D e l a p a n

77 4 0
                                    

Jangan lupa vote! 🎀🌷🍓

Langit semakin gelap pertanda malam akan segera tiba. Gadis cantik dengan rambut di gerai itu memasuki ruang UGD, tempat Mama Jen di rawat.

Ceklek

"Dari mana aja?" Jen bertanya dingin.

Zahra menatap takut pada Jen. "D-dari rumah."

"Beneran dari rumah?" tanya Jen mengintimidasi.

"Iya, beneran kok. Gak bohong."

Jen tersenyum hangat lalu jemari tangannya mengajak Zahra untuk mendekat. "Sini, Macan kangen sama Inaya," titah Jen.

Zahra berjalan mendekat tepat di samping brankar. "Inaya juga kangen sama Macan!!" seru Zahra.

Kemudian sepasang Ibu dan Anak itu tertawa renyah bersama.

"Inaya," panggil Jen menatap serius pada Zahra.

"Kenapa, Ma? ada yang sakit? bagian mana yang sakit? Inaya panggilin dok──"

Jen menggeleng cepat memotong ucapan Zahra. "Ngga, Nay. Gak ada yang sakit, kok."

Zahra menyatukan kedua alisnya. "Terus kenapa?"

"Macan mau tanya sesuatu sama Inaya."

"T-tanya apa, Ma?" Jujur, saat ini Zahra gugup setengah mati. Ia mempunyai feeling bahwa Macan akan menanyakan tentang antara 'bos dan karyawan'

"Inaya kerja?" tanya Jen menatap lekat mata hazel milik Zahra.

Deggg!! Dugaan Zahra benar. "Iya, Ma. Inaya kerja. Macan jangan marah yaaaa.." mohon Zahra, takut jika Jen marah padanya.

"Kenapa kerja? Uang yang Macan kasih kurang, hm?"

Zahra menggeleng cepat. "Gak, Ma, bukan gitu. Inaya cuma pengen bantu Macan cari uang, udah itu aja kok."

"Bener karna itu?" tanya Jen meyakinkan.

"Iya, Ma. Maafin Inaya, yaaaa.."

"Seharusnya Mama yang minta maaf. Mama punya kabar buruk." Jen membuang nafasnya kasar.

"Kabar buruk?" beo Zahra. "Apa?"

Jen tersenyum masam. "Mama di pecat."

"Hah? Di pecat?!" kaget Zahra.

Mata Jen menatap Zahra dengan sayu. "Macan gak usah khawatir ya, Inaya bakal kerja lebih semangat lagi buat kebutuhan sehari-hari kita. Dan, Macan gak usah kerja lagi ya, biar Inaya aja yang kerja, oke Macan?"

"Jangan! Mama harus tetep kerja, nanti kuliah kamu jadi ter──"

"Ma, pleaseee.. Jangan kerja lagi, ya? Kerjaan Inaya gak ganggu kuliah Inaya sama sekali, kok."

"Nanti Inaya capek," sahut Jen.

"Gak! Inaya gak capek, kok. Justru nanti kalau Macan kerja, malah Macan yang kecapekan."

"Kan, udah tugas Mama." Jen tersenyum selebar mungkin menampilkan senyumnya.

"Ayolah, Ma.. Macan di rumah aja ya, ya, ya??" bujuk Zahra sambil mengedipkan kedua matanya berkali-kali, berharap Jen meng-iya kan.

"Iya," sahut Jen yang membuat Zahra memekik kegirangan.

"YEAYYYY!! DEAL, YAAA??!!"

"Hm," pasrah Jen.

"Ayo dong, Ma. Deal, gitu."

"Iya, dealll!"

Setelahnya acara per-deal an, keduanya tertawa.

My Dosen My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang