part. 11

362 49 8
                                    

_
_
_

Tak peduli berada di mana pun, tak peduli siang atau pun malam, semua hanya gelap bagi Yoongi, dan keadaan itu menghancur kan semangatnya.

Jimin pulang kerumah, mendapati Jungkook di ruang tamu sedang menunggunya.

"Gimana ?" tanya Jimin

Jungkook menggeleng putus asa. "dia bahkan tak mau keluar kamar" Jelas Jungkook

Jimin mengghela nafas, dan
menyuruh Jungkook pulang.

Masuk ke kamar Yoongi, duduk di depan Yoongi yang terlihat waspad mendengar suara langkah seseorang
memasuki kamarnya.

Yoongi sudah menduga, hanya Jimin satu-satunya orang yang berani masuk
ke kamarnya tanpa permisi. Jadi Yoongi hanya diam karna dia tau apa pun yang
keluar dari mulut Jimin selalu hanya untuk membuatnya sakit hati.

"Ketua Namjoon telah mendapatkan investor, sebentar lagi project pembangunan kasino di lahan Hotel, project yang selalu di tentang appa mu,
akan segera di mulai." Jelas Jimin memulai pembicaraan

"Kalau appa ku tak setuju, kenapa di lanjutkan ?" tanya Yoongi.

"Karna suara orang mati tak kan di dengar" Jawab Jimin ketus.

Yoongi selalu merasa ingin memukul mulut Park Jimin, karna dia selalu berkata lancang padanya.

"Aku akan bicara sama om Namjoon".

"Ini bukan sesuatu yang bisa kamu diskusikan dengan mudah hanya karna kamu adalah anak Direktur Min. Tanpa kewenangan Jabatan yang Jelas, kamu hanya akan di tertawakan" jelas Jimin.

Minggu depan juga akan di adakan rapat pemegang saham, kemungkinan besar
ketua Namjoon akan di tetapkan sebagai Direktur sementara. Sehingga semua
keputusan akan berada di bawah kendali nya."

"Manager Park, aku tidak tertarik dengan semua intrik yang ada di perusahaan" Tegas Yoongi.

"Tidak tertarik, atau tidak punya kemampuan ?" sela Jimin makin tajam.

"Panggilkan semua pelayan ku, aku ingin pergi dari sini sekarang Juga. Aku muak mendengar ocehan mu." Jawab Yoongi.

"Baru saja aku menyuruh pulang semua pelayan mu, mulai sekarang kamu harus
melayani diri mu sendiri, jika lapar atau haus kamu harus berjalan sendiri keluar" tantang Jimin.

"Sebenarnya ada apa dengan mu ?" Yoongi benar - benar tak faham dengan
sikap Jimin yang terus saja menyerangnya, entah apa yang sebenarnya dia ingin kan.

Jimin mendekati dan mendesak Yoongi. "aku yang harusnya bertanya, ada apa
dengan mu, bahkan untuk berjalan keluar kamar pun kamu tak ada semangat."
Suara Jimin bergetar antara emosi dan ingin menangis.

"Trauma ?, kenapa selalu menjadikan trauma mu itu sebagai alasan, apa kamu
fikir hanya kamu yang pernah mengalami kejadian menakutkan di masa kecil, banyak anak lain yang juga mengalami nya,tapi mereka bisa bangkit"

Suara Jimin tercekat dan terhenti, yang terdengar hanya suara nafas dan helaan tangis. Jimin terdengar sangat emosi.

Jimin tau semua yang dia ucapkan pada Yoongi itu hanyalah teori yang tak mudah untuk di jalani. Karena jika boleh jujur
Jimin sendiri juga terus di hantui rasa takut pada kejadian buruk yang pernah
dia alami.

Terdiam beberapa saat, lalu akhirnya Jimin pergi meninggalkan Yoongi, karna
sepertinya tak ada lagi yang perlu dia ucapkan pada Yoongi yang batu dan keras kepala.

