E n a m

63 4 0
                                    

Hallow, selamat membaca! 🎀🌷🍓

"Bakat apaan?" tanya Zahra, penasaran dengan jawaban lelaki yang berdiri di sampingnya.

"Debat," balas Zizan.

Tangan mungil Zahra hendak menyubit lengan Zizan, namun aksinya gagal karena Zizan lebih dulu menghindar. "NO! Jangan sentuh-sentuh. Bukan mahram. Nanti saja setelah sah. Kamu saya bebaskan memegang saya."

"Apa sih, Pak Tua?! Kalau ngomong suka──"

"Benar?" potong Zizan.

"NGELANTUR!!"

Zizan tertawa dan tawa Zizan seolah candu bagi Zahra. Ia suka mendengar tawa Zizan. "Sana gih, ke kampus! Nanti telat. Berabe kalau telat."

Zahra menggeleng pelan membuat Zizan mengerutkan keningnya. "Kenapa?" tanya Zizan.

"Gak mau ke kelas.. Pak Dosen itu.." Zahra mengucapkannya dengan mulut yang sedikit gemetar. Zahra menggelengkan kepalanya, supaya tidak melanjutkan ucapannya.

"Pak Juna, kenapa?" Zizan malah bertanya membuat Zahra menghela nafasnya kasar.

"Jangan sebut nama Dosen itu!" sentaknya.

Zizan terkejut mendapat bentakan dari Zahra. Ada apa dengan Pak Juna? Mengapa Zahra tidak ingin mendengarnya menyebut nama Dosen itu? "Afwan."

"Gue lagi gak bahas awan ya, Pak Tua!"

"Saya tidak bilang kamu membahas awan."

Zahra bersedekap dada. "Tadi, Pak Tua bilang awan, ya! Udah tua masih aja bohong!"

Zizan terkekeh. "Saya tidak bilang awan, Dek."

"Gue bukan Adik lo, ya, anying!"

"Astaghfirullahal'adzim," gumam Zizan. "Kan, sudah saya bilang. Tidak boleh ngomong kasar, Zahraaa.."

"Suka-suka gue! Gak usah larang-larang gue. Lo bukan siapa-siapa gue!"

"Saya, Bos kamu."

"Ck. Iya terserah lo, deh, Om, Bos Tua, Pak Tua!" Zahra menatap Zizan jengah. Lelah meladeni Pak Tua yang berdiri di sampingnya sambil memainkan ujung baju kemeja hitamnya. Lagi, lagi, dan lagi seperti anak kecil tingkahnya di mata Zahra, dan itu membuat Zahra gemas melihatnya.

"Zahra, boleh saya bertanya?" Zizan bersuara dengan nada serius.

Zahra pun tersadar atas pikirannya yang melayang. "Hm. Jangan susah-susah pertanyaannya," pesan Zahra yang mendapat kekehan pelan dari Zizan.

"Soal Dosen, tadi. Memangnya ada apa dengan Pak Ju─"

"Kenapa nanya itu?" sela Zahra bertanya balik.

"Kenapa balik tanya? Jawab dulu pertanyaan saya. Saya butuh jawaban."

"Gue gak mau jawab. BYEE!!" Zahra malah pergi meninggalkan Zizan yang terus menunduk dalam. Masih setia dengan memainkan ujung bajunya.

Zizan mengelus dadanya.

o0o

"WOI, RAWIT TENGILLL!!" pekik Nacia.

Zahra menatap malas pada Nacia. "Apa sih, lo Nasi Uduk!" balasnya mengejek.

"Makan nasi uduk kayaknya enak, ya, Raw. Terus di kasih Rawit. Um.. Yummyyyy!!"

"Alay!" celetuk Zahra membuat Nacia menggeram.

"Gue bunuh ya, lo!" ucapnya, menirukan gaya bicara Zahra tempo hari.

My Dosen My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang