D u a E m p a t

65 5 0
                                    

"Zahra kemana, ya?"

Zizan mencoba menelpon Zahra namun panggilannya memanggil. Itu tandanya ponsel perempuan itu sedang tidak aktif.

Zizan masih shock dengan kejadian yang beberapa menit terjadi. Ia masih tidak menyangka dengan tindakan lancang sahabat istrinya itu.

Setelah Zizan mengusir Nacia tadi, lelaki itu benar-benar dibuat pusing dengan apa yang terjadi hari ini.

Pikirannya sekarang adalah, bagaimana jika Zahra tau kalau keduanya berpelukan? dan, sekarang pun Zahra tidak ada kabar. Dimana gadisnya berada sekarang?

Zizan pun memutuskan untuk mencari Zahra keliling kampus.

o0o

"Pak," sapa Flora sambil tersenyum.

Zizan tidak menyahut, ia terus berjalan tergesa-gesa.

"Eh, Pak Zizan mau kemana?" tanya Flora.

Langkah lelaki itu berhenti. "Gak perlu tau!" ketusnya, saat hendak melangkahkan kakinya..

"Ck, saya serius nanya, Pak!" Flora jadi ikut kesal dengan Bos nya itu.

"Mau keliling kampus,"

"Lah, udah kayak Mbak Zahra aja si Bapak. Jodoh ini, betul-betul jodoh."

"Kamu tau Zahra keliling kampus ini?" tanya Zizan.

Flora mengangguk. "Tau, Pak. Tadi, Mbak Zahra sempat mampir kesini, Pak. Terus ke ruangan Bapak, eh gak lama itu, Mbak Zahra keluar Caffe ini sambil nangis, gak tau deh nangisnya kenapa.."

".. saya ikut sedih liat Mbak Zahra nangis," imbuh Flora.

Zizan menelan ludahnya kasar, ia terkejut dengan apa yang diucapkan Flora. "Serius, Flo, dia nangis?"

Flora mengangguk. "Kenapa, ya, kira-kira, Pak?"

"Saya pergi dulu, assalamu'alaikum!"

Flora menggelengkan kepalanya menatap Bos nya itu, "wa'alaikumussalam."

o0o

Brak!

"RA!"

"ZAHRA!"

"Aduh, El, atuh kalo pulang mah ngucap salam dulu, malah teriak gak jelas. Abi tau, pasti marah, nih." ucap Lauza sambil menggelengkan kepalanya.

"Umi, Ara udah pulang?" tanya Zizan dengan nafas yang tergesa-gesa.

"Bocah sinting. Baru di nasihatin tadi, bukannya salam."

"Tega banget ngatain anaknya sinting," kesal Zizan.

"Lagian, sih!"

"Udah, ah. Aku mau masuk ke dalem dulu. Ara ada di dalam, kan, Mi?"

"Iya, sudah. Tapi, tadi Umi liat matanya sembab, El. Dia habis nangis, ya?"

"Aku gak tau, Mi."

"Jangan-jangan kamu yang bikin anak kesayangan Umi itu nangis. Ngaku, kamu!?"

"N-nggak!"

"Gak salah lagi?"

"Aduh, udah ah, mau ke kamar dulu. Bye!"

"Dasar anak Luhqi!"

o0o

Ketika tangannya terangkat memegang knop pintu, hasilnya gagal, pintu itu tidak terbuka. Tandanya ruangan kamar itu terkunci.

My Dosen My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang