Zizan memutuskan kontak matanya menatap arah lain.
Zahra mengaga tak menyangka, sedangkan Zizan tengah menahan senyumnya dengan jantung yang berdetak lebih cepat dari biasanya.
"Macan?" panggil Zahra.
"Gimana? Mau, kan?" sahut Jen yang masih setia terbaring di brankar.
"T-tapi.."
"Ssttt! Gak ada tapi-tapian, Inaya sayang. Nak Zizan orangnya baik, kok. Percaya deh sama Mama."
"Jangan cepat menyimpulkan sifat seseorang. Belum tentu dia baik," ucap Zahra penuh makna.
Zizan tersenyum tipis mendengarnya. "Saya memang bukan orang baik, Zah─"
"Tuh, kan, Ma?! Inaya bilang juga apa. Dia itu bukan orang baik."
"Tapi saya sedang berusaha menjadi manusia yang lebih baik," potong Zizan.
Jen terkekeh melihat raut wajah putrinya yang terlihat menggemaskan di matanya. "Tuh, makanya jangan suka motong pembicaraan orang. Dengerin dulu sebelum dia benar-benar selesai bicara," nasihat Jen special untuk Zahra.
Zizan mengulum senyumnya membuat Zahra kesal melihatnya. Ingin sekali rasanya Zahra mencakar-cakar wajah tampan Zizan.
"Gue cekik ya, lo!" garang Zahra.
"Inaya!" tegur Jen.
"Nak Zahra apa mau terima perjodohan ini?" tanya Lauza sambil menatap lekat mata hazel Zahra.
Zahra menelan ludahnya susah payah. Ia benar-benar bingung harus menjawab apa. Namun Jen menganggukkan kepalanya memberi kode pada Zahra untuk menyetujui perjodohan ini.
"Zahra belum tahu, Tan.." sahut Zahra membuat Jen yang mendengarnya menghela nafasnya kasar.
Lauza tersenyum. "Gakpapa kalau belum tahu jawabannya. Nah, sekarang Zizan mau kan terima perjodohan ini?" tanya Lauza sambil menatap Zizan.
Zizan yang tengah meremat ujung baju kemejanya pun langsung menoleh ketika namanya terpanggil. "Mau dong, Mi. Mau bangeeettt! I love you, Mom!"
Luhqi terkekeh geli mendengar kalimat akhir Zizan.
"Anak Umi, sehat, kan?" bukan balasan, justru Lauza malah bertanya. Pasalnya tempo hari lalu, putra semata wayangnya ini meminta negoisasi untuk membatalkan perjodohannya.
Tapi, berbeda dengan sekarang. Putranya justru penuh semangat menerima perjodohan ini. Lauza senang mendengarnya. Tidak ada penolakan dari Zizan. Ia menurut.
"Alhamdulillah sehat wal'afiat, Mi!" sahut Zizan dengan memamerkan jejeran gigi putihnya.
"Zahra, ucapan adalah do'a. Apa yang saya ucapkan dua hari lalu terkabul. Kamu adalah perempuan yang di jodohkan dengan saya," ucap Zizan.
Sedangkan Zahra hanya menatap sinis pada Zizan, tidak ada minat untuk menggubris ucapan Zizan yang menurut Zahra tidak bermutu.
"Terima perjodohan ini ya, Cil?" bujuk Zizan sambil menaik turunkan kedua alisnya. Sangatlah random!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dosen My Husband
Подростковая литератураMenceritakan seorang gadis yang duduk di bangku perkuliahan yang mempunyai trauma dengan masa lalunya. Perlakuan Ayahnya yang menduakan Mama kandungnya membuat gadis itu trauma berhubungan dengan laki-laki, sampai ia tidak ingin menikah. Ia mengang...