Meninggalkan Yoongi yang masih terpaku kebingungan. "Kenapa dia menangis ?" batin Yoongi.

Jimin menyandarkan tubuh dan fikirannya yang lelah di headboard kasur.

"Lakukan sesuka mu, bukan urusan ku jika perusahaan appa mu akan benar - benar hancur." umpat Jimin dalam
hatinya.

cukup lama mengumpat sendiri, melampiaskan emosi dan kekesalan nya. Terdengar pintu kamar di ketuk

"Manager Park, Tuan Muda Min izin masuk" terdengar suara pelayan dari luar.

Sesuatu yang diluar prediksi Jimin, Yoongi ingin menemuinya.

Yoongi berjalan meraba memasuki kamar Jimin.

Jimin hanya diam sambil tetap menatap Yoongi. Jimin sadar sebenarnya dia Bukan emosi pada Yoongi, tapi emosi pada keadaan.

Hati Jimin sedih melihat Yoongi yang berjalan meraba untuk mencapai kasur Jimin, Dia bahkan tak tau akan terbentur meja atau lemari di depan nya.

"Aaarrkkkhh" Yoongi meringgis kesakitan terbentur sudut meja.

Jimin berlari mengejar Yoongi, dan memapahnya agar duduk dikasur.

"Aku sudah mencoba beberapa kali operasi, tapi selalu gagal." ucap Yoongi
sambil menghela nafas dalam.

"aku juga sangat tidak nyaman dengan kondisi seperti ini, tapi ini tidak semudah yang kamu fikirkan Park Jimin ssi" Jelas
Yoongi dengan mata yang berkaca-kaca

Jimin meremas tangan Yoongi pelan. "Kita bisa mencoba nya lagi, Kita harus coba, kamu pasti bisa sembuh lagi Yoongia"

Suara pelan, Sentuhan lembut, dan memanggil namanya dengan tidak
formal. Pertama kali nya bagi Yoongi, dan ada semacam sensasi yang membuat Yoongi merasa moment itu sangat berarti.

"Kenapa kamu memikirkan
kesembuhan ku ?" tanya Yoongi.

"Ada banyak hal yang kadang sulit untuk kita ceritakan Yoongi ssi." Jawab Jimin, karna tak mungkin mengungkapkan bahwa dia adalah adik nya Yoongi.

"Tapi setidaknya aku mengerti ketakutan mu, karena waktu kecil aku juga pernah di culik, disekap berhari-hari, di pukuli
dan juga seorang teman meninggal karena
menyelamatkan ku." jelas Jimin.

"Benarkah ?" jawab Yoongi yang akhirnya mengerti alasan Jimin yang bereaksi berlebihan pada keadaan nya.

"Ya, sayangnya aku tidak seberuntung kamu yang punya orang tua kaya dan
memberi mu zona nyaman untuk mengurung diri."

*Jika bisa, aku sangat ingin mengurung diri seperti mu, tak perlu berjuang untuk mendapat pengakuan dari appa ku, ataupun untuk bertahan hidup."

"Aku bahkan lelah berjuang mempertahankan Perusahaan yang di amanat kan appa mu ini. aku butuh kamu Yoongia". Jimin menangis mengatakan semua keluh kesahnya.

Yoongi tersentuh dengan pengakuan Jimin, bahkan air matanya pun ikut mengalir. Pertama kali dia berbicara deep dengan orang lain seperti ini.

"Bagaimana kalau tidak berhasil, mata ku tak bisa disembuhkan ?" ucap
Yoongi

Jimin merangkul dan memeluk Yoongi,
"Setidaknya aku tau kamu sudah berusaha" Bisik Jimin.

Rencana Jimin berhasil, semua yang dilakukan Jimin membuat Yoongi tersentuh dan luluh.

Yoongi akhirnya menyetujui bertemu dokter dan bersedia melakukan serangkaian tahap untuk pengobatan mata nya.


- to be continued -

Blind Suspicion || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang